Ketercapaian Kriteria Keberhasilan Hasil Penelitian
                                                                                dan mereka merasa harus mempunyai keberanian atau percaya diri setelah melakukan outbound.
Pada  siklus  II  peneliti  memberikan  layanan  bimbingan  pribadi  sosial dengan  topik  “Komunikasi  dan  Kerjasama  dalam  Membangun
Kepercayaan  Diri ”.  Peneliti  memilih  topik  ini  sebagai  peneguhan  pada
siklus  I.  Bimbingan  peneliti  lakukan  di  luar  kelas.  Hasil  pada  siklus  II menunjukkan rata-rata skor kepercayaan diri subjek sebesar 139,50. Hasil
observasi  dan  wawancara,  dapat  disimpulkan  bahwa  siswa  kelas  VIIA mangalami  peningkatan  kepercayaan  diri,  hal  ini  berdasarkan  hasil
pengamatan yang dimana tidak ada lagi siswa yang menunjukkan perilaku tidak percaya diri, serta hasil wawancara siswa mengaku lebih percaya diri
setelah  melakukan  outbound.  Berdasarkan  hasil  analisis  di  atas, memperlihatkan  adanya  perbedaan  skor  sebelum  dan  sesudah  perlakuan.
Hal  ini  berarti  menunjukkan  layanan  bimbingan  pribadi  sosial  memiliki pengaruh  positif  terhadap  siswa  yang  kurang  percaya  diri  dalam
pembelajaranya.  Dengan  layanan  bimbingan  pribadi  sosial  sangat berpengaruh meningkatkan kepercayaan diri siswa yang dibimbing. Hal ini
juga  didukung  oleh  pandangan  Winkel  2004  bahwa  melalui  bimbingan pribadi  sosial  individu  yang  diberikan  bimbingan  menjadi  mampu
menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan  kesadaran  dan  kebebasan  dalam  membuat  pilihan-pilihan
secara  bijaksana,  serta  mengambil  beraneka  tindakan  penyesuaian  diri secara memadahi. Untuk itu diperlukan kepercayaan diri.
Kepercayaan  diri  siswa  semakin  meningkat  karena  layanan  bimbingan pribadi  sosial  tersebut  dilaksanakan  dengan  berbasis  outbound.  Melalui
outbound seseorang  bisa  mendapatkan  pengetahuan,  keterampilan,  dan
nilai-nilainya langsung dari pengalaman  Learning by doing . Hal ini juga mendukung  pendapat  Outweardbound  2009  yang  menyatakan  bahwa
outbound dapat  dianggap  sebagai  simulasi  dari  kehidupan  yang
sesungguhnya  yang  sangat  kompleks,  kehidupan  itu  disimulasikan sehingga  siswa  bisa  mempelajari  miniatur  kehidupan  dengan  segala
permasalahannya. Oleh  karena  itu,  tidak  salah  kalau  Purwanto    2010    menegaskan
bahwa  pembelajaran  melalui  kegiatan  outbound  sangat  cocok  sekali  bagi remaja.  Pada  satu  sisi  outbound  banyak  mengandung  hiburan  yang  akan
membuat  mereka  bergembira,  sehingga  belajar  tidak  menjadi  bosan melainkan  sesuatu  yang  menyenangkan.  Pada  sisi  lain  outbound
memberikan  berbagai  tantangan  yang  membuat  mereka  lebih  bisa  belajar mengatasinya. Hal ini karena outbound dilakukan untuk tujuan :
1.  Membuka  wawasan  baru  dalam  berinteraksi  dengan  lingkungan  sosial serta kerjasama dengan orang lain.
2.   Memberikan pengalaman untuk mandiri dan menyelesaikan masalah. 3.  Meningkatkan kemampuan, kreatif dalam menyelesaikan masalah.
4.  Belajar untuk berkomunikasi secara efektif. 5.  Meningkatkan kepercayaan diri.
Hal  senada  juga  diungkapkan  Maslow  dalam  Iswidharmanjaya, 2004:13 percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam
aktualisasi  diri  eksplorasi  segala  kemampuan  dalam  diri.  Melalui outbound
siswa  akan  mengeksplorasi  kemampuannya  agar  berhasil melewati  permainan  dalam  outbound.  Percaya  diri  pada  siswa  akan
muncul jika siswa telah mengalami pengalaman pribadi dalam melakukan tindakan  yang  memberikan  keberhasilan.  Dengan  demikian  melalui
permainan  berbasis  outbound  akan  menumbuhkan  kepercayaan  diri, mengeksplorasi kemampuan siswa.