STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE NHT (Numbered Head Together) DILENGKAPI MODUL DENGAN METODE TPS

(1)

commit to user

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE NHT (Numbered Head Together) DILENGKAPI MODUL DENGAN METODE

TPS (Think Pair Share) DILENGKAPI LKS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI KELAS X SEMESTER GASAL SMA N 1 GEMOLONG

TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh:

ZAIDAH NURUL WAFIAH NIM K3306042

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

 

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE NHT (Numbered Head Together) DILENGKAPI MODUL DENGAN METODE

TPS (Think Pair Share) DILENGKAPI LKS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI KELAS X SEMESTER GASAL SMA N 1 GEMOLONG

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

Zaidah Nurul Wafiah K 3306042

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyusun Skripsi Program Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii  

PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari : Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Endang Susilowati, S.Si, M.Si NIP. 19700117 200003 2 001

Pembimbing II

Drs. Sugiharto, Apt, M.S NIP. 19490317 197603 1 002


(4)

commit to user

iv

 

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ... NIP. 19590725 198503 2 008

Sekretaris : Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si ... NIP. 19721023 199802 2 001

Anggota I : Endang Susilowati, S.Si, M.Si ... NIP. 19700117 200003 2 001

Anggota II : Drs. Sugiharto, Apt, M.S ... NIP. 19490317 197603 1 002

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

 

ABSTRAK

Zaidah Nurul Wafiah. K3306042. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE NHT (Numbered Head Together) DILENGKAPI MODUL DENGAN METODE TPS (Think Pair Share) DILENGKAPI LKS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI STOIKIOMETRI KELAS X SEMESTER GASAL SMA N 1 GEMOLONG TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul dibanding prestasi belajar siswa menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri; (2) prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi dibanding prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri; dan (3) adanya interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian desain faktorial 3×2. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas X-C, X-F, dan X-G semester gasal SMA Negeri 1 Gemolong Tahun Ajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif dan kemampuan awal. Analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama dengan persyaratan uji normalitas dengan metode Liliefors, uji homogenitas dengan metode Bartlet dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji komparasi ganda antar baris dengan harga Fhitung = 7,59 > Ftabel

= 6,14. Selain itu, dapat dilihat dari rataan marginal dari metode NHT dilengkapi modul yang lebih tinggi dari pada rataan marginal metode TPS dilengkapi LKS, yaitu 46,75 > 40,31. (2) Prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi daripada siswa berkemampuan awal rendah pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan harga Fhitung = 0,08 < Ftabel = 3,92. (3) Tidak terdapat

interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan harga Fhitung = 1,70 < Ftabel = 3,07.


(6)

commit to user

vi

 

ABSTRACT

Zaidah Nurul Wafiah. K3306042. A COMPARATIVE STUDY OF COOPERATIVE LEARNING IN NHT (Numbered Head Together) METHOD COMPLETED BY MODULE WITH TPS (Think Pair Share) METHOD COMPLETED BY STUDENT WORK SHEET VIEWED FROM INITIAL CAPABILITY TOWARDS LEARNING ACHIEVEMENT OF STOICHIOMETRY AT THE FIRST GRADE IN SMA N 1 GEMOLONG ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, January 2011.

The aims of this research are to know: (1) the student’s learning achievement using NHT method completed by module compare with student’s learning achievement using TPS method completed by Student Work Sheet on matter Stoichiometry; (2) the student’s learning achievement with high initial capability compare with the student’s learning achievement with low initial capability on matter stoichiometry. (3) there is interaction between NHT method completed by module and TPS method completed by Student Work Sheet with initial capability toward student’s learning achievement on matter stoichiometry.

This research used an experiment method by using factorial design 3 x 2. The sample in this research were the student’s of X-C, X-F, and X-G in SMA N 1 Gemolong academic year 2010/2011. Sampling technique is used Cluster Random Sampling. Data collection technique gained from objective test method to measure cognitive learning achievement and the initial capability. The analysis of data technique used in this research was A Two-Way Variance Analysis with different cells which had the requirement Liliefors method to analyze normality, Bartllet method to analyze homogenity and continued with double comparative test that use Scheffe method.

Based on this research of the analysis can be conclude: (1) The student’s learning achievement of NHT method completed by module is higher than TPS method completed by Student Work Sheet on matter stoichiometry. This is proven by value of the double comparative test Fobs = 7,59 > Ftabel = 6,14. Beside that, it

can be seen from the marginal average of NHT method completed by module is higher than TPS method completed by Student Work Sheet, that is 46,75 > 40,31. (2) The student’s learning achievement student with high initial capability not higher than low initial capability on matter stoichiometry. This is proven by value of two-way variance analysis with different cells Fobs = 0,08 < Ftabel = 3,92. (3)

There is no interaction between NHT method completed by module and TPS method completed by Student Work Sheet with initial capability toward student’s learning achievement on matter stoichiometry. This is proven by value of two-way variance analysis with different cells Fobs = 1,70 < Ftabel = 3,07.


(7)

commit to user

vii  

MOTTO

“Percayalah bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

“Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang sebelum dia mengubah keadaan dirinya sendiri”

“Jika bukan aku yang mengerjakan ini, maka tidak ada orang lain yang bisa”

“Harapan adalah mimpi yang tidak pernah tidur, selama masih ada harapan mimpi setinggi apapun pasti bisa dicapai”


(8)

commit to user

viii  

PERSEMBAHAN

Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada: Orang Tuaku: Karno dan Ngatmi Adikku: Devi Agustian dan Muhammad Andre Tri Abdullah

Nae Chingu: Tri Wulandari, Ari Eka Suryaningsih Kikie Etyaningsih, Siti Latifah

Yuliesta Arofati, Hana Wahyuning Palupi, Nur Fausi Kusumawati

Teman-teman Pendidikan Kimia 2006 All My Friends

Almamater Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret


(9)

commit to user

ix

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini, guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi.

3. Dra. Tri Redjeki, M.S, selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Endang Susilowati, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Drs. Sugiharto, Apt, M.S, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, selaku ketua penguji skripsi yang telah banyak memberikan masukan.

7. Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si, selaku sekretaris penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan.

8. Sri Yamtinah, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama masa studi.

9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.


(10)

commit to user

x

 

10. Drs. Muhammad Amir Zubaidi, Selaku Kepala SMA Negeri 1 Gemolong yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

11. Ngatijo, S.Pd, Selaku guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 1 Gemolong yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

12. Seluruh keluarga besar SMA N 1 Gemolong 2010/2011 atas keramahan, bantuan, dan kerjasama yang telah diberikan.

13. Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

14. Saudara Pendidikan Kimia 2006 (Wulan, Eka, Kikie, Siti, Mbak Lisa, Mbak Hana, Ayik, Wahyu, Uzi, Muyas, Dina, Eva, Dhesy, Rina, Vina, Lia, Ikha, Sylvi, Trendy, Susi, Sona, Cahyo, Rachel, Zakkiy, Niken, Rista, Atik, Rosa, Ichan, Dian, Siskha, Ana, Hesti, Tami, Sofi, Ela, Nur, Pipit, Narmi, dan Rais) terimakasih untuk segala dukungan, semangat dan kebersamaannya.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga amal kebaikan mereka mendapat imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Surakarta, Januari 2011 Penulis


(11)

commit to user

xi

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN... ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah……… 5

C. Pembatasan Masalah………... 6

D. Perumusan Masalah……… 7

E. Tujuan Penelitian……… 7

F. Manfaat Penelitian……… 8

BAB II. LANDASAN TEORI... 9

A. Tinjauan Pustaka……….. 9

1. Studi Komparasi ... 9

2. Belajar ………..………... 9

3. Pembelajaran Kooperatif ... 11

4. Metode NHT (Numbered Head Together) ... 12

5. Metode TPS (Think Pair Share) ... 13

6. Media Pembelajaran ... 14


(12)

commit to user

xii  

Halaman

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 15

7. Kemampuan Awal Siswa ... 16

8. Prestasi Belajar... 17

a. Ranah Kognitif ... 18

b. Ranah afektif ... 18

c. Ranah Psikomotor ... 19

9. Stoikiometri ... 19

a. Massa Atom Relatif (Ar) ... 19

b. Massa Molekul Relatif (Mr) ... 20

c. Konsep Mol ... 21

1) Pengertian Mol ... 21

2) Massa Molar Zat ... 21

3) Volume Molar Gas ... 22

4) Molaritas ... 23

5) Hubungan Mol, Jumlah Partikel, Massa, Volume, dan Molaritas ... 23

d. Rumus Empiris ... 24

e. Rumus Molekul ... 25

f. Kadar Zat ... 26

g. Hitungan Kimia Sederhana ... 27

h. Pereaksi Pembatas ... 28

i. Air Kristal (Kimia Hidrat) ... 29

B. Kerangka Berfikir……… 30

C. Perumusan Hipotesis………...……… 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……… 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

