Pembuatan Mie Basah Aplikasi Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica) Sebagai Bahan Pengawet Mie Basah

22

2. Pembuatan Mie Basah

Mie basah mentah umumnya terbuat dari tepung gandum tepung terigu, air, dan garam dengantanpa penambahan garam alkali. Terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan mie basah mentah. Fungsi terigu adalah sebagai bahan pembentuk struktur, sumber karbohidrat, sumber protein, dan pembentuk sifat kenyal gluten. Garam berfungsi memberikan rasa, memperkuat tekstur, dan mengikat air. Garam alkali berfungsi untuk meningkatkan pH, menyebabkan warna sedikit kuning dengan flavor yang lebih baik Astawan, 1999. Bobot bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan mie basah adalah 100 tepung terigu, 35 air, 10 garam, dan 0,6 Na 2 CO 3 dari bobot terigu yang akan dibuat Pahrudin, 2005. Tepung terigu yang biasanya digunakan adalah tepung terigu dengan kandungan protein yang tinggi hard flour . Tepung terigu jenis ini akan menghasilkan adonan yang kuat. Pada pembuatan mie basah, jumlah air yang ditambahkan memegang peranan yang sangat penting. Menurut Badrudin 1994, jumlah air yang ditambahkan adalah sekitar 34-40. Jika air yang ditambahkan kurang dari 34, akan menyebabkan adonan menjadi keras, rapuh, dan sulit dibentuk menjadi lembaran. Sedangkan bila air yang ditambahkan lebih dari 40, maka adonan menjadi basah dan lengket. Proses pembuatan mie basah terdiri atas beberapa tahap, yaitu penimbangan bahan, pencampuran, pengadukan, pembentukan lembaran, pengistirahatan, dan pemotongan. Untuk pembuatan mie basah mentah, dilanjutkan dengan pemupuran dengan tapioka, sedangkan mie basah matang, dilanjutkan dengan perebusan atau pengukusan dan pelumuran dengan minyak kelapa. Gambar 1 menunjukkan diagram alir pembuatan mie basah. 23 Penimbangan bahan È Pencampuran È Pengadukan È Pembentukan lembaran È Pengistirahatan È Pemotongan Pemupuran dengan tapioka Perebusanpengukusan È È Mie basah mentah Pelumuran minyak kelapa È Mie basah matang Gambar 1. Diagram alir pembuatan mie basah Penimbangan bahan merupakan tahap yang pertama kali dilakukan. Penimbangan bahan sebaiknya dilakukan secara teliti dan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Pencampuran bahan dilakukan secara bertahap. Pencampuran air, garam, dan Na 2 CO 3 dilakukan terlebih dahulu. Setelah menjadi larutan, lalu dicampurkan sedikit-sedikit dengan tepung terigu. Tahap pencampuran bertujuan untuk menghasilkan campuran yang homogen, menghidrasi tepung dengan air, dan membentuk adonan dari jaringan gluten, sehingga adonan menjadi elastis dan halus. Setelah dicampur, semua bahan mengalami pengadukan. Menurut Badrudin 1994, waktu pengadukan yang terpilih adalah sekitar 15-20 menit. Jika waktu pengadukan kurang dari 15 menit, maka adonan menjadi lunak dan lengket. Dan bila waktu pengadukan lebih dari 20 menit, maka adonan menjadi keras, rapuh, dan kering. Adonan yang diharapkan bersifat 24 lunak, lembut, tidak lengket, halus, elastis, dan mengembang dengan normal. Tahap selanjutnya adalah pembentukan lembaran. Proses ini bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membentuk adonan menjadi lembaran Badrudin, 1994. Lembaran yang diharapkan berupa lembaran yang halus dengan arah serat searah. Lembaran selanjutnya diistirahatkan selama 15 menit dan sebaiknya dalam keadaan digulung dan dibungkus. Tujuan pengistirahatan adalah untuk menyempurnakan pembentukan gluten. Setelah diistirahatkan, pemotongan lembaran dilakukan dengan memotong mie menjadi untaian benang-benang mie yang memiliki tebal 1-3 mm. Untuk mie basah mentah, proses selanjutnya adalah pemupuran dengan menggunakan tapioka. Tujuan pemupuran adalah agar mie tidak lengket satu sama lain. Sedangkan untuk mie basah matang, mie langsung direbusdikukus. Tujuan dari perebusanpengukusan adalah agar terjadi proses gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga mie menjadi kenyal Badrudin, 1994. Mie yang telah direbusdikukus selanjutnya dilumuri dengan minyak kelapa dengan tujuan untaian mie tidak lengket satu sama lain, memberikan citarasa, serta meningkatkan warna dan penampakan mie agar tampak lebih mengkilap Mugiarti, 2001.

3. Kerusakan Mie Basah