Perkembangan Bahasa Anak Pembelajaran Membaca Permulaan

10 12. Fase ini menjadi fase emas anak belajar bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa asing. Kondisi otaknya masih plastis dan lentur sehingga penyerapan bahasa lebih mudah sehingga dalam kegiatan pembelajaran di sekolah anak dapat mengikutinya dengan baik. Kegiatan pembelajaran bahasa di sekolah diperlukan untuk setiap jenis kegiatan belajar. Melalui kata-kata anak dapat mengungkapkan buah pemikirannya dengan bahasa. Pernyataan di bawah ini sejalan dengan pernyataan Nandang Budiman bahwa perkembangan bahasa anak akan berperngaruh pada perkembangan kognitifnya, hal ini dikarenakan bahasa sebagai pembentuk konsep dan pemikiran. Rose dan Roe Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1997: 6 memaparkan perbandingan perkembangan kognitif Piaget dan perkembangan bahasa sebagai berikut: Tabel 1. Perbandingan Perkembangan Kognitif Piaget dan Perkembangan Bahasa. Perkiraan Umur Fase-fase Perkembangan Kognitif menurut Piaget Fase-fase Perkembangan Kebahasaan Lahir -2 tahun Periode Sensorimotor: Anak memanipulasi objek di sekitarnya dan mulai membentuk konsep Fase Fonologis; Anak bermain dengan bunyi-bunyi bahasa mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata sederhana 2 - 7 tahun Periode Praoperasional: Anak memahami pemikiran simbolik, tetapi belum dapat berfikir logis Fase Sintaktik: Anak menunjukkan kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat 7 – 11 tahun Periode Operasional: Anak dapat berfikir logis mengenai benda-benda konkret Fase Semantik: Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata 11 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa bahwa perkembangan bahasa anak pada usia sekolah dasar berada pada fase semantik. Pada fase ini anak belajar membedakan simbol tertulis dan konsep yang terdapat pada kata. Perkembangan keterampilan membaca dan menulis pada fase ini menjadi semakin berkembang. Anak-anak dituntut menggunakan kata-kata dengan makna yang tepat. Pada pembelajaran membaca di sekolah dasar anak mampu menguasai dan menterjemahkan simbol tulis menjadi bunyi sesuai dengan cara yang tepat. Perkembangan membaca anak juga terdiri dari beberapa fase berkembang sesuai dengan umurnya. Owens Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1997: 20 menjelaskan beberapa tahapan dalam perkembangan membaca. Pada kelas satu dan dua sekolah dasar, anak memusatkan pada kata-kata lepas dalam cerita sederhana. Supaya dapat membaca, anak perlu mengetahui sistem tulisan, cara mencapai kelancaran membaca, terbebas dari kesalahan membaca. Untuk itu anak harus dapat menginterpretasikan bunyi dan sistem tulisan. Pada umur tujuh atau delapan tahun, anak-anak telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata yang diperoleh untuk dapat membaca. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Bar-Adon Richard J.Smith dan Dale D.Jhonson, 1980: 29 juga memaparkan “after the age of six there is relatively little in the gammmar or syntax of the language that the average child need to learn ”. Setelah anak berusia enam tahun, rata-rata anak belajar tata bahasa atau sintak dalam bahasa. Pada umur delapan tahun anak mampu 12 bercakap-cakap dengan menggunakan kosa kata yang dimilikinya dan mampu mengungkapkan pikirannya meskipun sering verbalisme Nandang Budiman, 2006: 78. Wayne Otto, dkk. 1979: 111 menambahkan penjelasan dari pendapat di atas bahwa , “ if you’re in first grade, you learn to read. Apabila kamu anak ada di kelas satu, anak harus belajar membaca. Membaca dalam hal ini yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertulis menjadi simbol bunyi atau yang disebut dengan membaca permulaan pada pembelajaran membaca di kelas rendah. Pada anak kelas tiga dan empat sekolah dasar, mereka dapat menganalisis kata-kata yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan dan kesimpulan yang didasarkan konteksnya. Pada fase ini anak sudah mampu berfikir analisis untuk mencari tahu makna dari kata-kata yang belum diketahuinya serta mencoba menyimpulkan sesuai dengan isinya. Perkembangan membaca anak dibangun atas dasar kemampuan sebelumnya. Berbeda dengan pendapat di atas Chall Amitya Kumara, 2014: 1-3 menjelaskan enam tahapan dalam perkembangan kemampuan membaca, dimulai dari keterampilan prereading hingga kemampuan membaca yang sanggat tinggi pada orang dewasa yaitu: a. Tahap 0: Prereading pattern recognition, adalah tahapan yang dialami anak prasekolah yang ditandai dengan anak berpura-pura membaca. Pada tahap ini anak belum benar-benar membaca tetapi mengenali pola-pola huruf yang terangkai. 13 b. Tahap 1: Discovery of Alphabet PrincipleDecoding Stage, adalah tahapan membaca yang sesungguhny, yaitu ketika anak menemukan bahwa huruf adalah representasi ungkapan yang disuarakan.Walaupun demikian, kita belum dapat mengajarkan membaca jika anak belum benar-benar siap. c. Tahap 2: Development of Automaticity Ungluing from Print. Pada tahap ini anak mulai cukup lancar membaca. Anak belajar menggunakan kemampuan decoding dalam membaca. Anak belajar menghubungkan teks bacaan dengan pengucapan, bahkan dari teks ke ide atau pemikiran baru. Pada tahap ini anak seharusnya sudah mampu memberi atensi pada arti dan teks bacaan. Pada umumnya tahap ini dicapai ketika anak berumur 8 tahun. d. Tahap 3: Incorporation of Learning Subroutines Reading for Learning the New atau membaca untuk belajar. Pada tahap ini motivasi untuk membaca berubah. Pada tahap ini, bangi anak membaca teks adalah untuk memperoleh informasi dan dengan demikian perbendaharaan kata mereka berkembang pesat. Tahap perkembangan ini biasannya dicapai kektika anak duduk di kelas 4 atau kira-kira berumur 9-10 tahun. e. Tahap 4: Taking Multiple View Points during Reading. Karakteristik tahap ini adalah kemampuan untuk membandingkan dua atau lebih sudut pandang berdasarkan perbandingan artikel yang dibaca. Tahap ini belum muncul sampai anak memasuki sekolah menengah atas dan kemampuan 14 ini akan muncul hanya apapila guru memberikan latihan berfikir comparative. f. Tahap 5: Reading of Building Testing Personal Theory. Tahap ini adalah tahapan sempurna yang umunya dicapai pada usia mahasiswa dan dimanifestasikan melalui berbagai tulisan hasil penelitian. Mahasiswa membaca dengan tujuan membuat formula dan atau untuk menetapakan posisi pendapatnya mengenai suatu fenomena, serta melakukan konsolidasi atas apa yang telah dibacanya. Berdasarkan beberapa pendapat diketahui bahwa perkembangan keterampilan membaca anak berada pada tahap Discovery of Alphabet PrincipleDecoding Stage, Development of Automaticity Ungluing from Print, Incorporation of Learning Subroutines Reading for Learning the New. Pada anak kelas rendah anak berada pada tahap Discovery of Alphabet PrincipleDecoding Stage dan Development of Automaticity Ungluing from Print. Pada tahap Discovery of Alphabet PrincipleDecoding Stage anak belajar simbol tertulis kemudian diterjemahkan ke dalam bunyi atau lisan sesuai sistem tulisan, cara membaca, dan kelancaran membaca. Pada tahap ini dalam pembelajaran Bahasa Indonesia anak belajar membaca permulaan. Development of Automaticity Ungluing from Print, anak sudah mampu mengembangakan kemampuan decoding dengan teks bacaan yang dibacanya. Sedangkan pada anak kelas tinggi berada pada tahap Incorporation of Learning Subroutines Reading for Learning the New yakni anak belajar membaca untuk 15 memperoleh informasi sehingga perbendaharaan kata berkembang pesat. Anak juga mempunyai kemampuan untuk menganalisis kata serta makna yang terkandung dalam tulisan atau yang sering disebut dengan membaca pemahaman. Ahmad Susanto 2013: 224 menggemukakan bahwa perkembangan bahasa anak selalu berkembang seiring dengan perkembangan intelektual anak. Apabila anak mempunyai kemampuan bahasa yang baik maka anak dapat mengembangkan dan mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Perkembangan bahasa anak akan berpengaruh terhadap aspek lainnya sehingga anak dapat mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang terdapat pada dirinya. Sedangkan Coax D. Ray Reutzel dan Robert B. Cooter Jr, 2014: 45-46 memaparkan bahwa perkembangan bahasa berdasarkan umur yang terjadi pada tahap perkembangan kognitif Piaget. Tahap-tahap perkembangan membaca tersebut adalah 1 Preverbal- Piaget’s Sensorimotor Stage 0-2 years, yakni bahasa praverbal, ketika anak lahir sampai 6 bulan ditandai dengan menangis dan mengoceh. Pendekatan berbicara juga terjadi dari 12 sampai 18 bulan, anak-anak mengulangi satu suku kata terdengar, biasanya dimulai dengan fonem konsonan, seperti na-na-na-na. 2 Vocabulary and True Language- Piaget’s Preoperasional Stage 2-7 years, yakni tahap kosakata dan bahasa yang benar pada anak umur dari 18 bulan sampai 2 tahun, menjadi terampil di lingkungan mereka, dengan ucapan-ucapan satu kata disebut holophrases. Anak 3-4 tahun terus 16 menggunakan kalimat sederhana dan juga mulai mencoba kalimat majemuk, mereka mengerti sekarang dan lampau, memahami konsep- konsep seperti sedikit dan banyak, pertama dan kedua, dan mereka mungkin memiliki kosakata berbicara hingga 1500 kata. Anak pada tahap ini masih egosentris dan tidak selalu menggunakan kata-kata dengan benar. Dari usia 4-7 tahun, perkembangan kalimat baik dari segi kompleksitas panjang. Mereka biasanya menggunakan kalimat tata bahasa yang benar, belajar dasar-dasar membaca dan menulis dan memperluas kosakata mereka untuk berbicara antara 3000 dan 8000 kata. Hal ini diperjelas dengan pernyataan yakni pada usia sekolah dasar 67 – 1112 tahun kemampuan berfikirnya pada jenjang operasional konkret. Pada taraf ini perkembangan pikiran dan bahasanya selalu membutuhkan obyek konkret yang berupa simbol atau gambar dalam belajar Suyatinah, 2012: 47. 3 Logical and Socialized Speech- Piaget’s Concrete Operasional Stage 7- 11 years, pada usia 7 dan 8, anak menggunakan bahasa yang lebih simbolis, sering mengekspresikan konsep misalnya; keberanian, kebebasan, waktu, musim, dari 8 dan 9 tahun, bahasa mereka menjadi lebih fleksibel dan mereka mampu untuk terlibat dalam diskusi, memfasilitasi, dan memelihara, pengguna bahasa kurang berkembang, dan memperluas ide-ide ke dalam wacana yang panjang. Anak merespon terhadap pertanyaan dengan lebih logis dan sering menggunakan bahasa untuk membangun hubungan. 17 4 Abstract Reasoning and Symbolism- Piaget,s Formal Operasional Stage 11- 15 years and beyond, pada tahap ini anak perkembangan bahasa dalam fungsi dan bentuk, tidak dapat dibedakan dari pidato dewasa. Seperti dengan pemikiran abstrak, beberapa pelajar tampaknya tidak pernah cukup mencapai tingkat kecanggihan ini, itulah sebabnya kami telah memasukkan frasa dan seterusnya sebagai sebuah peringatan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, perkembangan bahasa anak selalu terkait dengan perkembangan kognitifnya. Pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun ciri-ciri perkembaangan bahasa antara lain anak menggunakan bahasa yang lebih simbolis, anak belajar menggunakan kemampuan decoding mengubah lambing tulis menjadi bunyi perkembangan pikiran dan bahasanya selalu membutuhkan obyek konkret yang berupa simbol atau gambar dalam belajar. Perkembangan bahasa anak sangat penting dikembangan baik di lingkungan rumah maupun sekolah sehingga dengan kemampuan bahasa yang baik akan mempermudah anak dalam berbagai aktivitas.

2. Membaca Permulaan

Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan dengan benar pada siswa kelas 1 SD. Keterampilan membaca bagi siswa kelas I SD merupakan keterampilan membaca tingkat awal yaitu mampu membedakan huruf, membaca kalimat sederhana, dan mampu menangkap isi bacan dengan baik. Melalui kegiatan membaca siswa berlatih untuk mendapatkan informasi dari apa yang mereka 18 baca. Apabila siswa mempunyai keterampilan membaca rendah maka akan berpengaruh pada mata pelajaran lain terutama pada saat mengerjakan soal. Oleh sebab itu keterampilan membaca siswa sangat perlu dilatih terus- menerus. Saleh Abbas 2006: 101 menjelaskan bahwa membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan orang tersebut untuk mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya. Melalui membaca seseorang dapat membuka diri terhadap wawasan dan pengalaman baru sehingga memungkinkan seseorang untuk meningkatkan daya pikirnya. Seseorang yang mempunyai keterampilan membaca baik dapat memahami isi dari teks yang dibacanya. Oleh sebab itu, apabila siswa mempunyai keterampilan membaca yang baik tentu akan mempermudah siswa dalam memahami bacaan yang dibaca, misanya saja dalam memahami soal yang diberikan oleh guru. Selain itu dengan membaca anak dapat melatih otaknya untuk berfikir dan memperluas pandangannya terhadap sesuatu yang belum diketahuinya. Oleh sebab itu, peran guru dalam mengajarkan membaca di sekolah sangat penting Sedangakan berbeda dengan pernyataan di atas, membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi