Analisis Tahap Analisis Tahap Analisis Tahap

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Tahap

Define Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah utama yang akan diselesaikan. Masalah yang ditemukan dalam perusahaan adalah tingginya jumlah kecacatan yang melebihi standar perusahaan dan adanya kegiatan yang tidak bernilai tambah selama proses produksi seperti waktu menunggu, pemindahan bahan dan pemeriksaan. Aliran informasi mengenai proses produksi dari bahan baku hingga produk jadi diidentifikasi dengan menggunakan diagram SIPOC dan digambarkan secara jelas dengan Value Stream Mapping VSM.

6.2. Analisis Tahap

Measure 6.2.1. Analisis Perhitungan Metric Lean Metric lean digunakan untuk mengetahui keadaan suatu pabrik dari sudut pandang lean. Perhitungan yang dilakukan pada metric lean adalah perhitungan manufacturing lead time. Manufacturing lead time aktual yang diperoleh adalah 942.41 menit. Selain itu dilakukan perhitungan process cycle efficiency. Perhitungan dilakukan dengan membagi aktivitas dalam 2 kategori pada keadaan aktual terdapat 31 aktivitas yang termasuk dalam Non Value Added Ativity NVA dan 22 kegiatan yang termasuk dalam Value Added Activity VAA. Hasil perhitungan process cycle efficiency aktual yang dilakukan memperoleh nilai Universitas Sumatera Utara sebesar 64. Perbandingan antara value added time dan non value added time dapat dilihat pada Gambar 6.1. Gambar 6.1. Diagram Perbandingan Value Added Time dan Non Value Added Time 6.2.2. Analisis Pengolahan Data Kualitas Produk Pengolahan data kualitas produk dibagi menjadi 2 yaitu penentuan critical to quality CTQ dan perhitungan tingkat sigma dan DPMO. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi perusahaan dapat diketahui terdapat 2 jenis CTQ yaitu warna gula dan ukuran kristal gula yang tidak sesuai standar. Hasil tingkat sigma yang diperoleh adalah 3,20 dengan DPMO 45.000, hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap 1.000.000 produksi kemungkinan terjadinya kecacatan adalah 45.000.

6.3. Analisis Tahap

Analyze 6.3.1. Analisis Fishbone Diagram Penyebab- penyebab dari setiap jenis kecacatan produk gula dapat dilihat pada Gambar 6.2 dan 6.3. Universitas Sumatera Utara Warna gula tidak putih Material Manusia Kurang teliti dalam mengatur suhu dan tekanan vakum Metode Mutu bahan baku kurang baik Operator kurang terampil Pemurnian yang tidak optimum Bahan baku kotor Gambar 6.2. Fishbone Diagram Kecacatan Gula Tidak Putih Cacat gula halus Metode Mesin dan peralatan Kurang teliti dalam mengatur kadar air Peralatan yang tidak memadai Manusia Pengerjaan tidak sesuai SOP Operator kurang terampil Tekanan vakum terlalu rendah Gambar 6.3. Fishbone Diagram Kecacatan Gula Halus

6.3.2. Analisis Diagram Five Why

Pada five why sumber-sumber potensial yang menjadi akar permasalahan diperoleh dengan cara bertanya secara terus menerus dengan pihak perusahaan. Hasil diagram five why dapat dilihat pada Tabel 6.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 6.1. Diagram Five Why untuk Kecacatan Gula Tidak Putih Masalah Why Why Why Why Why Warna gula tidak putih Mutu bahan baku kurang baik Bahan baku kotor Banyaknya kotoran pada tebu yang terikut pada proses memanen Kurangnya inspeksi saat memanen tebu Perusahaan tidak memiliki manajemen inspeksi secara khusus Suhu pemasakan terlalu tinggi Kurang teliti dalam mengontrol suhu dan tekanan vakum Operator kurang konsentrasi Operator mengobrol Kurangnya pengawasan Pemurnian yang tidak optimum Proses pemurnian tidak sesuai Pemurnian masih menggunakan metode sulfitasi - - Tabel 6.2. Diagram Five Why untuk Kecacatan Gula Halus Masalah Why Why Why Why Why Gula Halus Kadar air tidak sesuai Air yang diberikan terlalu banyak Operator kurang konsentrasi Operator mengobrol Kurangnya pengawasan Proses masakan terlalu lama Tekanan vakum terlalu rendah Pengerjaan yang tidak sesuai SOP Kurangnya pemahaman terhadap SOP Perusahaan tidak mensosialisasikan SOP secara berkala Pemberian air dilakukan secara manual Peralatan yang tidak memadai Tidak adanya alat khusus untuk mengatur kadar air - -

6.4. Analisis Tahap

Improve Tahap improve dilakukan dengan melakukan focus group discussion dengan pihak perusahaan yang dianggap ahli dengan melakukan perbaikan terhadap semua sumber dari produk cacat yaitu, dari faktor bahan baku dengan cara melakukan inspeksi secara rutin terhadap bahan baku yang akan diolah, faktor metode dengan menggunakan pemurnian karbonatasi, faktor mesinperalatan menambahkan bejana penampungan air untuk mengontrol kadar air siraman, faktor manusia dengan menerapkan SOP dan melakukan pengawasan terhadap kinerja operator Universitas Sumatera Utara Selain itu dilakukan perbaikan pada uraian proses produksi. Berdasarkan uraian proses produksi yang baru terdapat 24 aktivitas yang termasuk dalam Non Value Added Ativity NVA dan 22 kegiatan yang termasuk dalam Value Added Activity VAA. Hasil perhitungan process cycle efficiency yang dilakukan meningkat menjadi 74. Perbandingan antara value added time dan non value added time setelah dilakukan perbaikan dapat dilihat pada Gambar 6.4. Gambar 6.4. Diagram Perbandingan Value Added Time dan Non Value Added Time Setelah Perbaikan

6.5. Analisis Tahap