warna suara, orang tipe auditori kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam berbicara, berbicara dengan irama yang terpola, biasanya pembicara yang fasih,
lebih suka musik daripada seni, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi dan
menjelaskan segala sesuatu panjang lebar, serta lebih pandai mengeja dengan
keras daripada menuliskannya DePorter Hernacki, 2012:117-118.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditorial adalah dengan mengajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam setiap diskusi yang dilakukan
secara verbal, mendorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras, menggunakan musik sebagai background untuk mengajarkan anak, mengarahkan
anak agar merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan minta anak untuk senantiasa mendengarkannya sebelum tidur, serta sebagai orang tua, baiknya
bantu anak ketika belajar dengan membacakan materi pelajarannya atau mengajaknya berdiskusi mengenai materi pelajarannya Suparman, 2010:66. Ada
juga strategi lain yang digunakan dalam mempermudah pembelajaran anak auditorial yakni dengan mendengarkan kuliah, contoh, dan cerita serta mengulang
informasi adalah cara-cara utama belajarnya. Dapat pula membuat fakta panjang yang mudah diingat oleh siswa auditorial dengan mengubahnya menjadi lagu,
dengan melodi yang sudah dikenal baik DePorter, 2010:216.
2.4.2.3. Gaya Belajar Kinestetik
Seseorang dengan gaya belajar kinestetik harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingatnya Uno, 2008:182.
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik
menonjol disini DePorter, 2010:124. Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan Silbermen, 2006:28. Gaya belajar
seperti ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar penggerak. Hal ini disebabkan karena anak-anak dengan gaya belajar ini senantiasa menggunakan
dan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses pembelajaran atau dalam usaha memahami sesuatu. Anak-anak yang termasuk jenis ini senang
dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan tubuh seperti merangkak, berjalan, dan biasanya memiliki kemampuan berjalan lebih cepat
Suparman, 2010:68-69.
Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini tidak tahan untuk duduk berlama-
lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, siswa tipe kinestetik memiliki kemampuan
mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh DePorter Hernacki, 2012:118. Selain itu, belajar secara kinestetik
berhubungan dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung Subini,
2011:119.
Orang-orang dengan gaya belajar kinestetik juga memiliki ciri-cirinya sendiri. Pembelajar kinestetik cenderung: berbicara dengan perlahan, menanggapi
perhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian orang yang disentuhnya, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, selalu berorientasi pada
fisik dan banyak bergerak, belajar melalui memanipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika
membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, membuat keputusan berdasarkan perasaan, mengetuk penajarikaki
saat mendengarkan, serta senang meluangkan waktu untuk berolahraga dan
kegiatan fisik lainnya DePorter Hernacki, 2012:118-120.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik adalah dengan jangan memaksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, arahkan anak untuk
belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya, misalnya: belajar menanam dengan cara langsung mempraktekannya, izinkan anak untuk mengunyah sesuatu,
misalnya permen karet pada saat belajar, gunakan warna terang untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan, serta izinkan anak untuk belajar sambil
mendengarkan musik, sebab biasanya ketika belajar dengan musik anggota tubuhnya misalnya kepala atau kakinya ikut bergerak mengikuti irama musik
Suparman, 2010:67.
Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga modalitas visual, auditorial dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas
belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi Bandler Grinder dalam DePorter, 2010:123. Berdasarkan jenis-
jenis gaya belajar tersebut di atas, maka sudah pasti guru tak boleh mengajarkan anak didik dengan satu metode saja, akan tetapi mengajar sesuai dengan gaya
belajar yang dimiliki oleh tiap anak atau semua gaya belajar atau gaya penerimaan anak terhadap materi ajar bisa terwadahi oleh gaya mengajar guru. Hal ini untuk
menghindari ada anak didik yang tidak menerima materi pelajaran secara maksimal hanya karena tak senang dengan cara mengajar sang guru Suparman,
2010:70.
2.5. Pola Asuh Orang Tua