60
c. Peran Katekis Paroki
Peran seorang katekis dalam karya pewartaan Gereja sangat vital, maka Gereja perlu mengkualifikasi katekis-katekis yang bekerja dalam karya pewartaan.
Seorang katekis yang menyadari panggilannya tentu akan menyadari perannya dalam Gereja. Penulis melihat ada 5 lima peran katekis dalam Gereja yang
terlibat perluasan dan perwujudan Kerajaan Allah di dunia. Peran pertama, berkatekese berarti mewartakan visi dan pembentukan
communio. Dalam mewartakan visi, ia berperan mengajarkan ajaran Yesus kepada orang-orang yang mau bertobat mau pun kepada orang yang telah bertobat.
Pengajaran ini dilakukan secara berkesinambungan yaitu dari tahap pengajaran sampai ketahap pendewasaan CT, art. 20. Tahap pengajaran bertujuan
membantu mereka untuk semakin mengenal, mencintai dan mengimani Yesus Kristus, sedangkan tahap pendewasaan bertujuan agar mereka berani bersaksi atas
iman akan Yesus Kristus Prasetya, 2007: 33-34. Dalam mewujudkan communio diharapkan katekis memiliki sikap keberpihakannya terhadap mereka yang
tersingkirkan oleh masyarakat KLMTD sebagai upaya Allah dalam mewujudkan communio Komisi Kateketik KWI, 2005: 99-100.
Kedua, mempertahankan kegandaan wajah Gereja dengan tetap hadir sebagai agen pastoral awam. Perlu disadari bahwa communio Gereja tidak hanya
terdiri dari para klerus dan biarawan-biarawati melainkan juga kaum awam yang tidak hanya terdiri dari laki-laki dan perempun. Pereduksian Gereja pada kaum
klerus dan laki-laki perlu diatasi dengan pembentukan katekis laki-laki dan katekis perempuan agar mereka memiliki kepercayaan diri dan komitmen
61
terhadap kehidupan Gereja. Jelas sekali dua tuntutan dasar bagi katekis, yaitu percaya diri dan komitmen. Percaya diri adalah sikap yang lahir dari kesadaran
akan panggilan diri sebagai sarana perwujudan impian Allah bagi umat-Nya, sedangkan komitmen adalah kesetiaan untuk melaksanakan tanggungjawab
termasuk di dalamnya kesetiaan turut memikirkan bersama rencana pastoral dan ketelatenan melaksanakannya Komisi Kateketik KWI, 2005: 100-102.
Ketiga, katekis berperan dalam mencegah pereduksian Kristianitas pada persoalan ibadat. Katekis diharapkan menyadari martabatnya sebagai awam yang
tidak membatasi pada urusan ibadat. Sehubungan dengan itu, dalam AA art. 5 menyatakan bahwa:
Oleh sebab itu perutusan Gereja tidak saja membawakan warta Kristus dan rahmat-Nya kepada manusia, tetapi juga meresapi dan menyempurnakan
tata dunia dengan semangat Injil. Jadi para awam yang melaksanakan perutusan Gereja ini, menjadikan kerasulannya baik dalam Gereja mau pun
di dalam dunia, baik dalam tata rohani mau pun dalam tata dunia.
Dari pernyataan di atas sangatlah jelas bahwa katekis dapat menangani bidang lain, yaitu pelayanan karitatif dan pelayanan advokasi. Pelayanan karitatif
adalah pelayanan dalam bentuk kasih sayang dan perhatian, misalnya memberi pelayanan yang mengarah kepada orang-orang sakit dan miskin, sedangkan
pelayanan advokasi adalah pelayanan yang mengarah kepada penciptaan kondisi yang mencegah orang untuk menjadi sakit, misalnya baksos. Keempat, katekis
berperan dalam pelayanan yang memberdayakan solidaritas umat beriman, yakni membangkitkan kesadaran, semangat, dan keteladanan dalam pelayanan. Sebagai
petugas pastoral yang juga mengambil bagian langsung dalam kehidupan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI