192 Pembebanan dan
pembatasan : Terikat pada ketentuan kerahasiaan.
Pengakhiran : Terikat pada ketentuan kerahasiaan.
Manfaat dan dampak yang diperoleh Perseroan
: Perseroan dapat meningkatkan bisnisnya melalui kerjasama ini. Perjanjian Lisensi Merek antara Perseroan dan Ooredo IP LLC selaku pihak terailiasi Perseroan
telah dilakukan dengan syarat dan kondisi yang wajar. Perjanjian dengan pihak ailiasi dilakukan dengan wajar seperti apabila dilakukan dengan pihak ketiga.
M. ASURANSI
Berikut ini adalah daftar asuransi yang dimiliki Perseroan:
Nama Perusahaan
Asuransi
Jenis Asuransi No Polis
Obyek Asuransi Pihak yang
Diasuransikan Jumlah
Pertanggungan
Periode
PT Tugu Pratama
Indonesia Management
Liability Insurance
PVL1600176 •
Perilndungan Asuransi untuk Direktur
• Perlindungan Asuransi
untuk Perusahaan. Perseroan
Rp650.000.000.000 31 Juli 2016 -
31 Juli 2017 PT Tugu
Pratama Indonesia dan
PT Asuransi Ramayana
Industrial Special Risks Insurance
and Business Interruption
Insurance PVF1600636
• Kerugian atau Kerusakan
Material •
Gangguan Bisnis Perseroan
Rp32.907.704.083.183 22 November
2016 - 22 November 2017
PT Tugu Pratama
Indonesia dan PT Asuransi
Ramayana Public Liability
Insurance PVL1600257
Kegiatan usaha dari Perseroan Perseroan Rp10.000.000.000
22 November 2016 - 22
November 2017 PT Tugu
Pratama Indonesia
Satellite In-Orbit Insurance
PUU1600002 Kerugian, kerusakan atau
kegagalan pertanggungan Satelit Palapa D
Perseroan US59.481.634
1 September 2016 - 1
September 2017
Manajemen Perseroan berkeyakinan bahwa perlindungan asuransinya telah sesuai dengan standar yang berlaku di kalangan industri sejenis di Indonesia dan nilai pertanggungan asuransi cukup untuk
menutupi kemungkinan kerugian dari risiko yang dipertanggungkan.
Perseroan tidak memiliki hubungan ailiasi dengan masing-masing perusahaan asuransi sebagaimana dideinisikan dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPM.
193
N. PERKARA HUKUM YANG DIHADAPI PERSEROAN, ENTITAS ANAK, DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PERSEROAN, SERTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI ENTITAS ANAK
Sampai dengan Prospektus ini diterbitkan, Perseroan, Entitas Anak, Dewan Komisaris Dan Direksi Perseroan, serta Dewan Komisaris Dan Direksi Entitas Anak tidak sedang menghadapi perkara-perkara
yang memiliki dampak material terhadap kelangsungan usaha Perseroan, kecuali:
1. Perkara Tindak Pidana Korupsi Perseroan dan IM2 sebagai Korporasi Para Pihak
: Perseroan Tersangka
IM2 Tersangka Pokok Perkara
: Pada tanggal 18 Januari 2012, Perseroan dan IM2, entitas anak, diperiksa
oleh Kejaksaan Agung sehubungan dengan perjanjian kerjasama antara Perseroan dan IM2 terkait penyediaan layanan internet broadband
berbasis 3G. IM2 dituduh menggunakan ijin 3G Perseroan secara ilegal tanpa membayar biaya frekuensi tahunan, biaya hak penyelenggaraan
telekomunikasi concession fee dan biaya nilai awal tender tender upfront fee. Namun, berdasarkan Surat Menkominfo No. 65M.KOMINFO022012
tertanggal 24 Februari 2012 mengenai Kepastian Hukum atas Kerjasama antara Perseroan dan IM2, Perseroan dan IM2 tidak melanggar peraturan
perundang-undangan terkait telekomunikasi atas tindakan kerjasama terkait pita frekuensi radio.
