1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bab I, peneliti membahas tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah, dan spesifikasi produk.
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988: 204 pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
Pelaksanaan pendidikan ini tentu saja memiliki tujuan. Dalam Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 dikemukakan tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.
Dengan diselenggarakannya
pendidikan diharapkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 semakin meningkat. Sumber Daya Manusia yang berkualitas akan
mendukung Negara menjadi lebih baik dan lebih mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pelaksanaan pendidikan maka diperlukan pendidik yang
profesional. Pendidik yang dimaksud adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Guru sebagai
pendidik profesioanl harus memiliki empat kompetensi guru yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Selain itu guru juga memiliki tugas
antara lain mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi.
Sulistyorini 2009:
50 mengungkapkan
evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu
obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Sulistyorini 2009: 50
menjelaskan lebih lanjut mengenai evaluasi pendidikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam
dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan teknik tes maupun non-tes.
Tes diartikan sebagai alat dan memiliki prosedur sistematis yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai suatu pengetahuan atau
3 penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu
Hamzah 2014: 100. Tes memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan karena tes memiliki prosedur yang komperhensif, sistematis,
dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan dalam
proses pembelajaran.
Mengingat pentingnya peranan tes dalam dunia pendidikan maka dalam
penyusunannya hendaknya memperhatikan pedoman penyusunan tes. Dengan memperhatikan pedoman penyusunan tes dalam pembuatan tes
maka tes yang dihasilkan akan memenuhi kriteria tes yang baik. Purwanto 2016: 114 mengemukakan bahwa sebuah tes hasil belajar sebagai alat
ukur yang baik, harus memiliki dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Widoyoko 2014: 131 menambahkan bahwa karakteristik butir soal
mencakup taraf kesukaran, daya pembeda, serta analisis pengecoh, sebagai syarat tes dapat dikatakan baik.
Tes yang disusun berdasarkan pedoman penyusunan tes akan memberikan gambaran yang jelas mengenai pemahaman siswa akan
materi yang telah dipelajari. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD Karitas Nandan pada tanggal 28 Juli 2014. Guru melakukan
tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi dalam pelajaran. Guru sudah memiliki pengalaman dalam menyusun sendiri tes
khususnya dalam mata pelajaran matematika. Namun langkah penyusunan tes yang dilakukan guru belum sesuai dengan pedoman penyusunan tes
yang baik. Guru terkadang mengambil soal dari buku atau sumber lain dalam melakukan penyusunan tes. Kesulitan yang dialami guru selama
4 penyusunan soal adalah penentuan besarnya angka yang akan dimasukkan
ke dalam soal. Soal yang telah disusun oleh guru juga belum dilakukan analisis untuk
mengetahui kualitas butir soalnya. Guru juga
mengungkapkan mengalami kesulitan dalam membuat soal matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah tentang uang
yang soalnya bervariasi. Dari wawancara ini diperoleh informasi mengenai kebutuhan guru akan contoh tes hasil belajar matematika yang valid dan
reliabel serta diketahui karakteristik butir soalnya yang meliputi daya beda, tingkat kesukaran dan pengecoh yang berkualitas baik.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, maka peneliti terdorong untuk mengembangkan tes hasil belajar matematika
dengan melakukan
penelitian pengembangan
yang berjudul
“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pembulatan Dan Penaksiran Serta Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang Untuk
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” Hasil dari penelitian dan pengembangan tes ini dapat membantu guru
untuk mendapatkan contoh tes hasil belajar matematika yang sudah dianalisis butir soal serta diketahui kualitas butir soal. Tes yang
dikembangkan berpedoman pada ranah kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu
mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta.
B. Pembatasan Masalah