1. Tempat Penelitian ... 35

2. Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35


(13)

commit to user

xiii  

Halaman

2. Prosedur Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Sumber Data ... 38

2. Instrumen Penilaian ... 39

a. Uji Validitas ... 39

b. Uji Reliabilitas ... 40

c. Uji Taraf Kesukaran Soal ... 41

d. Uji Daya Pembeda Soal ... 43

E. Teknik Analisis Data ... 44

1. Uji Prasyarat Analisis ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Homogenitas ... 45

2. Uji Keseimbangan ... 46

3. Pengujian Hipotesis ... 48

4. Uji Komparasi Ganda ... 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 54

A. Deskripsi Data ... 54

1. Data Nilai Kemampuan Awal Siswa ... 55

2. Data Nilai Prestasi Belajar Siswa ... 56

a. Rerata Prestasi Belajar Siswa ... 56

b. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa ... 57

1) Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa menurut Metode Pembelajaran ... 57

2) Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa menurut Kemampuan Awal ... 58

B. Pengujian Prasyarat Analisis... 59


(14)

commit to user

xiv  

Halaman

2. Uji Normalitas ... 60

3. Uji Homogenitas ... 61

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 62

1. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 62

2. Hasil Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi ... 63

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

1. Hipotesis Pertama... ... 64

2. Hipotesis Kedua... ... 67

3. Hipotesis Ketiga... ... 68

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………. 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi ... 70

C. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(15)

commit to user

xv  

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian...…………... 35 Tabel 2. Rancangan Penelitian ……….………... 36 Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17.

Rangkuman Uji Validitas Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal...………. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal... Rangkuman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal... Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian Kognitif dan Kemampuan Awal... Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan Sel Tak Sama... Notasi dan Tata Letak Data... Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama... Jumlah Siswa yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah... Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Siswa Kelas NHT Dilengkapi Modul, Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas Kontrol... Rerata Prestasi Belajar Siswa... Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Materi Stoikiometri Kelas NHT Dilengkapi Modul, Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas Ceramah... Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa………... Rangkuman Hasil Analisis Variansi Satu Jalan Nilai Pretes………... Rangkuman Uji Normalitas Sampel dengan Uji Liliefors………... Rangkuman Hasil Uji Homogenitas...

40 41 42 44 48 50 52 54 55 56 57 59 60 61 61


(16)

commit to user

xvi  

Tabel 18. Tabel 19.

Tabel 20.

Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Belajar Siswa………. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Prestasi Belajar Siswa ………... Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris Prestasi Belajar Siswa……... .

62

62


(17)

commit to user

xvii  

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Hubungan antara Mol, Jumlah Partikel, Massa, Volume, dan

Molaritas... 24 Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama…... 32 Gambar 3. Histogram Skor Kemampuan Awal Siwa Kelas NHT

Dilengkapi Modul, Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas Kontrol... 56 Gambar 4. Histogram Prestasi Belajar Kelas NHT Dilengkapi Modul,

Kelas TPS Dilengkapi LKS, dan Kelas Ceramah... 58 Gambar 5. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Ditinjau


(18)

commit to user

xviii  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Silabus Pembelajaran...… 75 Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………. Kisi-Kisi Penyusunan Penilaian Kognitif………....……. Instrumen Penilaian Kognitif..……….… Kisi-Kisi Penyusunan Penilaian Kemampuan Awal….... Instrumen Penilaian Kemampuan Awal………..…. Kunci Jawaban……….……….… Lembar Jawab……….….. Modul………..….… Lembar Kerja Siswa (LKS)………...….….…. Lembar Format Telaah Modul………. Lembar Format Telaah LKS……….………… Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Soal Penilaian Kognitif... Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Soal Penilaian Kemampuan Awal………….. Daftar Kelompok Kelas NHT Dilengkapi Modul... Daftar Nilai Stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2009/2010………. Data Induk Penelitian... Uji Normalitas………... Uji Homogenitas………... Uji Keseimbangan……… Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama……... Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi………... Dokumentasi Penelitian... 77 91 92 101 102 111 112 113 141 159 160 161 165 169 170 173 176 196 201 203 207 209


(19)

commit to user

1

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kemajuan pendidikan generasi

bangsanya. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas suatu

bangsa. Kemajuan pendidikan bangsa sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan

kualitas sumber daya manusianya. Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis

melainkan sesuatu yang dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan

yang terus menerus. Pembaruan pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan nasional sehingga dapat meningkatkan kualitas bangsa. Berbagai

upaya telah dilakukan antara lain pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas guru,

penerapan metode pembelajaran yang terkini, penyediaan sarana dan prasarana

pendidikan, penataan manajemen pendidikan, dan penerapan produk teknologi.

Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian kurikulum.

Dari kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, sampai

kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan saat ini kurikulum

yang sedang digunakan adalah kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Pergantian dan perubahan kurikulum tersebut dilakukan sebagai

usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam pendidikan sekolah menengah terdapat mata pelajaran kimia. Kimia

merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang hakekat pengetahuannya berdasarkan

fakta, hasil pemikiran, dan hasil penelitian yang dilakukan para ahli. Pada

kenyatannya mata pelajaran kimia dirasa sulit oleh sebagian besar siswa sehingga

menyebabkan prestasi belajarnya kurang tinggi. Dalam pelajaran kimia di SMA

terdapat materi stoikiometri yang diajarkan di kelas X semester gasal. Stoikiometri

hakekatnya berisi konsep-konsep dan penerapan rumus dalam perhitungan kimia

yang sebagian besar soalnya berupa soal-soal hitungan. Agar menguasai konsep

dalam stoikiometri maka banyak diperlukan latihan soal. Kurangnya latihan soal yang


(20)

commit to user

dilakukan siswa dapat menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap materi

strokiometri. Karena itu, prestasi belajar materi stoikiometri kurang tinggi.

Berdasarkan fakta dilapangan, siswa di SMA Negeri 1 Gemolong masih

memiliki prestasi belajar yang rendah pada materi stoikiometri. Hal tersebut dapat

dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada materi tersebut tahun pelajaran

2009/2010, lebih dari 50% siswa memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum) dengan nilai KKM pelajaran kimia adalah 65. Selain itu, nilai

rata-rata dua kelas dari tujuh kelas juga masih berada di bawah KKM yaitu 54,69 dan

49,84 (Lampiran 16). Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Di

antaranya proses pembelajarannya, sarana prasarana, atau oleh faktor penyebab yang

lain. Dalam proses pembelajaran, metode mengajar yang digunakan berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa. Apabila metode yang biasa digunakan kurang sesuai

dengan materi stoikiometri maka prestasi belajar siswa juga kurang maksimal. Selain

itu, apabila siswa kurang latihan soal maka siswa juga akan kurang memahami materi

tersebut. Hal tersebut dapat pula disebabkan oleh media yang belum dipergunakan

dengan baik.

Kesesuaian dalam penggunaan metode mengajar yang dipilih guru dalam

pembelajaran akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi

yang diberikan sehingga dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru

seharusnya menggunakan metode yang baik dalam proses pembelajaran di kelas.

Metode mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan

pembelajarannya. Dengan metode mengajar yang baik dan sesuai dengan materi

stoikiometri diharapkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode yang populer

akhir-akhir ini. Dengan metode pembelajaran kooperatif, keaktifan siswa dapat

dikembangkan. Begitu pula dengan keterampilan sosial dan aspek kognitif siswa.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana

siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain


(21)

commit to user

3

 

 

dalam memahami konsep materi pelajaran (Slavin, 2008 : 4). Pembelajaran

kooperatif menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar dan selalu

memperhatikan teman satu kelompok agar dapat memahami konsep materi yang

dipelajari.

Hanze & Berger (2007 : 39) menyatakan bahwa

terdapat pengaruh yang kuat

dari pembelajaran kooperatif pada kebutuhan dasar pengalaman, motivasi intrinsik,

dan keaktivan proses tingkat pendalaman. Dalam penelitian lain, Adeyemi (2008 :

702) menyatakan bahwa siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif secara

signifikan lebih baik daripada siswa dalam problem solving atau kelompok dalam

metode konvensional. Effendi Zakaria, Lu Chung Chin, & Md. Yusoff Daud (2010 :

275) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang positif

antara siswa yaitu menekankan interaksi sosial dan hubungan antara siswa dalam

kelompok sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat dua metode struktural yaitu metode

Numbered Heads Together

(NHT) dan metode

Think Pair Share

(TPS). Metode ini

dapat dilakukan dengan cepat dan singkat. Melalui metode pembelajaran struktural,

siswa diharapkan dapat saling memberikan dan membagikan ide-ide serta

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dan meningkatkan semangat

kerjasama siswa. Selain itu, siswa dapat berlatih berpendapat, menghargai pendapat

orang lain, dan bertukar pendapat yang disajikan dalam bentuk diskusi kelompok.

Dengan demikian, siswa dapat aktif dalam membuat kesimpulan untuk suatu

pengetahuan atau membentuk konsep.

Materi stoikiometri merupakan salah satu materi yang hampir semua soalnya

berupa soal hitungan sehingga perlu banyak latihan dalam proses pembelajarannya.

Dalam proses pembelajaran, metode NHT memberikan kewajiban pada siswa untuk

berdiskusi bersama anggota kelompoknya dalam menyelesaikan soal-soal yang

diberikan oleh guru. Dengan mengerjakan banyak latihan soal stoikiometri siswa

akan menemukan konsep dalam stoikiometri dan dapat menyelesaikan soal-soalnya.

Dengan metode pembelajaran ini, siswa akan lebih siap dalam belajar, siswa


(22)

commit to user

melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang sudah paham dapat

mengajari siswa yang kurang paham. Dengan jumlah anggota kelompok yang lebih

besar dimana terdiri dari empat sampai lima anggota, gagasan atau ide yang

disampaikan lebih beragam dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, metode

NHT diharapkan sesuai untuk materi stoikiometri.

Materi stoikiometri seperti yang telah dikemukakan, walaupun terdapat

banyak latihan soal tapi terdapat sebagian siswa belum mampu untuk

menyelesaikannya maka prestasi belajarnya juga tidak akan maksimal. Dalam proses

pembelajaran, metode TPS merupakan metode pembelajaran kelompok yaitu siswa

diberi waktu berpikir, membagi hasil pemikirannya dengan teman, dan saling

membantu satu sama lain. Apabila dalam proses latihan soal terdapat siswa yang

kurang mampu dalam menyelesaikan soal tersebut, maka dengan metode ini siswa

tersebut dapat berbagi kesulitannya dengan teman pasangannya atau teman

sebangkunya sehingga soal tersebut dapat terselesaikan. Metode ini bertujuan untuk

mengajarkan siswa agar lebih mandiri dalam menyelesaikan soal-soal yang dapat

membangkitkan rasa percaya diri siswa. Metode ini juga mengajarkan siswa untuk

berpendapat, menerima pendapat orang lain, dan bekerjasama dengan orang lain.

Oleh karena itu, metode TPS diharapkan sesuai untuk materi stoikiometri.

Metode pembelajaran membutuhkan suatu media pembelajaran untuk

membantu mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran metode NHT, siswa langsung diberi soal atau permasalahan untuk

diselesaikan tanpa adanya penjelasan dari guru. Modul merupakan salah satu media

cetak yang berisi uraian materi, contoh soal beserta penyelesaian, dan soal evaluasi

beserta kunci jawaban. Dalam pelaksanaannya, metode NHT dapat dilengkapi modul

karena dengan adanya modul siswa dapat terlebih dahulu mempelajari materi yang

akan diajarkan di rumah. Selain itu, siswa juga dapat mengerjakan soal evaluasi yang

terdapat di dalamnya. Dengan demikian, siswa akan dapat memahami materi

stoikiometri.


(23)

commit to user

5

 

 

Sedangkan dalam proses pembelajaran TPS, latihan soal yang diberikan pada

siswa lebih sedikit. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu media cetak yang

berisi lembaran-lembaran tugas ataupun soal-soal yang harus dikerjakan siswa.

Dalam pelaksanaannya, metode TPS dapat dilengkapi LKS karena siswa dapat

mengerjakan latihan soal yang terdapat di LKS sehingga siswa terbiasa dan lebih

mudah menyelesaikan soal stoikiometri. Dengan demikian, diharapkan prestasi

belajarnya menjadi lebih baik.

Untuk mempelajari materi stoikiometri diperlukan suatu kemampuan awal

yang mendukung dikuasainya materi tersebut. Hal ini disebabkan karena materi

stoikiometri berkaitan dengan tata nama senyawa kimia, persamaan reaksi dan

hukum-hukum dasar kimia yang nantinya akan mempengaruhi prestasi belajar yang

diperoleh siswa. Perbedaan kemampuan awal yang dimiliki siswa akan ditemui oleh

guru dalam proses belajar mengajar, ada yang memiliki kemampuan awal tinggi, ada

pula yang kemampuan awalnya rendah. Pemahaman terhadap perbedaan kemampuan

awal harus diperhatikan agar dapat menentukan metode pembelajaran yang baik

untuk pembelajaran materi stoikiometri.

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui

prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS

dilengkapi LKS ditinjau dari kemampuan awal pada materi stoikiometri di SMA N 1

Gemolong dengan judul : “Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Metode NHT

(

Numbered Heads Together

) Dilengkapi Modul dengan Metode TPS (

Think Pair

Share

) Dilengkapi LKS Ditinjau dari Kemampuan Awal terhadap Prestasi Belajar

Siswa pada Materi Stoikiometri Kelas X Semester Gasal SMA N 1 Gemolong Tahun

Ajaran 2010/2011”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :


(24)

commit to user

1.

Prestasi belajar siswa SMA N 1 Gemolong pada materi stoikiometri masih

rendah.

2.

Apakah diperlukan variasi metode dan media pembelajaran dalam pengajaran

materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong?

3.

Apakah metode kooperatif NHT (

Numbered Heads Together

) dilengkapi modul

sesuai untuk materi stiokiometri?

4.

Apakah metode kooperatif TPS (

Think Pair Share

) dilengkapi LKS sesuai untuk

materi stoikiometri?

5.

Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode NHT

dilengkapi modul dan siswa yang diajar dengan metode TPS dilengkapi LKS?

6.

Apakah prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih

tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi

stoikiometri?

7.

Adakah pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada

materi stoikiometri?

8.

Apakah prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi

daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri?

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar penelitian yang dikaji lebih

terarah dan fokus, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas X semester gasal SMA N 1 Gemolong

Tahun Ajaran 2010/2011.

2.

Metode Pengajaran

Metode pengajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pembelajaran kooperatif NHT (

Numbered Heads Together

) dilengkapi modul

(kelas eksperimen I), metode pembelajaran kooperatif TPS (

Think Pair Share

)

dilengkapi LKS (kelas eksperimen II), dan metode ceramah (kelas kontrol).


(25)

commit to user

7

 

 

3.

Materi Pengajaran

Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah stoikiometri.

4.

Kemampuan Awal

Dalam penelitian ini, kemampuan awal siswa dikategorikan menjadi kemampuan

awal tinggi dan kemampuan awal rendah. Kemampuan awal dari materi

stoikiometri adalah tata nama senyawa, persamaan reaksi kimia, dan

hukum-hukum dasar kimia.

5.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah prestasi belajar

kognitif.

D.

Perumusan Masalah

Setelah dilakukan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dikemukakan

perumusan masalah sebagai berikut :

1.

Apakah prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih

tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi

stoikiometri?

2.

Apakah prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi

daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri?

3.

Apakah terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS

dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada

materi stoikiometri?

 

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan pada penelitian ini

adalah untuk mengetahui :

1.

Prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul dibanding

prestasi belajar siswa menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi

stoikiometri.


(26)

commit to user

2.

Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi dibanding prestasi belajar

siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri.

3.

Adanya interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS

dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada

materi stoikiometri.

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.

Manfaat teoritis

a.

Memberikan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa yang diperoleh

melalui metode pembelajaran kooperatif NHT dilengkapi modul dan TPS

dilengkapi LKS.

b.

Menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran kooperatif NHT dan

TPS.

c.

Memberikan informasi tentang pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi

belajar siswa.

d.

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung

teori-teori yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.

Manfaat praktis

a.

Memberikan masukan kepada guru dalam memilih metode pembelajaran yang

tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan pembelajaran kimia pada

materi stoikiometri sehingga hasil belajar siswa maksimal.

b.

Memberikan masukan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang diharapkan


(27)

commit to user

  BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Studi Komparasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, studi adalah kajian atau telaah ilmiah (2005 : 774) sedangkan komparasi adalah perbandingan (2005 : 479). Menurut Poerwadarminta (1976 : 965), studi adalah pelajaran; penggunaan waktu dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan; penyelidikan. Dari pengertian tersebut, studi komparasi berarti kajian yang membandingkan variabel-variabel yang terkait dengan penyelidikan yang dilakukan, yang membutuhkan waktu dan pikiran. Penelitian komparasi dapat menemukan perbedaan-perbedaan ataupun persamaan-persamaan terkait variabel-variabel dalam penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini akan dikomparasikan antara variabel bebas yaitu metode pembelajaran (NHT dilengkapi LKS dan TPS dilengkapi LKS) dan kemampuan awal terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar sehingga diharapkan dapat ditemukan persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan dari variabel-variabel tersebut.

2. Belajar

Beberapa definisi belajar yang dikemukakan para ahli pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 11), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Nana Sudjana , 1989 : 5). Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,


(28)

commit to user

1995 : 2). Konsep belajar mengandung implikasi memfungsikan aspek nalar, logis, maupun kreatif (Conny Semiawan, 2008 : 2). Menurut Aunurrahman (2009 : 36) belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.

Belajar dilihat dari psikologi adalah adanya perubahan kematangan bagi anak didik sebagai akibat belajar sedangkan dilihat dari proses adalah interaksi antara peserta didik dengan pendidik sebagai proses pembelajaran. (Syaiful Sagala, 2009 : 50). Menurut Sulistyorini (2009 : 6) belajar adalah sebagai proses untuk merubah diri seseorang agar memiliki pengetahuan, sikap, dan tingkah laku melalui latihan yang penuh dengan tantangan atau melakui pelbagai pengalaman yang telah terjadi.

Dari beberapa pendapat tersebut, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh peserta didik mendapatkan perubahan dengan memfungsikan nalar, logika, dan kreativitasnya sebagai hasil dari pengalaman atau pengetahuan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar (Slameto, 1995 : 3-4) antara lain : Perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali faktor (Sumadi Suryabrata, 2006 : 233). Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan antara lain :

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pebelajar, dan ini masih dibagi menjadi dua golongan yaitu : faktor-faktor nonsosial dan faktor-faktor sosial b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pebelajar, dan dapat digolongkan


(29)

commit to user

1) Faktor-faktor fisiologis 2) Faktor-faktor psikologis

3. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dicirikan dengan struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif (Arends, 2001 : 314). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa didorong dan atau diharuskan untuk bekerja bersama dalam tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasi usaha mereka untuk melengkapi tugas. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling bergantung untuk memperoleh penghargaan yang akan diberikan jika mereka sukses sebagai kelompok.

Pembelajaran kooperatif dapat dicirikan oleh beberapa hal berikut : a. Siswa bekerja dalam tim untuk menguasai tujuan akademik.

b. Tim disusun dari siswa heterogen (berkemampuan tinggi, sedang dan rendah). c. Kemungkinan sewaktu-waktu, tim mencakup campuran ras, budaya, dan jenis

kelamin dari siswa.

d. Sistem penghargaan diorientasi untuk kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2008 : 4). Dalam metode pembelajaran kooperatif, siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.

Menurut Slavin (2008 : 10), tiga konsep penting dalam semua metode pembelajaran kelompok yaitu :

a. Penghargaan Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan tim lainnya jika mereka berhasil melampaui kriteria tertentu yang telah ditetapkan.


(30)

commit to user

b. Tanggung Jawab Individu

Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya.

c. Kesempatan Sukses yang Sama

Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik, dan kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.

Arends (2001 : 323-326) mengatakan bahwa empat pendekatan yang seharusnya menjadi bagian dari daftar yang akan digunakan guru dalam mengajar, antara lain : STAD, Jigsaw, Group Investigation, Pendekatan Struktural. Contoh pendekatan struktural yaitu NHT (Numbered Heads Together) dan TPS (Think Pair Share).

4. Metode Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk lebih melibatkan siswa dalam mereview materi pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung ke seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah berikut (Arends, 2001: 326) :

a. Langkah 1 – Penomoran (Numbering) : Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggotakan tiga sampai lima siswa dan memberi nomor pada tiap anggota sehingga setiap siswa pada tiap-tiap tim mempunyai nomor yang berbeda antara 1 – 5.

b. Langkah 2 – Pengajuan Pertanyaan (Questioning) : Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan tersebut bisa lebih spesifik dan dalam bentuk pertanyaan “ Ada berapa negara bagian dalan Uni Eropa?” atau dapat pula menjadi pertanyaan perintah seperti “


(31)

commit to user

pastikan bahwa setiap orang mengetahui ibu kota lima negara yang berbatasan dengan Samudra Pasifik.”

c. Langkah 3 – Berpikir Bersama (Heads Together) : Siswa menyatukan ide untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua anggota tahu jawabannya.

d. Langkah 4 – Pemberian Jawaban (Answering) : Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya di hadapan seluruh kelas.

5. Metode Think Pair Share (TPS)

Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman (1985) dan rekan-rekannya di Universitas Maryland. Metode ini mengasumsikan bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam kelompok kelas secara keseluruhan. Metode ini memberi waktu pada siswa untuk berpikir dan merespon serta membantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru selesai menyelesaikan sajian pendek atau siswa selesai membaca tugas atau suatu masalah. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk mengkaji lebih dalam tentang apa yang telah dijelaskan atau yang dibaca. Guru lebih memilih menggunakan strategi Think Pair Share dari pada tanya jawab pada seluruh kelompok. (Arends, 2001 : 325)

Metode Think Pair Share menerapkan langkah-langkah berikut :

a. Langkah 1 – Berpikir (Thinking) : Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau masalah yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk memikirkan sendiri jawabannya selama satu menit.

b. Langkah 2 – Berpasangan (Pairing) : Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan. Interaksi selama masa ini dapat berupa saling berbagi jawaban pertanyaan atau berbagi ide dalam menyelesaikan masalah. Biasanya guru memberikan waktu tidak lebih dari empat atau lima menit untuk berpasangan.

c. Langkah 3 – Berbagi (Sharing) : Dalam langkah terakhir, guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi jawaban atau penyelesaian masalahnya dengan seluruh kelas. Ini efektif bagi guru untuk berjalan


(32)

commit to user

mengelilingi ruangan dari pasangan satu ke pasangan yang lain sampai seperempat atau separo pasangan berkesempatan melaporkan hasil diskusinya.

6. Media Pembelajaran

Briggs dalam Sri Anitah (2009 : 1) berpendapat bahwa media pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran termasuk di dalamnya buku, videoslide, slide suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dengan dua arah cara, yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan oleh siswa sendiri (Basuki & Farida, 2001 : 13). Media belajar yang dapat digunakan oleh siswa itu dirancang, dikembangkan, dan diproduksi secara sistematik, serta dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar (Abdul Majid, 2006 : 170). Bahan ajar dapat pula menjadi suatu sumber belajar bagi siswa. Bahan ajar merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam membantu proses pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan matematis sehingga mampu menguasai semua kompetensi.

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Bahan ajar dapat berbentuk bahan ajar cetak, bahan ajar dengar (audio), bahan ajar audio visual, dan bahan ajar interaktif. Bahan ajar cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, dll. (Abdul Majid, 2006 : 174).


(33)

commit to user

a. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Abdul Majid, 2006 : 176). Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya.

Modul pembelajaran terdiri dari petunjuk umum, materi, dan lembar kerja atau evaluasi pembelajaran (Hujair AH Sanaky, 2009 : 166). Komponen- komponen modul pembelajaran :

1) Lembaran judul 2) Daftar isi

3) Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik

(standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu) 4) Petunjuk untuk siswa

5) Lembaran kegiatan siswa yang memuat materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa (uraian materi dan lembar kegiatan siswa)

6) Lembaran kerja 7) Kunci lembaran kerja

8) Evaluasi siswa dan kunci evaluasi siswa

b. Lembar Kerja/Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. (Abdul Majid, 2006 : 176). LKS merupakan media cetak yang terdiri dari satu atau dua lembar atau lebih yang diberikan kepada setiap siswa dalam satu kelas dengan tujuan untuk melakukan aktivitas belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, LKS dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Selain itu, LKS dapat mengembangkan keterampilan proses dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.