Pada tanggal 8 Juli 2013, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Tipikor menjatuhkan putusan yang menyatakan bahwa Indar Atmanto mantan
Presiden Direktur IM2 bersalah atas tindakannya mewakili IM2 dalam menandatangani dan melakukan perjanjian kerjasama dengan Perusahaan,
dan dijatuhi hukuman pidana penjara empat tahun serta dikenai denda sebesar Rp200.000.000 jika Indar Atmanto gagal membayar denda, dia
akan dikenai tambahan tiga bulan hukuman penjara. Dalam putusan tersebut, walaupun IM2 belum ditetapkan sebagai tersangka, Tipikor juga
memerintahkan IM2 untuk membayar denda sebesar Rp1.358.343.346.674 sebagai penggantian kerugian Negara.
Indar Atmanto mengajukan permohonan banding pada tanggal 11 Juli 2013 ke Pengadilan Tinggi Jakarta dan selanjutnya Kejaksaan Agung juga telah
menyampaikan permohonan bandingnya pada tanggal 15 Juli 2013. Pada tanggal 10 Januari 2014, Pengadilan Tinggi telah memeriksa berkas perkara
dan menegaskan kembali putusan Pengadilan Tipikor. Pengadilan Tinggi memperberat hukuman penjara Indar Atmanto dari empat tahun menjadi
menjadi delapan tahun. Selain itu, hukuman terhadap IM2 untuk membayar uang pengganti sebesar Rp1.358.343.346.674 dihapuskan. Pengadilan
Tinggi menganggap IM2 sebagai entitas hukum yang terpisah, sehingga menyatakan bahwa IM2 harus didakwa secara terpisah.
Permohonan kasasi atas nama Indar Atmanto diajukan pada tanggal 23 Januari 2014 dan memorandum kasasi diajukan oleh pihak pengacara pada
tanggal 7 Februari 2014 ke Mahkamah Agung. Perkara ini telah diputus di Mahkamah Agung, dengan nomor Putusan Mahkamah Agung No. 696B
PKPJK2013 tanggal 10 Juli 2014, dengan amar sebagai berikut: a. menyatakan Indar Atmanto terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “korupsi dilakukan secara bersama- sama”;
b. menjatuhkan pidana terhadap Indar Atmanto tersebut dengan pidana penjara selama 8 tahun dan menjatuhkan pidana denda sebesar
Rp300.000.000 dan bila denda tersebut tidak dibayar, diganti kurungan selama 6 bulan;
194 c.
menghukum IM2 membayar uang pengganti sebesar Rp1.358.343.346.674,00 dengan ketentuan apabila IM2 tidak membayar
uang pengganti tersebut paling lambat 1 bulan sesudah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka harta benda IM2 disita oleh
Jaksa dan dilelang untuk membayar uang pengganti tersebut;
d. menetapkan lamanya penahanan kota yang pernah dijalani oleh Indar Atmanto dikurangkan seluruhnya;
e. memerintahkan Indar Atmanto untuk ditahan. Perkara Tipikor Indar Atmanto telah berkekuatan hukum tetap.
Sebagai akibat dari perkara tindak pidana korupsi dengan terdakwa Indar Atmanto di atas, Perseroan dan IM2 telah ditetapkan sebagai
tersangka berdasarkan Surat Perintah Penyidikan No.Print-01F.2 Fd.1012013 tanggal 3 Januari 2013 dan No.Print-02F.2Fd.1012013
tanggal 3 Januari 2013. Sehubungan dengan perkara ini masih dalam proses penyidikan, informasi terkait dengan hal ini bersifat tertutup
untuk publik.
