Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

159 Indikator Kondisi Akhir Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor rata-rata Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria 1 79.80 K 83.84 K 81.82 K 2 80.81 K 90.91 SK 85.86 K 3 84.85 K 86.87 K 85.86 K 4 77.78 CK 85.86 K 81.82 K 5 72.73 CK 85.86 K 79.29 K 6 72.73 CK 76.77 CK 74.75 CK Rata-rata 78.11 CK 85.02 K 81.57 K Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada indikator 1 diperoleh skor rata- rata 81,82 pada kriteria “kritis”. indikator 2 diperoleh skor rata- rata 85,86 pada kriteria “kritis”. indikator 3 diperoleh skor rata- rata 85,86 pada kriteria “kritis”. indikator 4 diperoleh skor rata- rata 81,82 pada kriteria “kritis”. indikator 5 diperoleh skor rata- rata 79,29 pada kriteria “kritis”. Dan pada indikator 6 diperoleh skor rata- rata 74,75 pada kriteria “cukup kritis”.

4.3 Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober 2015 sampai dengan 30 Oktober 2015 berjalan dengan lancar, sesuai dengan yang direncanakan oleh peneliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas V pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Negeri Karangmloko 1. Pemilihan materi KPK dan FPB dikarenakan berdasarkan hasil 160 wawancara dengan guru kelas V diperoleh hasil belajar pada materi KPK dan FPB yang masih rendah. 4.3.1.1 Proses penerapan pendekatan kontekstual Penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang sedang dipelajari siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Proses penerapan pembelajaran kontekstual peneliti menggunakan lima langkah pendekatan kontekstual Hamdayama, 2014: 51, yaitu: a Relating Kegiatan relating dalam penelitian ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu tentang KPK dan FPB b Experiencing Kegiatan experiencingdalam penelitian ini, guru menjelaskan materi tentang KPK dan FPB dengan cara memberikan contoh permasalahan sehari- hari yang berkaitan dengan permasalahan matematis. c Cooperating Kegiatan cooperating dalam penelitian ini, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. d Applying 161 Kegiatan applying, siswa mempresentasikan hasil pekerjaan siswa didepan kelas. e Transfering Kegiatan transfering dalam penelitian ini, guru membimbing siswa merangkum atau menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Kemudian guru memberikan soal evaluasi. Dalam melakukan penelitian, peneliti menerapkan tujuh komponen pendekatan pembelajaran kontekstualyang meliputi tujuh komponen utama Hosnan, 2014: 369 yaitu sebagai berikut: a Kontruktivisme Contructivism b Menemukan Inquiry c Bertanya Questioning d Masyarakat Belajar Learning Community e Pemodelan Modelling f Refleksi Reflection g Penilaian Nyata Authentic Assessment 2. Peningkatan Hasil Belajar Adanya peningkatan hasil belajar siswa terbukti dari data nilai hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan, hasil rata-rata nilai siswa hanya 60,73 dengan 13 siswa dapat mencapai KKM. Dari hasil tes evaluasi yang diperoleh dari siklus I dan siklus II, dapat diketahui bahwa prestasi belajar 162 siswa mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa sebanyak 21 siswa mencapai KKM dengan rata- rata kelas sebesar 65,76.Sedangkan hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa sebanyak 27 anak telah mencapai KKM dengan rata- rata kelas sebesar 73,33. Berikut grafik perbandingan presentase ketuntasan belajar sebelum dilakukan tindakan, tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum dilakukan penelitian tindakan, jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 39. Setelah dilaksanakan siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 64. Pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat lagi menjadi 82. Hal ini berarti bahwa pada siklus II lebih dari 75 siswa telah mencapai ketuntasan belajar, yaitu telah mencapai nilai ≥70. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan pada BAB III, yaitu 20 40 60 80 100 Pratindakan Siklus I Siklus II 39 64 82 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Tindakan 163 75 siswa harus mendapatkan nilai ≥70, maka pembelajaran matematika melalui CTL dikatakan telah memenuhi satu syarat keberhasilan. Adapun perbandingan nilai rata-rata hasil tes pada siklus I dan Siklus II disajikan grafik berikut. Gambar4.2. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Tes Nilai rata-rata hasil tes sebelum tindakan adalah 60,73. Pada siklus I, nilai rata- rata kelas meningkat menjadi 65,76. Sedangkan pada siklus II, rata- rata kelas meningkat menjadi 73,33. Penelitian dikatakan berhasil apabila rata- rata kelas mencapai ≥70. Nilai rata- rata kelas pada siklus II adalah 73,33. Dengan melihat hasil penelitan pada siklus II tersebut penelitian ini telah memenuhi satu syarat keberhasilan penelitian. Terjadinya peningkatan seperti yang dijelaskan di atas merupakan dampak dari penerapan pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika yang secara umum berjalan dengan baik seperti yang dilihat dari hasil observasi. 20 40 60 80 Pratindakan Siklus I Siklus II 60.73 65.76 73.33 Perbandingan Nilai Rata- rata Sebelum dan Setelah Tindakan 164 3. Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diteliti menggunakan 2 instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yaitu menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Pemberian kuesioner dilaksanakan selama dua kali, yaitu pada awal sebelum dilakukan penelitian, yaitu pada tanggal 12 Oktober 2015 dan diakhir setelah dilakukan penelitian yaitu pada tanggal 30 Oktober 2015. Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis kelas III SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 20152016. Hal ini sejalan dengan pendapat Anggelo dalam Susanto, 2013: 122, berpikir kritis adalah menerapkan kegiatan berpikir yang meliputi menganalisis, mengenal masalah, pemecahan masalah, menyimpulkan serta mengevaluasi. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang ditulis oleh Nur Prafitriani 2014 dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkat kemampuan berfikir kritis matematika. Berikut ini merupakan data hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis awal sebelum melakukan penelitian dan akhir setelah dilakukan penelitian. 165 Tabel 4.30. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa No Indikator Kondisi Awal prasiklus Kriteria Kondisi Akhir siklus II Kriteria 1 Menganalisis argumen 57.12 tdk kritis 71.21 ckp kritis 2 Mampu bertanya 54.55 tdk kritis 75.15 ckp kritis 3 Mampu menjawab pertanyaan 56.97 tdk kritis 70.61 ckp kritis 4 Memecahkan masalah 60.51 tdk kritis 72.12 ckp kritis 5 Membuat kesimpulan 60.61 tdk kritis 74.85 ckp kritis 6 Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. 53.48 sgt tdk kritis 69.39 ckp kritis Keseluruhan 58,17 57.48 71.82 ckp kritis Berdasarkan tabel 4.30. diketahui hasil nilai kuesioner kemampuan berpikir kritis dari data awal sebelum dilakukan tindakan dan data akhir setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan. Berikut ini peneliti akan menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram. 166 Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan gambar 4.3 diperoleh data kuesioner kemampuan berpikir kritis siswa dari kondisi awal sebelum penelitian dan kondisi akhir setelah penelitian mengalami peningkatan. Pada indikator 1 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampu an berpikir kritis 57,2 pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 1 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 71,21 pada kriteria “cukup kitis”. Pada indikator 2 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 54,55 pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 2 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 75,15 pada kriteria “cukup kitis”. Pada indikator 3 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 56,97 57.2 54.55 56.97 60.51 60.61 53.33 57.48 71.21 75.15 70.61 72.12 74.85 69.39 71.82 10 20 30 40 50 60 70 80 Kondisi Awal Kondisi Akhir Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis 167 pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 3 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 70,61 pada kriteria “cukup kritis”. Pada indikator 4 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 60,51 pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 4 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 72,12 pad a kriteria “cukup kitis”. Pada indikator 5 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 60,61 pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 5 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 74,85 pada kriteria “cukup kitis”. Pada indikator 6 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 53,33 pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 6 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 69,39 pada kriteria “cukup kitis”.Kemudian nilai keseluruhan dari kondisi awal kemampuan berpikir kritis 57.48 “tidak kritis” setelah dilakukan penelitian meningkat menjadi 71,82 yaitu pada kriteria “cukup kritis”. Kemudian peneliti merangkum data persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis, yaitu sebagai berikut Tabel 4.31. Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis No Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir 1 Menganalisis argumen 33 73 2 Mampu bertanya 18 85 3 Mampu menjawab pertanyaan 39 61 168 No Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir 4 Memecahkan masalah 42 73 5 Membuat kesimpulan 27 64 6 Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. 30 73 Keseluruhan 42 82 Berdasarkan tabel 4.32 diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis mengalami peningkatan dari kondisi awal sebelum dilakukan penelitian dan kondisi akhir setelah dilakukan penelitian.Berikut ini peneliti akan menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram. Gambar 4.4 Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis Dari gambar 4.4 terlihat bahwa persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis mengalami peningkatan. Pada indikator 1 kondisi awal sebelum penelitian persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 33 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 73. Pada indikator 2 kondisi awal 33 18 39 42 27 30 42 73 85 61 73 64 73 82 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi Awal Kondisi Akhir 169 jumlah siswa yang minimal cukup kritis 18 meningkat pada kondisi akhir menjadi 85. Indikator 3 kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis 39 meningkat pada kondisi akhir menjadi 61. Kemudian pada kondisi indikator 4 diperoleh jumlah siswa yang minimal cukup kritis 42 meningkat pada kondisi akhir 73. Indikator 5 kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis 27 meningkat pada kondisi akhir menjadi 64. Pada indikator 6 kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis 30 meningkat pada kondisi akhir menjadi 73. Kemudiankeseluruhan kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis, yaitu 42 meningkat pada kondisi akhir menjadi 82. Selanjutnya pegambilan data observasi atau pengamatan tentang kemampuan berpikir kritis dilakukan selama kegiatan belajar berlangsung, yaitu pada siklus I dan siklus II. Pengambilan data observasi kemampuan berpikir kritis bertujuan untuk penguat kemampuan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Observasi pada siklus I dilakukan selama dua kali, yaitu pada siklus I pertemuan 1 dan siklus I pertemuan 2. Sedangkan observasi pada siklus II dilakukan selama dua kali, yaitu pada siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2. Kemudian hasil observasi pada siklus I dijadikan data awal kemampuan berpikir kritis dan hasil observasi siklus II dijadikan data akhir observasi kemampuan berpikir kritis. Berikut ini merupakan data observasi kemampuan berpikir kritis: Tabel 4.32. Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170 No Indikator Kondis i Awal Kriteri a Kondis i Akhir Kriteria 1 Menganalisis argumen 68.2 CK 81.8 K 2 Mampu bertanya 74.7 CK 85.9 K 3 Mampu menjawab pertanyaan 70.2 CK 85.9 K 4 Memecahkan masalah 66.7 CK 81.8 K 5 Membuat kesimpulan 58.1 TK 79.3 K 6 Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. 58.6 TK 74.7 CK Berdasarkan tabel 4.33 diketahui data observasi kemampuan berpikir kritis awal dan data akhir mengalami peningkatan disetiap indikatornya. Berikut ini peneliti akan menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram. Gambar 4.5 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis SiswaObservasi Berdasarkan gambar 4.5 diperoleh data tentang kemampuan berpikir kritis berdasarkan observasi. Pada indikator 1 data awal diperoleh skor 68,2, yaitu pada kriteria “cukup kritis” kemudian data akhir pada indikator 1 68.2 74.7 70.2 66.7 58.1 58.6 81.8 85.9 85.9 81.8 79.3 74.7 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Observasi Kondisi Awal Kondisi Akhir 171 meningkat menjadi 81,8, yaitu pada kriter ia “kritis”. Pada indikator 2 diperoleh skor 74,7, yaitu pada kriteria “cukup kritis” kemudian perolehan data akhir pada siklus 2 meningkat menjadi 85,9 pada kriteria “kritis”. Kemudian pada indikator 3 diperoleh data skor observasi awal 70,2 pada kriteria “cukup kritis” dan kondisi akhir pada indikator 3 diperoleh skor 85,9 pada kriteria “kritis”. Pada indikator 4 data awal observasi diperoleh skor 66,7, yaitu pada kriteria “cukup kritis” dan data akhir pada indikator 4 meningkat menjadi 81,8 pada kriteria “kritis”. Sedangkan pada indikator 5 data awal observasi diperoleh skor 58,1 pada kriteria “tidak kritis” kemudian ata akhir pada indikator 5 meningkat menjadi 79,3 pada krteria “kritis”. Kemudian data awal pada indikator 6 diperoleh skor 58,6 pada kriter ia “tidak kritis” dan data akhir pada indikator 6 meningkat menjadi 74,7 pada kriteria “cukup kritis”. Dari data kuesioner dan observasi tentang kemampuan berpikir kritis diatas diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis disetiap indikatornya. Setelah didapatkanhasil penelitian dan pembahasan, kemudian dipaparkan hasil perbandingan pencapaian hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, sebagai berikut: Tabel 4.33. Perbandingan Pencapaian Penelitian Variabel Indikator Kondisi Awal Siklus I Siklus II Hasil Belajar Nilai rata-rata kelas 65 65.76 76.06 Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM 39 64 82 172 Variabel Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Nilai Kemampuan Berpikir Kritis 57.4 71.82 Persentase kemampuan berpikir kritis 42 82 Dari tabel 4.33 perbandingan pencapai penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahawa pencapaian nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari kondisi awal 60,73 kemudian dilakukan penelitian pada siklus I meningkat menjadi 65,76 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76,06. Persentase siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 39 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 64 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 82. Selanjutnya didapatkan nilai kemampuan berpikir kritis pada kondisi awal adalah 57,4 pada kriteria “tidak kritis” dan pada kondisi akhir nilai kemampuan berpikir kritis mencapai 71,82 pada kriteria “cukup kritis”. Sedangkan persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada kondisi awal 42 dan pada kondisi akhir mencapai 82.Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Dari Penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis tentang pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis materi KPK dan FPB siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 20152016. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas PTK yang telah dilaksanakan di SD Negeri Karangmloko 1 tentang penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi KPK dan FPB di kelas V SD Negeri Karangmloko 1 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 Relating, 2Experiencing, 3Cooperating, 4 Applying, 5 Transfering. 2. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi KPK dan FPB di kelas V SD Negeri Karangmloko 1. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal rata-rata sebelum dilakukan penelitian, yaitu 60,73 dengan persentase ketuntasan 39. Setelah dilakukan penelitian pada siklus I menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 65,76 dengan persentase ketuntasan siswa mencapai 64. Kemudian dilanjutkan ke siklus II dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual, hasil belajar siswa mengalami 169 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam mata pelajaran Matematika melalui model pembelajaran kontekstual.

1 3 286

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatakan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VA pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

3 17 366

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang.

0 0 249

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

1 9 359