Penilaian Membaca Permulaan Pembelajaran Membaca Permulaan
33 keberhasilan pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran bahasa, penilaian
dapat dilakukan dengan dua macam cara, yakni dengan tes dan non tes. Teknik tes biasanya digunakan untuk menyaring data tentang kemampuan
kognitif siswa, sedangkan non tes digunakan untuk menjaring data tentang kemampuan psikomotor, afektif dan lainnya yang tidak berkaitan dengan
kemampuan kognitif. Informasi yang diperoleh memalui penilaian tes bersifat kuantitatif, sedangkan non tes bersifat kualitatif.
Penilaian pada pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau kemampuan membaca siswa.
Pembelajaran membaca pada kelas I SD merupakan membaca permulaan maka penilaiannya terletak pada aspek teknis membaca. Namun karena
tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ialah agar siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa secara praktis, maka penilaiannya
tidak hanya didasarkan atas kemampuan mekanik saja. Penilaian membaca permulaan juga harus dilihat dari keseluruhan siswa membaca secara utuh.
Dengan demikian penilaian membaca permualaan juga digunakan untuk mengukur pemahaman akan isi atau makna kalimat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian membaca permulaan di kelas I SD yaitu: 1 ketepatan menyuarakan tulisan. 2
kewajaran lafal, 3 kewajaran intonasi, 4 kelancaran, 5 kejelasan suara, dan 6 pemahaman isi makna bacaan Darmiyati Zuchdi dan Budiasih,
1997: 121. Untuk mengetahui pemahaman tentang butir 1 sampai 5, siswa diberi tugas membaca nyaring bersuara, sedangkan untuk butir 6
34 dapat dilakukan melalui pertanyaan langsung yang berkaitan dengan isi
bacaan. Untuk melaksanakan penialian tersebut, guru perlu menyiapakan bahan bacaan atau kalimat-kalimat sederhana. Penggunaan alat penilaian
yang tepat akan mempermudah guru mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Sependapat dengan pernyataan di atas, Sabarti Arkahadiah, dkk. 19921993: 146 menjelaskan tes membaca dibedakan sebagai tes
membaca permulaan dan tes membaca pemahaman. Tes membaca permulaan diadakan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan
siswa dalam mengenal dan menyuarakan lambang-lambang bunyi dalam hubungan kalimat dengan intonasi yang wajar. Pada tes membaca
permulaan lebih ditekankan pada kemampuan teknisnya. Sedangkan pedoman penilaiannya memperhatikan aspek-aspek dalam membaca seperti
lafal, frasing, kelancaran, perhatian terhadap tanda baca, dan intonasi. Untuk kemampuan membaca sehubungan dengan teknik membaca dapat secara
rinci dievaluasi dengan teknik nontes. Penilaian keterampilan membaca permulaan perlu dilakukan untuk
mengetahui kemampuan siswa pada tahap awal. Dalam hal ini, membaca permulaan merupakan proses mengubah lambang tulis menjadi lambang
bunyi dengan memperhatikan aspek dan teknik dalam membaca dengan benar. Oleh sebab itu, penilaian yang dilakukan menyangkut aspek-aspek
tentang lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan suara. Apabila siswa dapat
35 membaca dengan memperhatikan aspek-aspek di atas maka siswa dapat
dikatakan mempunyai keterampilan membaca yang baik. Keterampilan membaca permulaan merupakan kemampuan untuk
mengubah bentuk tulis menjadi bunyi melalui proses pengamatan dan menyuarakan bahan tulis dengan memperhatikan aspek-aspek dalam
membaca seperti lafal, intonasi, ketepatan, kelancaran dan kejelasan suara. Tujuan membaca permulaan pada siswa kelas I SD yaitu membantu
mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi dengan lafal, intonasi, ketepatan, kelancaran dan kejelasan suara yang tepat. Dalam pembelajaran
membaca permulaan pemilihan dan penggunaan metode dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Untuk mengukur keberhasilan
keterampilan membaca permulaan dikelas I SD sebaiknya guru memperhatikan aspek-aspek dalam membaca permulaan seperti lafal,
intonasi, ketepatan, kelancaran dan kejelasan suara.