Ciri-ciri dari LKS adalah sebagai berikut :

1) LKS diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan 2) Sumber penyusunan LKS dari buku paket dan referensi


(34)

commit to user

3) LKS disusun berdasarkan garis-garis besar program pengajaran 4) Jawaban dari pertanyaan untuk LKS berupa isian singkat 5) LKS disusun oleh gurunya sendiri

Beberapa hal mengenai pengembangan dan pemanfaatan LKS dalam pembelajaran :

1) Dalam LKS siswa akan mendapat uraian materi, tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan .

2) Desain LKS harus memperhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, dan kejelasan.

3) Empat langkah dalam pengembangan LKS adalah a) penentuan tujuan instruksional, b) pengumpulan materi, c) penyusunan elemen, dan d) cek dan penyempurnaan.

7. Kemampuan Awal Siswa

Setiap proses belajar mengajar mempunyai kompetensi sendiri yang akan dimiliki siswa setelah interaksi pembelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar sebagian ditentukan oleh ciri-ciri khas yang dimiliki siswa. Ciri-ciri khas tersebut terutama kemampuan awal. Oleh karena itu, kemampuan awal siswa perlu ikut serta dalam sebagian perencanaan dan pengelolaan pembelajaran.

Abdul Gafur dalam Tri Murti (2007 : 17) menyatakan bahwa kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan, termasuk di dalamnya bermacam-macam latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah dimiliki pada saat akan di mulai suatu pembelajaran baru. Setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolak sendiri atau berpangku pada kemampuan siswa itu (tingkah laku awal) untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan pembelajaran (tingkah laku akhir). Oleh karena itu, keadaan siswa pada awal proses belajar mengajar tertentu (tingkah laku awal) memiliki kesesuaian terhadap penentuan, perumusan, dan pencapaian tujuan pembelajaran (tingkah laku akhir).

Nana Sudjana (1995 : 158) menyatakan bahwa pengetahuan dan kemampuan dasar baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya dan kemampuan


(35)

commit to user

yang lebih rendah dari pengetahuan baru tersebut. Tidak semua aspek dari kemampuan awal yang dimiliki siswa pada awal proses belajar mengajar berpengaruh besar terhadap tujuan yang diharapkan. Kemampuan dan keterampilan tersebut harus sesuai dengan tujuan kompetensi. Umumnya siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan sesuai dengan tujuan kompetensi akan lebih mudah menerima dan memahami pembelajaran berikutnya karena pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya yang lebih rendah tingkatannya.

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes prasyarat. Tes prasyarat merupakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa yaitu apakah siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan atau disyaratkan untuk mengikuti suatu pembelajaran. Di dalam pembelajaran kimia, terdapat ciri-ciri tertentu dalam mempelajari kimia diantaranya adalah materi yang dipelajari harus berurutan. Hal ini dikarenakan untuk membentuk konsep-konsep baru dan pengetahuan baru didasarkan pada konsep dan pengetahuan sebelumnya.

Dari uraian di atas, kemampuan awal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai prasyarat untuk memperoleh konsep dan pengetahuan baru yang lebih tinggi tingkatannya dari pada konsep dan pengetahuan sebelumnya. Kemampuan awal yang berkaitan dengan materi stoikiometri antara lain materi tata nama senyawa, persamaan reaksi, dan hukum-hukum dasar kimia.

8. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 1991 : 22). Penggolongan prestasi belajar menurut Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Menurut Bloom et al, ranah kognitif terdiri dari enam aspek (Aunurrahman, 2009 : 49), yaitu :


(36)

commit to user

1) Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang dipelajari

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Aspek ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil karangan.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap. Ranah afektif terdiri dari lima aspek (Nana Sudjana, 1991 : 30) yaitu :

1) Penerimaan (Receiving/Attending), yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa dalam bentuk massalah, situasi, gejala, dll.

2) Jawaban atau Responding, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

3) Penilaian (Valuing) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.

4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang.


(37)

commit to user

c. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam tingkatan keterampilan (Nana Sudjana, 1991 : 31), yaitu :

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dll.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan,

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.

9. Stoikiometri

Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan persamaan-persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikimetri. Stoikiometri berasal dari kata Yunani Stoicheion yang berarti unsur dan –metria yaitu ilmu pengukuran.(Keenan, et al, 2002 : 44)

a. Massa Atom Relatif (Ar)

Para ahli menggunakan isotop karbon C-12 sebagai standar dengan massa atom relatif sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan perbandingan massa rata-rata satu atom suatu unsur terhadap 1/12 massa atom C-12.

1 satuan massa atom (sma) = 1/12 massa atom C-12.

Massa atom rata-rata oksigen 1,33 kali lebih besar dari pada massa atom C-12. Maka Ar O adalah 1,33 dikalikan dengan 12 yaitu sebesar 15,96. Para ahli membandingkan massa atom yang berbeda-beda menggunakan skala massa atom relatif dengan lambang “Ar”.

Massa atom relatif suatu unsur (Ar) adalah bilangan yang menyatakan perbandingan massa suatu atom tersebut dengan 1/12 massa satuatom C-12.


(38)

commit to user

Isotop atom C-12 mempunyai massa atom 12 sma. Satu sma sama dengan 1,6605655 x 10-24 gram.

Ar X massa atom rata rata X

x massa atom C Contoh:

Jika diketahui massa satu atom oksigen 2,70 x 10-23 gram. Berapakah Ar atom O jika massa atom C 1,99 x 10 -23 ?

Jawab:

Ar O massa satu atom O

x massa satu atom C

, x

x , x ,

b. Massa Molekul Relatif (Mr)

Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan perbandingan tertentu. Unsur-unsur yang sama bergabung membentuk molekul unsur, sedangkan unsur-unsur yang berbeda membentuk molekul senyawa. Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa molekul (Mr). Massa molekul relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa terhadap 1/12 kali massa atom C-12.

Mr X massa atom rata rata molekul

x massa atom C

Massa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan Ar (massa atom relatif) dari atom-atom pembentuk molekul tersebut.

Contoh :

Tentukan massa molekul relatif (Mr) Ca(OH)2 jika diketahui Ar Ca = 40, O = 16, dan H = 1.

Jawab :

Satu molekul Ca(OH)2 mengandung 1 atom Ca, 2 atom O dan 2 atom H. Mr Ca(OH)2 = (1 x Ar Ca) + (2 x Ar O) + (2 x Ar H)


(39)

commit to user

= 40 + 32 +2 = 74

(Budi Utami, dkk, 2009 : 93-96)

c. Konsep Mol

1) Pengertian Mol

Mol merupakan suatu satuan jumlah yang menyatakan jumlah partikel dalam zat. Standar mol adalah 12 gram C-12. Mol didefinisikan sebagai sejumlah massa zat yang mengandung partikel sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram C-12. Melalui percobaan, para ahli menemukan jumlah partikel dalam 1 mol adalah 6,02 x 1023 yang disebut tetapan Avogadro.

Jumlah partikel-partikel atom, molekul, atau ion dalam 1 mol zat akan sama dengan jumlah partikel-partikel dalam 1 mol zat lainnya. Namun, massa setiap zat dalam 1 mol tidak sama. Hubungan jumlah mol (n) dengan jumlah partikel (x) dapat dirumuskan sebagai berikut.

x , x

(Michael Purba, 2007 : 129)

2) MassaMolar Zat (mm)

Massa molar zat adalah massa 1 mol suatu zat yang dinyatakan dengan Ar atau Mr nya dalam satuan gram.

Contoh :

Diketahui Ar Ca = 40 dan Mr CO2 = 44, maka

• Massa 1 mol Ca = 40 gram.

• Massa 1 mol CO2= 44 gram.

Dengan demikian hubungan jumlah mol (n) dengan massa zat (m) dapat ditulis :

m = n x Ar/Mr

dengan m : massa zat, n : jumlah mol, dan Ar/Mr : massa atom/molekul molar.


(40)

commit to user

Berapa mol molekul oksigen (O2) yang terdapat dalam 32 gram oksigen? (Ar O = 16)

Jawab :

Hubungan m = n x Ar/Mr dapat ditata ulang untuk menghitung jumlah mol,

n = m/Mr

Massa molar molekul oksigen (O2) = (2 x 16) = 32 Jumlah mol molekul oksigen (O2)

/ mol

3) Volume Molar Gas (Vm)

Volume per mol gas disebut volume molar gas. Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas hanya bergantung pada jumlah molnya.

V = n x Vm

Dengan V : volume gas, n : jumlah mol, dan Vm : volume molar.

Pada keadaan standar (suhu 0o C dan tekanan 1 atm) yang dinyatakan dengan STP (Standart Temperature and Pressure), volume molar gas adalah 22,4 L/mol.

Contoh :

Berapakah volume gas 2 mol CO2 dalam keadaan STP? Jawab :

V (STP) = n x Vm = 2 mol x 22,4 l/mol = 44, 8 L.

Pada suhu dan tekanan gas tertentu, volume gas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan gas ideal.

PV = nRT

dengan P : tekanan gas (atm), V : volume gas (L), n : jumlah mol gas, R : tetapan gas (0,082 L atm mol-1 K-1), dan T : suhu gas (K).

Contoh :

Tentukan volume dari 1 gram oksigen pada 27o C, 1 atm (Ar O = 16). Jawab :


(41)

commit to user

Jumlah mol oksigen,

/ , mol

, mol x , L atm mol K x K

atm , L

4) Molaritas

Banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu larutan dapat diketahui dengan menggunakan konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam molaritas (M). Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 L larutan.

Dengan M : molaritas atau kemolaran larutan, n : mol zat terlarut, dan V : volume larutan. Misalnya, larutan NaCl 0,2 M berarti dalam tiap liter larutan itu terdapat 0,2 mol NaCl atau dalam tiap mL larutan terdapat 0,2 mmol NaCl.

Contoh :

Hitung jumlah mol dan massa urea (Mr = 60) yang terdapat dalam 200 mL larutan urea 0,4 M.

Jawab :

Jumlah mol urea, n = M x V = 0,4 M x 0,2 L = 0,08 mol Massa urea, m = n x mm = 0,08 mol x 60 g/mol = 4,8 g

5) Hubungan Mol, Jumlah Partikel, Massa, Volume dan Molaritas.

Mol merupakan satuan jumlah yang mudah diubah ke dalam satuan lain. Dengan demikian, satuan mol dapat digunakan sebagai sarana untuk mencari jumlah zat dalam satuan lain. Mol dapat difungsikan sebagai pusatnya dalam arti untuk mengubah dari satuan yang satu ke dalam satuan yang lain. Hubungan antara jumlah partikel, massa, volume, dan molaritas yang bergantung pada jumlah mol dapat dilihat pada Gambar 1.


(42)

commit to user

Gambar 1. Hubungan antara Mol, Jumlah Partikel, Massa, Volume, dan Molaritas

d. Rumus Empiris

Rumus empiris atau rumus perbandingan suatu senyawa menyatakan perbandingan paling sederhana dari atom-atom penyusun senyawa. Rumus empiris adalah perbandingan mol atom unsur-unsur penyusunnya.

Contoh :

• Glukosa C6H12O6, rumus empiris glukosa adalah (CH2O)n. Perbandingan terkecil jumlah atom C : H : O = 1 : 2 : 1

• Butana C4H10 , rumus empirisnya (C2H5)n Perbandingan terkecil jumlah atom C : H = 2 : 5

Senyawa yang tidak memiliki perbandingan terkecil, maka rumus molekulnya sama dengan rumus empiris.

Misal:

• Air, rumus molekulnya H2O, rumus empirisnya H2O.

• Natrium klorida, rumus molekulnya NaCl, rumus empirisnya NaCl dan sebagainya.

x Volume : Volume

: 6,02. 1023 x 6,02.

: Mr x Mr

: 22,4 L

x 22,4 JUMLAH

MOL MASSA (GRAM)

VOLUME (STP)

JUMLAH PARTIKEL MOLARITAS


(43)

commit to user

Dalam menentukan rumus empiris, hal yang harus dilakukan adalah menentukan jumlah mol masing-masing unsur (n = m/Mr) kemudian menentukan perbandingan mol atom unsur-unsurnya.

e. Rumus Molekul

Rumus molekul suatu senyawa menyatakan jenis dan jumlah atom-atom unsur dalam satu molekul senyawa tersebut. Senyawa asam asetat dalam tiap molekulnya terdiri dari 2 atom karbon (C), 4 atom hidrogen (H), dan 2 atom oksigen (O). Oleh karena itu, rumus molekul asam asetat adalah C2H4O2 atau CH3COOH. Dengan demikian, perbandingan jumlah atom C : H : O dalam asam asetat adalah 2 : 4 : 2 = 1 : 2 : 1. Jadi, rumus empiris asam asetat adalah CH2O.

Beberapa senyawa dengan rumus empiris CH2O antara lain :

• Formaldehida, HCHO atau (CH2O); Mr = 30.

• Asam asetat, CH3COOH atau (CH2O)2, Mr = 60.

• Glukosa, C6H12O6 atau (CH2O)6; Mr = 180.

Secara umum, jika rumus empiris senyawa adalah RE maka rumus molekulnya dapat dinyatakan sebagai (RE)n; adapun harga n bergantung pada massa molekul relatif (Mr) senyawa yang bersangkutan.

Contoh : menentukan rumus empiris dan rumus molekul.

Dalam 7,5 gram suatu hidrokarbon (senyawa C dengan H) terdapat 6 gram karbon. Massa molekul relatif (Mr) senyawa tersebut 30. Tentukan rumus empiris dan rumus molekul senyaw tersebut! (Ar H = 1, C = 12)

Jawab :

• Menentukan rumus empiris Jumlah mol C = g

g/mol , mol.

Jumlah mol H = , g g

g/mol , mol

Perbandingan mol C : H = 0,5 mol : 1,5 mol = 1 : 3. Rumus empiris senyawa tersebut adalah CH3.


(44)

commit to user

Misalkan rumus molekul senyawa tersebut (CH3)x.

Mr (CH3)x = 30 → ((1 x Ar C) + (3 x Ar H))x = 30 ((1 x 12) + (3 x 1))x = 30

(12 + 3)x = 30 15x = 30

x = 2 Rumus molekul senyawa tersebut (CH3)2 = C2H6

f. Kadar Zat

Kadar zat dapat ditentukan berdasarkan rumus empiris atau rumus kimia senyawa yang menyatakan perbandingan mol atom unsur penyusunnya. Dari perbandingan atom, dapat ditentukan perbandingan massa dan kadar (% massa) unsur-unsur penyusun senyawa. Hubungan massa senyawa dengan massa unsur penyusunnya dapat dinyatakan sebagai berikut :

massa senyawa ndeks x unsur X x massa unsur X senyawa

kadar x x %

x adalah jumlah atom unsur dalam 1 molekul senyawa = indeks dari unsur yang bersangkutan dalam rumus kimia senyawa.

Contoh : menentukan massa

Berapa massa asam sulfat (H2SO4) dapat dibuat dari 64 gram belerang? (Ar H = 1, O = 16, dan S = 32)

Jawab :

massa senyawa ndeks x unsur X x massa unsur X senyawa

Massa H2SO4 = x g g

Contoh : menentukan kadar unsur

Berapakah kadar C dan N dalam urea, CO(NH2)2? (Ar H = 1, C = 12, N = 14, dan O = 16)


(45)

commit to user

Jawab :

Mr urea = (1 x Ar C) + (1 x Ar O) + (2 x Ar N) + (4 x Ar H)

Mr urea = 12 + 16 + 28 + 4 = 60

kadar x x %

kadar C x x % %

kadar N x x % , %

g. Hitungan Kimia Sederhana

Menghitung jumlah suatu zat yang diperlukan atau dihasilkan dalam suatu reaksi dimana jumlah salah satu zat dalam reaksi itu diketahui, digolongkan sebagai hitungan kimia sederhana.

Contoh :

Hidrogen dapat dibuat dari reaksi aluminium dengan larutan natrium hidroksida.

2Al (s) + 2NaOH (aq) + 6H2O (l) → 2Na(Al(OH)4) (aq) + 3H2 (g) Berapa volume gas hidrogen (STP) yang terbentuk, jika digunakan 5,4 gram Al? (Ar Al = 27)

Jawab :

Langkah-langkah mengerjakan soal tersebut yaitu :

1) Menuliskan persamaan reaksi setara (sudah diberikan).

2Al (s) + 2NaOH (aq) + 6H2O (l) → 2Na(Al(OH)4) (aq) + 3H2 (g) 2) Menyatakan jumlah mol zat yang diketahui, yaitu aluminium.

Jumlah mol Al = ,

/ , mol

3) Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan, yaitu gas H2 berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.

Jumlah mol H Koe isien HKoe isien Al x Jumlah mol Al x , mol , mol

4) Menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan, yaitu menentukan volume gas H2


(46)

commit to user

h. Pereaksi Pembatas

Jika zat pereaksi direaksikan tidak dalam jumlah yang sebanding atau tidak sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya, maka salah satu pereaksi akan habis lebih dahulu dan pereaksi lain akan bersisa. Sehingga hasil reaksi akan bergantung pada jumlah pereaksi yang habis lebih dahulu. Pereaksi pembatas adalah pereaksi yang habis terlebih dahulu.

(Michael Purba, 2007 : 130-145) Contoh :

Sebanyak 2,7 gram aluminium direaksikan dengan 49 gram asam sulfat encer sehingga menghasilkan garam aluminium sulfat dan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi : Al (s) + H2SO4 (aq) → Al2(SO4)3 (aq) + H2 (g) (belum setara). Diketahui Ar Al = 13, H = 1, S = 32, O = 16.

a. Zat manakah yang merupakan pereaksi pembatas? b. Berapa gram zat yang tidak ikut bereaksi?

c. Berapa gram garam yang terbentuk?

d. Berapa volume gas hidrogen yang terbentuk (STP)? Jawab :

Jumlah mol Al = ,

/ , mol

Jumlah mol H2SO4 = / , mol

Persamaan reaksi : 2Al (s) + 3H2SO4 (aq) → Al2(SO4)3 (aq) + 3H2 (g)

a. Jika mol pereaksi dibandingkan dengan koefisien reaksinya, Al dengan bilangan , atau 0,05 sedangkan H2SO4 dengan bilangan , atau 0,1667 maka pereaksi pembatasnya adalah aluminium sehingga mol Al habis. Persamaan reaksi : 2Al (s) + 3H2SO4 (aq) → Al2(SO4)3 (aq) + 3H2 (g)

Mula-mula : 0,1 mol 0,5 mol

Bereaksi : 0,1 mol 0,15 mol 0,05 mol 0,15 mol

__________________________________________________________ _


(47)

commit to user

b. Jumlah H2SO4 yang tersisa = 0,35 mol

Massa H2SO4 tersisa = jumlah mol x Mr = 0,35 mol x 98 g/mol = 34,3 g c. Jumlah mol garam yang terbentuk = 0,05 mol

Massa Al2(SO4)3 = jumlah mol x Mr = 0,05 mol x 342 g/mol = 17,1 g d. Mol H2 = 0,15 mol

Volume (STP) = mol x 22,4 L/mol = 0,15 mol x 22,4 L/mol = 3,36 L (Muchtaridi & Sandri, 2006 : 188)

i. Air Kristal (Kimia Hidrat)

Hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai bagian dari struktur kristalnya. Jika suatu hidrat dipanaskan maka sebagian atau seluruh air kristalnya dapat lepas atau menguap. Jika suatu hidrat dilarutkan dalam air maka air kristalnya akan terbentuk. Dua sifat hidrat tersebut dapat digunakan untuk menentukan jumlah molekul air dari suatu hidrat.

Contoh :

Sebanyak 10 gram hidrat besi(II) sulfat dipanaskan sehingga semua air kristalnya menguap. Massa zat padat yang tersisa adalah 5,47 gram. Tentukan rumus hidrat tersebut? (Ar H = 1, O = 16, S = 32, dan Fe = 56)

Jawab :

Selisih massa yang ada adalah massa air kristal.

Misal jumlah air kristalnya adalah x, rumus hidratnya adalah FeSO4.xH2O. Massa FeSO4.xH2O = 10; massa FeSO4 = 5,47 gram

Massa air = 10 – 5,47 = 4,53 gram Jumlah mol FeSO4 = , / , mol Jumlah mol H2O = /, , mol

Perbandingan mol FeSO4 : H2O = 0,036 : 0,252 = 1 : 7 berarti 1 molekul FeSO4 mengikat 7 molekul air.


(48)

commit to user

B. Kerangka Berfikir

Prestasi belajar siswa merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran, metode dan media yang digunakan oleh guru berperan dalam pencapaian tujuan belajar. Pemilihan metode pembelajaran dan media yang baik dan disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri.

Prestasi belajar siswa rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, apabila metode yang digunakan kurang sesuai maka prestasi belajar siswa kurang maksimal. Misalnya metode yang sering digunakan ada materi stoikiometri cenderung teacher center, siswanya pasif, dan media kurang digunakan dengan baik. Apabila metode yang digunakan sesuai dengan materi stoikiometri maka diharapkan prestasi belajar siswa tingggi.

Dengan penggunaan pembelajaran kooperatif, pembelajaran cenderung

student center, siswa akan lebih aktif, dan media dapat digunakan dengan baik. Materi stoikiometri merupakan materi yang banyak konsep hitungan sehingga siswa membutuhkan banyak latihan soal untuk memahami konsep tersebut. Pada proses pembelajaran, metode NHT memberikan banyak latihan soal kepada siswa. Metode NHT menekankan kerjasama siswa (4-5 orang) pada saat menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Sedangkan pada proses pembelajaran metode TPS, siswa kurang diberi latihan soal. Metode TPS memberi waktu pada siswa untuk berpikir, berpasangan dan berdiskusi serta saling bantu satu sama lain dalam menyelesaikan soal atau permasalahan. Jumlah anggota kerjasama dalam metode NHT lebih banyak


(49)

commit to user

daripada metode TPS sehingga masukan dari tiap anggota lebih banyak. Dengan kerjasama tersebut diharapkan banyak latihan soal yang dapat terselesaikan.

Untuk membantu metode NHT dalam pembelajaran digunakan modul. Dengan adanya modul ini diharapkan siswa dapat memahami konsep pada materi stoikiometri. Modul berisi materi, contoh soal beserta penyelesaian serta evaluasi. Setelah membaca modul di rumah, siswa diharapkan dapat menyelesaikan latihan soal yang diberikan guru pada saat di sekolah. Dengan demikian siswa dapat memahami konsep dalam materi stoikiometri. Untuk membantu metode TPS, dalam pembelajarannya digunakan LKS. Dengan adanya LKS siswa diharapkan dapat melatih pemahaman materi dengan mengerjakan latihan-latihan soal yang terdapat dalam LKS.

Karena dalam metode NHT latihan soal yang dilakukan siswa secara kelompok lebih banyak daripada dalam metode TPS, dan metode NHT dilengkapi modul yang hakekat isinya lebih dibandingkan dengan metode TPS yang dilengkapi LKS, dapat diprediksi bahwa prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri.

2. Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri.

Dalam pembelajaran kimia, terdapat materi yang harus dipelajari berurutan. Hal ini dikarenakan untuk membentuk konsep baru didasarkan atau diperlukan konsep-konsep sebelumnya. Kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai prasyarat untuk memperoleh konsep baru disebut sebagai kemampuan awal. Stoikiometri merupakan salah satu materi dalam pelajaran kimia yang membutuhkan suatu kemampuan awal. Kemampuan awal yang terkait dengan materi stoikiometri yaitu tata nama senyawa, persamaan reaksi, dan hukum-hukum dasar kimia.

Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah memahami konsep baru dalam materi selanjutnya yaitu stoikiometri. Sedangkan siswa dengan kemampuan awal rendah akan kurang mudah. Apabila kemampuan


(1)

pekerjaan teman sebangku. Oleh karena itu, konsep stoikiometri kurang berkesan pada siswa yang pasif. Hal tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode TPS dilengkapi LKS.

Selain hal di atas, kedua metode tersebut menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode yang biasa digunakan (ceramah dan tanya jawab). Dalam pembelajaran dengan metode ceramah, siswa hanya mempelajari materi yang disampaikan oleh guru. Proses pembelajarannya lebih bersifat teacher centered sehingga siswa kurang aktif dalam prosesnya. Oleh karena itu, latihan soal yang diberikan sebagian besar dikerjakan oleh guru sehingga siswa kurang pengalaman dalam mengerjakan soal secara mandiri.

Secara umum, kegiatan belajar mengajar pada kelas NHT dilengkapi modul dan kelas TPS dilengkapi LKS siswa cukup aktif. Pada kelas NHT dilengkapi modul, setelah memberi penjelasan singkat terkait tujuan pembelajaran dan materi yang akan dipelajari, siswa menempatkan diri bersama kelompoknya, dari 36 siswa dibagi menjadi 9 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Dalam pembelajaran ini siswa berusaha menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan bantuan modul. Meskipun terdapat sebagian siswa yang belum bisa memahami modul masih dapat dibantu teman sekelompoknya yang lebih paham untuk memahami isi modul sehingga semua anggota kelompok dapat menyelesaikan soal dan memahami materi stoikiometri. Hal ini juga didukung dengan dituntutnya tanggung jawab bahwa setiap siswa yang mempunyai nomor harus siap untuk memberikan jawaban dari soal-soal ke seluruh kelas secara individu sehingga terjalin kerjasama antar anggota kelompok untuk memahami materi yang diajarkan.

Sedangkan pada kelas TPS dilengkapi LKS, siswa terlebih dahulu diberi penjelasan materi dan contoh soal secara singkat oleh guru kemudian siswa diberi satu soal terkait materi yang baru saja dijelaskan yang terdapat di LKS. Guru meminta siswa memikirkan jawaban soal tersebut secara individu kemudian mendiskusikan jawaban tersebut dengan teman sebangkunya (berpasangan). Dalam diskusi ini siswa berusaha menyelesaikan soal yang diberikan. Dalam


(2)

commit to user

67 

 

pembelajaran ini terdapat pasangan siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan benar tapi terdapat pula pasangan siswa yang kesulitan menyelesaikan soal sehingga masih perlu bimbingan guru dalam diskusi.

Kegiatan belajar mengajar di kelas kontrol yaitu menggunakan metode ceramah, siswa bertindak pasif. Guru memberikan penjelasan materi stoikiometri dilanjutkan memberikan contoh soal dan cara menyelesaikan. Bagi siswa yang belum memahami materi dapat bertanya pada guru, namun sebagian besar siswa memilih diam ketika belum memahami penjelasan materi yang disampaikan. Hal tersebut terlihat ketika masih terdapat siswa yang belum bisa menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi dibandingkan dengan metode TPS dilengkapi LKS dan metode ceramah pada materi stoikiometri kelas X semester gasal SMA N 1 Gemolong Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri. Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama hipotesis kedua, diperoleh harga Fobs = 0,08. Harga Ftabel = 3,92 dengan

N = 107 pada taraf signifikansi 5%. Karena Fobs < Ftabel, maka H0B diterima dan

H1B ditolak. Oleh karena itu, tidak dilakukan uji lanjut pasca analisis variansi

yaitu tidak dilakukan uji komparasi ganda antar kolom. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan awal siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri. Dengan kata lain hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi daripada siswa berkemampuan awal rendah pada materi stoikiometri kelas X SMA N 1 Gemolong 2010/2011.

Pada penelitian ini, kemampuan awal dari materi stoikiometri adalah tata nama senyawa kimia, persamaan reaksi kimia, dan hukum-hukum dasar kimia. Sebelum mempelajari materi stoikiometri, hendaknya siswa terlebih dahulu


(3)

mempelajari ketiga materi tersebut. Ketiga materi tersebut merupakan materi yang cenderung hafalan dan berkaitan dengan pemahaman konsep. Sedangkan materi stoikiometri lebih ke penerapan rumus, dapat terkait dengan mampu tidaknya siswa menggunakan rumus ataupun kemampuan siswa dalam menghitung. Karakteristik siswa dalam kemampuan kognitif berbeda-beda, ada siswa yang lebih unggul dalam materi hafalan namun ada pula yang lebih unggul dalam materi hitungan. Hal tersebut dapat menyebabkan prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tidak lebih tinggi daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011.

Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang telah diuraikan dalam bab II dapat berpengaruh terhadap hasil tes kemampuan awal yang diberikan siswa. Misalnya keadaan udara dan suhu yang terlalu panas sehingga siswa kurang fokus dan kurang konsentrasi untuk mengerjakan soal yang diberikan. Lagipula, waktu untuk mengerjakan tes kemampuan awal tidak sama tiap kelasnya. Tiap kelas mengerjakan tes kemampuan awal pada siang hari dengan kondisi yang bermacam-macam, seperti lelah, lapar, sakit, kurang konsentrasi dan sebagainya. Kurangnya persiapan yang dilakukan siswa dapat pula menyebabkan hasil tes yang diberikan kurang bagus.

3. Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga menyatakan tidak terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri. Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama hipotesis ketiga, diperoleh harga Fobs =

1,70. Harga Ftabel = 3,07 dengan N = 107 pada taraf signifikansi 5%. Karena Fobs <

Ftabel, maka H0AB diterima dan H1AB ditolak. Oleh karena itu, tidak dilakukan uji

lanjut pasca analisis variansi yaitu tidak dilakukan uji komparasi ganda antar sel. Hal tersebut berarti tidak terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011.

Tidak terdapatnya interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak


(4)

commit to user

69 

 

ada pengaruh perbedaan metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan, baik NHT dilengkapi modul, TPS dilengkapi LKS, maupun metode ceramah, prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi daripada siswa berkemampuan awal rendah. Untuk setiap kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah, rataan prestasi belajar siswa metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada rataan prestasi belajar siswa metode TPS dilengkapi LKS. Secara keseluruhan, tanpa memperhatikan kemampuan awal, prestasi belajar prestasi belajar siswa metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa metode TPS dilengkapi LKS. Untuk setiap metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS, rataan prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi daripada rataan prestasi belajar siswa berkemampuan awal rendah. secara keseluruhan, tanpa memperhatikan metode, prestasi belajar siswa berkemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa berkemampuan awal rendah.

Dalam penelitian ini, tidak terdapatnya interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya keterbatasan kontrol terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yang berasal dari diri siswa selain kemampuan awal. Hal ini karena masih terdapat banyak faktor-faktor lain seperti bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kebiasaan, kemampuan matematik, kemampuan numerik dan sebagainya yang semuanya dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi stoikiometri.

Secara keseluruhan, dalam penelitian ini dapat ditemukan perbedaan dan persamaan terkait metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa. Perbedaan yang ditemukan yaitu prestasi belajar siswa dengan metode NHT dilengkapi modul lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa dengan metode TPS dilengkapi LKS. Persamaan yang ditemukan yaitu, bila menggunakan metode yang berbeda prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi tidak berbeda secara signifikan dengan prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal rendah .


(5)

commit to user

70

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

1. Prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode NHT dilengkapi modul

lebih tinggi daripada menggunakan metode TPS dilengkapi LKS pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji komparasi ganda antar baris dengan harga Fhitung = 7,59 > Ftabel = 6,14. Selain itu, dapat dilihat dari rataan marginal dari metode NHT dilengkapi modul yang lebih tinggi dari pada rataan marginal metode TPS dilengkapi LKS, yaitu 46,75 > 40,31.

2. Prestasi belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi tidak lebih tinggi

daripada siswa dengan kemampuan awal rendah pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan harga Fhitung = 0,08 < Ftabel = 3,92 yang berarti H0 diterima.

3. Tidak terdapat interaksi antara metode NHT dilengkapi modul dan metode TPS dilengkapi LKS dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa pada materi stoikiometri SMA N 1 Gemolong 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan harga Fhitung = 1,70 < Ftabel = 3,07 yang berarti H0 diterima.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi sebagai berikut : 1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya


(6)

commit to user

71   

bersama antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar secara maksimal.

2. Implikasi Praktis

Pembelajaran kimia materi stoikiometri sebaiknya dilakukan dengan metode NHT dilengkapi modul karena siswa akan melakukan banyak latihan soal dengan bantuan modul dan sedikit bantuan guru.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Bila terdapat metode NHT dan TPS, guru hendaknya menggunakan metode

NHT pada pembelajaran stoikiometri karena siswa melakukan latihan soal dengan usaha sendiri yang nantinya akan lebih diingat dan dipahami siswa.

2. Dalam pembelajaran stoikiometri tidak perlu memperhatikan kemampuan

awal siswa karena tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar materi stoikiometri.

3. Bila kemampuan awal dijadikan faktor yang dominan, tidak perlu

menggunakan variasi metode NHT dilengkapi modul dengan metode TPS dilengkapi LKS dalam pembelajaran materi stoikiometri. Dan bila metode pembelajaran dijadikan faktor yang dominan, maka siswa tidak harus berada dalam kondisi yang sama dalam pembelajaran stoikiometri.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor lain terhadap metode NHT dan TPS guna mengetahui pengaruh dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa, misalnya bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kebiasaan, kemampuan matematik, kemampuan numerik dan sebagainya supaya diperoleh prestasi belajar materi stoikiometri yang maksimal.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

STUDI KOMPARASI ANTARA METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL Studi Komparasi Antara Metode Numbered Head Together (NHT) Dan Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Hasil Belajar Matematika Ke

0 5 17

STUDI KOMPARASI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP STUDI KOMPARASI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGER

0 0 17