Metode Pembelajaran Membaca Permulaan

30 Untuk memperkenalkan huruf kepada siswa, suku kata yang sudah dikenal oleh siswa diuraikan menjadi huruf, kemudian huruf dirangkai lagi menjadi suku kata. Misalnya: nina – ni-na – nina 2 metode kata lembaga bola – bo-la – b-o-l-a – b-o-l-a – bo-la –bola Siswa disajikan kata-kata, salah satu diantaranya merupakan kata lembaga. Kata tersebut kemudian diuraikan menjadi suku kata, suku kata diuraikan menjadi huruf. Setelah itu huruf dirangkai lagi menjdai suku kata, dan suku kata dirangkai menjadi kata. c. Metode Global Dalam pembelajaran membaca permulaan, metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat untuk dibaca. Setelah dibaca, salah satu kalimat dipisahkan untuk dikaji, dengan cara menguraikannya atas kata, suku kata, huruf-huruf. Sesudah siswa membaca huruf, kemudian huruf- huruf itu dirangkai lagi sehingga terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat lagi. d. Metode SAS Dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua tahap yakni : 1 tanpa buku, 2 menggunakan buku. Mengenai hal itu, Momo Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1997: 55 menggemukakan beberapa cara. Pada tahap tanpa buku, pembelajaran dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut: 31 1 Merekam bahasa siswa: bahasa yang digunakan siswa dalam percakapan direkam, kemudian digunakan sebagai bahan bacaan sehingga siswa tidak mengalami kesulitan karena bahasa yang digunakan adalah bahasa mereka sendiri. 2 Menampilkan gambar sambil bercerita: guru memperlihatkan gambar kepada siswa sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita digunakan sebagai pola dasar bahan membaca dan ditulis pada papan tulis. 3 Media gambar: Guru memperlihatkan gambar sambil mengucapakan kalimat yang sesuai dengan gambar, kemudian siswa melanjutkan membaca gambar dengan bimbingan guru. 4 Membaca gambar dengan kartu kalimat: setelah siswa lancar membaca gambar, kemudian guru menggunakan media papan berupa papan selip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf dan kartu gambar untuk menguraikan dan meggabungkan kembali kalimat, 5 Membaca kalimat secara struktural: setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga akhirnya dapat membaca tanpa menggunakan gambar. Dengan dihilangkanya gmabar maka siswa dapat membaca kalimat. 6 Proses Analitik: sesudah siswa membaca kalimat, kemudian siswa menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. 32 7 Proses Sintetik: setelah siswa mengenal huruf dari kalimat yang diuraikan, siswa kemudian merangkai huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat seperti semula. Metode pembelajaran membaca permulaan pada siswa sekolah dasar sangat beragam. Pemilihan metode pembeljaran yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Oleh sebab itu penggunaan metode pembejaran membaca permulaan pada siswa sekolah dasar sebaiknya juga bervariasi agar siswa tidak bosan dan mendapatkan pengalaman yang baru sehingga mampu mengembangkan keterampilan berbahasa khususnya membaca.

7. Penilaian Membaca Permulaan

Penilaian merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar. Artinya kegiatan penilaian tidak dapat dipisahkan pada saat proses pembelajaran karena penilaian juga dilakukan pada saat pembelajaran. Melalui kegiatan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan ataupun hambatan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu kegiatan penilaian dapat dilakukan untuk mengetahaui hasil belajar siswa sehingga guru perlu memikirkan tindakan selanjutnya supaya tujuan dapat dicapai dengan maksimal. Untuk memperoleh gambaran mengenai keberhasilan dalam pembelajaran, guru juga perlu menyiapkan alat yang tepat untuk dapat mengukur kemampuan siswa. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih 1997: 121 menjelaskan bahwa penilaian merupakan alat atau kegiatan untuk mengukur tingkat 33 keberhasilan pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran bahasa, penilaian dapat dilakukan dengan dua macam cara, yakni dengan tes dan non tes. Teknik tes biasanya digunakan untuk menyaring data tentang kemampuan kognitif siswa, sedangkan non tes digunakan untuk menjaring data tentang kemampuan psikomotor, afektif dan lainnya yang tidak berkaitan dengan kemampuan kognitif. Informasi yang diperoleh memalui penilaian tes bersifat kuantitatif, sedangkan non tes bersifat kualitatif. Penilaian pada pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau kemampuan membaca siswa. Pembelajaran membaca pada kelas I SD merupakan membaca permulaan maka penilaiannya terletak pada aspek teknis membaca. Namun karena tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ialah agar siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa secara praktis, maka penilaiannya tidak hanya didasarkan atas kemampuan mekanik saja. Penilaian membaca permulaan juga harus dilihat dari keseluruhan siswa membaca secara utuh. Dengan demikian penilaian membaca permualaan juga digunakan untuk mengukur pemahaman akan isi atau makna kalimat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian membaca permulaan di kelas I SD yaitu: 1 ketepatan menyuarakan tulisan. 2 kewajaran lafal, 3 kewajaran intonasi, 4 kelancaran, 5 kejelasan suara, dan 6 pemahaman isi makna bacaan Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1997: 121. Untuk mengetahui pemahaman tentang butir 1 sampai 5, siswa diberi tugas membaca nyaring bersuara, sedangkan untuk butir 6