Status Perkara :
Dalam proses penyidikan di Kejaksaan Agung DKI Jakarta 2. Perkara Pajak
a. Perkara PPh Badan tahun 2004 Para Pihak
: Perseroan Penggugat
Direktur Jenderal Pajak Tergugat Pokok Perkara
: Perseroan memperoleh Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB
Pajak Penghasilan Badan tahun 2004 No: 00964060405106 tanggal 4 Desember 2006 yang menyatakan penghasilan kena pajak
Perseroan adalah Rp813.188.819.316. Perseroan mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak dengan
Keputusan No. KEP-539WPJ.19BD.052008 tanggal 24 Desember 2008. Perseroan selanjutnya mengajukan gugatan kepada Direktur
Jenderal Pajak atas surat No. S-824WPJ.19KP.03072010. Pengadilan Pajak membatalkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
berupa surat nomor: S-824WPJ.19KP.03072010 tanggal 28 Juni 2010 mengenai Penolakan Permohonan Penerbitan Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga SKPIB dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga SPMIB terkait SKPLB PPh Badan tahun 2004 No.
00964060405106 tanggal 4 Desember 2006.
Status Perkara :
Dalam proses peninjauan kembali di Mahkamah Agung
195 b. Perkara PPh Badan tahun 2005
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Perseroan mengajukan banding atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2005 No. 000434060505107
tanggal 27 Maret 2007 yang telah dibetulkan dengan keputusan No: KEP-00066WPJ.19KP.03032007 tanggal 10 Mei 2007 yang
menyatakan penghasilan kena pajak sebesar Rp1.084.656.040.000 Pada tanggal 29 Oktober 2010, Perseroan menerima Surat Putusan
dari Pengadilan Pajak No. PUT-26622PPM.II152010 yang menerima banding Perseroan pada bulan Agustus 2008 atas revisi
pajak penghasilan badan Perseroan untuk tahun 2005 sejumlah Rp38.155 juta, yang dikompensasi dengan kekurangan pembayaran
atas pajak penghasilan pasal 26 Perseroan untuk tahun 2008 dan 2009 berdasarkan STP yang diterima oleh Perseroan pada tanggal 17
September 2010. Pada 24 Februari 2011, Perseroan menerima memori Peninjauan Kembali dari Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung
sehubungan dengan putusan Pengadilan Pajak tanggal 29 Oktober 2010. Pada 25 Maret 2011, Perseroan menyampaikan kontra memori
Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung.
Status Perkara :
Putusan Mahkamah Agung atas Peninjauan Kembali menolak peninjauan kembali yang diajukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
c. Perkara PPh Badan tahun 2006 Para Pihak
: Perseroan
Direktur Jenderal Pajak Pokok Perkara
: Pada 7 September 2009, Perseroan menerima Surat Keputusan
DJP yang menolak keberatan Perseroan atas koreksi terhadap pajak penghasilan badan Perseroan tahun 2006. Pada 2 Desember 2009,
Perseroan mengajukan surat banding ke Pengadilan Pajak terkait dengan sisa koreksi atas pajak penghasilan badan Perseroan tahun
2016. Pada 26 April 2011, Perseroan menerima putusan Pengadilan Pajak yang menerima banding yang diajukan Perseroan terhadap sisa
koreksi dari pajak penghasilan badan tahun 2016. Pada 21 Juli 2011, Perseroan menerima salinan dari memori Peninjauan Kembali dari
Pengadilan Pajak ke Mahkamah Agung sehubungan dengan putusan Pengadilan Pajak tanggal 26 April 2011 untuk pajak penghasilan badan
Perseroan ntahun 2006. Pada 21 April 2011, Perseroan menyampaikan kontra memori Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung. Pada 9
Desember 2016,
Status Perkara :
Putusan Mahkamah Agung atas Peninjauan Kembali menolak peninjauan kembali yang diajukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
196 d. Perkara PPN tahun 2009
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada tanggal 21 April 2011, Perseroan menerima surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB No. 002382070905111 tanggal 21
April 2011 dari DJP untuk pajak pertambahan nilai Perseroan untuk periode Januari sampai dengan Desember 2009 sejumlah Rp182.800
juta termasuk denda, yang telah dibayarkan pada tanggal 15 Juli 2011. Perseroan menerima sebagian dari koreksi sebesar Rp4.160
juta, yang dibebankan pada usaha tahun 2011, yang menyisakan saldo sebesar Rp178.640 juta dimana Perseroan menyampaikan
keberatannya atas jumlah tersebut. Pada tanggal 19 Juli 2011, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak terkait
sisa koreksi pajak pertambahan nilai Perseroan untuk periode tersebut. Pada tanggal 4 Juni 2012, Perseroan menerima surat keputusan dari
DJP yang menolak keberatan Perseroan dan berdasarkan audit DJP, DJP mengenakan kurang bayar tambahan kepada Perseroan untuk
periode Januari, Maret, April, Juni, Agustus sampai Desember 2009 sebesar Rp57.166 juta dan kelebihan pembayaran untuk periode
bulan Februari, Mei dan Juli 2009 sejumlah Rp4.027 juta. Pada tanggal 4 Juli 2012, Perseroan membayar kurang bayar tambahan
sebesar Rp57.166 juta. Pada tanggal 24 Agustus 2012 dan 31 Agustus 2012, Perseroan menerima kelebihan pembayaran sebesar masing-
masing Rp3.839 juta dan Rp188 juta. Pada tanggal 3 September 2012, Perseroan mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak mengenai
koreksi PPN Perseroan untuk periode Januari sampai Desember 2009 sebesar Rp231.778 juta terdiri dari klaim awal sebesar Rp178.640
juta dan ketetapan pajak kurang bayar atas PPN sebesar Rp57.166 juta yang telah dikurangin dengan kelebihan bayar PPN yang telah
dikembalikan sebesar Rp4.027 juta. Pada tanggal 12 Februari, 19 Februari dan 20 Februari 2014, Perseroan menerima putusan dari
Pengadilan Pajak No. Put.50289PPM.II162014 yang mengabulkan banding Perseroan untuk PPN periode Januari - Desember 2009
sejumlah Rp235.939, namun demikian Pengadilan Pajak juga mengenakan kurang bayar atas PPN terpisah sebesar Rp180.930 juta,
yang menyisakan saldo sebesar Rp55.009, juta dimana Perseroan memenuhi syarat atas pengembalian. Pada tanggal 15 April dan 23
April 2014, Perseroan telah menerima sisa saldo pengembalian pajak sejumlah Rp53.279 setelah disalinghapuskan dengan kurang bayar
Perseroan atas pajak penghasilan Pasal 21 yang sudah dibayar pada tanggal 17 April 2014. Pada 28 Oktober 2014 dan 5 Januari 2015,
Perseroan menerima salinan atas memori Peninjauan Kembali dari Pengadilan Pajak atas Putusan Mahkamah Agung tanggal 16 Oktober
2014 dan 19 Desember 2014 atas kurang bayar PPN dari Perseroan untuk periode Januari sampai Maret, Juni dan September 2009. Pada
21 November 2014 dan 30 Januari 2015, Perseroan mengajukan kontra memori Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung atas
perkara tersebut.
Status Perkara :
Putusan Mahkamah Agung atas Peninjauan Kembali sehubungan dengan PPN bulan Juni 2009 menolak peninjauan kembali yang
diajukan oleh Direktur Jenderal Pajak, sedangkan untuk PPN Periode Januari - Maret 2009 dan September 2009 masih dalam proses
peninjauan kembali di Mahkamah Agung
197 e. Perkara PPh Badan tahun 2009
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada tanggal 21 April 2011 Perseroan menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLBNo. 00294060905111 tanggal 21 April
2011 dari DJP untuk pajak penghasilan badan dari Perseroan untuk tahun 2009 sebesar Rp29.271.657.786, jumlah mana lebih rendah dari
yang diakui oleh Perseroan di dalam laporan keuangannya sebesar Rp95.677 juta, sehingga menyisakan saldo sebesar Rp66.405 juta.
Perseroan menerima sebagian koreksi sebesar Rp835 juta, yang mana telah dibebankan kepada usaha tahun 2011. Pada tanggal 31 Mei
2011, Perseroan menerima pengembalian pajak sebesar Rp23.695 juta, jumlah bersih dari koreksi pajak pertambahan nilai untuk periode
dari Januari sampai Desember 2009 yang diterima oleh Perseroan. Pada tanggal 20 Juli 2011, Perseroan mengajukan surat keberatan
kepada Kantor Pajak terkait koreksi sisanya atas pajak penghasilan badan Perseroan di tahun 2009. Pada tanggal 29 Juni 2012, Perseroan
menerima Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-864 WPJ.192012 dari DJP yang menolak keberatan Perseroan. Pada
tanggal 21 September 2012, Perseroan mengajukan surat banding ke Pengadilan Pajak terkait keberatan Perseroan untuk koreksi pajak
penghasilan Perseroan untuk tahun iskal 2009. Pada 10 November 2015, Perseroan menerima putusan dari Pengadilan Pajak tertanggal 27
Oktober 2015 yang memenangkan banding yang diajukan Perseroan. Pada 25 Januari 2016, DJP mengajukan Peninjauan Kembali kepada
Mahkamah Agung dan pada 21 Maret 2016, Perseroan mengajukan kontra memori terhadap hal tersebut.
Status Perkara :
Dalam proses peninjauan kembali di Mahkamah Agung.
198 f.
Perkara PPN tahun 2010 Para Pihak
: Perseroan
Direktur Jenderal Pajak Pokok Perkara
: Pada tanggal 3 Juli 2012, Perseroan menerima surat ketetapan pajak
lebih bayar SKPLB No. 004252071009212 dari DJP atas PPN Perseroan untuk periode Maret 2010 sebesar Rp28.545 juta, dimana
jumlah tersebut lebih rendah dari yang diklaim oleh Perseroan dalam surat pemberitahuan pajak penghasilan sebesar Rp37.153 juta, dan
surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB atas PPN Perseroan untuk periode Januari, Februari dan April hingga Desember 2010
sebesar Rp98.011 juta termasuk denda. Pada tanggal 2 Agustus 2012, Perseroan membayar kurang bayar sebesar Rp98.011 juta.
Pada tanggal 24 Agustus 2012, Perseroan menerima kelebihan pembayaran sebesar Rp28.545 juta dari DJP. Pada tanggal 1 dan 2
Oktober 2012, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak mengenai surat ketetapan pajak lebih bayar SKPLB dan surat
ketetapan pajak kurang bayar SKPKB atas PPN Perseroan untuk periode Januari-Desember 2010 sebesar Rp106.619 juta. Pada tanggal
17 September 2013 dan 26 September 2013, Perseroan menerima surat keputusan dari DJP yang menolak keberatan Perseroan dan
DJP mengenakan pajak kurang bayar tambahan untuk periode Januari sampai Desember 2010 sejumlah Rp93.167 juta, yang dibayarkan
pada tanggal 16 Oktober 2013 dan 25 Oktober 2013. Pada tanggal 10 Desember 2013, Perseroan menyampaikan surat banding kepada
Pengadilan Pajak sehubungan dengan koreksi atas PPN Perseroan untuk periode Januari sampai Desember 2010 dengan total sejumlah
Rp199.786 juta. Pada 2 April 2015, Perseroan telah menerima putusan Pengadilan Pajak yang menyetujui sebagian banding dari Perseroan
untuk periode Januari sampai Juni 2010, namun putusan tersebut juga mengenakan Perseroan kurang bayar PPN secara terpisah untuk
periode Juli - September 2010, tanggal 16 April 2015 dan 5 Mei 2015, dimana Perseroan menerima putusan Pengadilan Pajak untuk PPN
pada periode Oktober - Desember 2010, tertanggal 16 April 2015, yang menyetujui banding yang diajukan Perseroan. Namun, Pengadilan
Pajak mengenakan Perseroan atas kurang bayar PPN secara terpisah sebesar Rp96.709 juta untuk periode Januari - Desember 2010.
Perseroan menerima koreksi yang diberikan oleh Pengadilan Pajak tersebut dan membebankannya kepada operasi tahun 2015. Sampai
dengan 18 Februari 2016, antara 7 Mei sampai 12 Juni 2015, Perseroan telah menerima jumlah pengembalian sebesar Rp103,07 juta.
Pada Juni 2016, Pengadilan Pajak mengajukan permohonan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung atas putusan dari
Pengadilan Pajak sehubungan dengan PPN untuk periode Januari 2010, Juli - Agustus 2010. Pada Juli 2016, Perseroan menyampaikan
kontra memori kepada Mahkamah Agung atas PPN untuk periode Juli 2010. Pada Agustus 2016, Perseroan mengajukan kontra memori atas
permohonan pemeriksaan kembali kepada Mahkamah Agung sebagai perlawanan atas diajukannya peninjauan kembali untuk PPN periode
Januari dan Agustus 2010. Pada September 2016, Pengadilan Pajak mengajukan permohonan pemeriksaan kembali ke Mahkamah Agung
atas PPN periode April 2010. Pada Oktober 2016, DJP mengajukan permohonan pemeriksaan kembali atas PPN untuk periode Mei dan
Juni 2010. Pada November 2016, Perseroan mengajukan kontra memori permohonan pemeriksaan kembali kepada Mahkamah Agung
untuk PPN periode Mei dan Juni 2010.
Status Perkara :
Dalam proses peninjauan kembali di Mahkamah Agung.
199 g. Perkara PPN Januari - Desember 2011
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada tanggal 26 Juni 2013, Perseroan juga menerima surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB No. 003452071109213 dari DJP
atas PPN Perseroan untuk periode Januari sampai Desember 2011 sejumlah Rp133.160 juta termasuk denda, yang telah dibayarkan oleh
Perseroan pada tanggal 24 Juli 2013. Perseroan menerima sebagian dari koreksi sejumlah Rp2.069 juta, yang dibebankan pada kegiatan
usaha tahun 2013. Pada tanggal 23 September 2013, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak terkait dengan sisa
koreksi atas PPN Perseroan untuk periode Januari sampai Desember 2011.
Pada 20 November 2014, Perseroan mengajukan surat banding ke Pengadilan Pajak sehubungan dengan koreksi atas PPN Perseroan
pada periode Januari - Desember 2011 sejumlah Rp119.344 juta.
Status Perkara :
Proses banding di Pengadilan Pajak. h. Perkara PPN Januari - Desember 2012
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada tanggal 4 September 2013, Perseroan menerima surat ketetapan pajak kurang bayar SKPKB No. 000232071209213 dari DJP
untuk PPN Perseroan untuk periode Januari sampai Desember 2012 sejumlah Rp148.161 juta termasuk denda, yang telah dibayarkan oleh
Perseroan pada tanggal 3 Oktober 2013. Pada tanggal 29 November 2013, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak
sehubungan dengan PPN Perseroan untuk periode tersebut sejumlah Rp148.161 juta.
Pada 20 November 2014, Perseroan mengajukan surat banding ke Pengadilan Pajak sehubungan dengan koreksi atas PPN Perseroan
untuk periode dari Januari sampai dengan Desember 2012 senilai Rp148.161 juta.
Status Perkara :
Proses banding di Pengadilan Pajak. i.
Perkara PPh Badan tahun 2007 dan 2008 Para Pihak
: Perseroan
Direktur Jenderal Pajak Pokok Perkara
: Pada tanggal 27 Desember 2013, Perseroan menerima surat ketetapan
pajak kurang bayar SKPKB No. 000052060709213 dan SKPKB No. 00142060809213 dari DJP untuk pajak penghasilan badan
Perseroan tahun 2007 dan 2008 masing-masing sejumlah Rp110.413 juta dan Rp97.132 juta termasuk denda, yang telah dibayarkan oleh
Perseroan pada tanggal 24 Januari 2014. Pada tanggal 20 Maret 2014, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada Kantor Pajak
sehubungan dengan kurang bayar tersebut. Sampai dengan 28 Februari 2017, Perseroan telah menyampaikan dan membacakan
Kesimpulan di Pengadilan Pajak.
Status Perkara :
Proses pemeriksaan di Pengadilan Pajak.
200 j.
Perkara PPh Badan tahun 2014 Para Pihak
: Perseroan
Direktur Jenderal Pajak Pokok Perkara
: Pada 20 November 2014, Perseroan menerima SPKLB dari DJP untuk
Pajak Penghasilan Badan tahun 2012 sejumlah Rp131.894 juta dan menerima pengembalian pada 20 Januari 2015. Perseroan menerima
sebagian dari koreksi tersebut sebesar Rp5.825 juta dan mengajukan surat keberatan kepada DJP pada kantor pajak pada 18 Februari 2015
sebesar Rp331.499 juta. Pada 17 Februari 2016, Perseroan menerima Surat Keputusan Keberatan tertanggal 10 Februari 2016, yang menolak
keberatan Perseroan. Pada 2 Mei 2016, Perseroan telah mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak.
Status Perkara :
Proses banding di Pengadilan Pajak. k. Perkara PPN Pasal 26 tahun 2014
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada 20 November 2014, Perseroan menerima beberapa SKPKB dari DJP untuk PPN Pasal 26 Perseroan untuk tahun 2012 sejumlah
Rp313.769 termasuk denda. Perseroan memutuskan untuk tidak membayar SKPKB tersebut dan mengajukan surat keberatan ke
kantor pajak sehubungan dengan SKPKB tersebut pada 18 Februari 2015. Pada 5 Januari 2016, Perseroan menerima Surat Keputusan
Keberatan dari kantor pajak yang menolak keberatan Perseroan.
Status Perkara :
Perseroan telah mengajukan Surat Banding ke Pengadilan Pajak. l.
Perkara PPN tahun 2015 Para Pihak
: Perseroan
Direktur Jenderal Pajak Pokok Perkara
: Pada 31 Desember 2015, Perseroan menerima SKPLB dari DJP
sehubungan dengan PPN Perseroan untuk periode Mei 2013 sejumlah Rp12.444 juta yang lebih rendah dari jumlah yang diklaim
oleh Perseroan. Pada 4 Januari 2016, Perseroan menerima SKPLB dari DJP untuk PPN Perseroan pada periode Februari dan April
2013 sejumlah Rp12.747 juta dan Rp24.371 juta yang mana jumlah tersebut lebih sedikit dari jumlah yang diklaim oleh Perseroan. Pada
13 Januari 2016, Perseroan menerima SKPLB dari DJP untuk PPN Perseroan periode Desember 2013 sejumlah Rp82.915 juta, yang
jumlahnya lebih rendah dari jumlah yang diklaim oleh Perseroan. Pada 3 Februari 2016, Perseroan menerima pengembalian atas lebih bayar
sebesar Rp12.747 juta, Rp24.371 juta dan Rp12.443 juta untuk PPN Perseroan periode Februari, April dan Mei 2013. Pada 22 Februari
2016, Perseroan menerima pengembalian atas lebih bayar sebesar Rp82.915 juta, untuk PPN Perseroan untuk periode Desember 2013.
Pada 15 Maret 2016, Perseroan menerima pengembalian atas lebih bayar sejumlah Rp26.278 juta untuk PPN Perseroan periode Maret
2013. Pada 22 Maret 2016, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada kantor pajak atas SKPLB untuk PPN Perseroan pada periode
Mei 2013 sejumlah Rp22.468 juta. Pada 29 Maret 2016, Perseroan mengajukan surat keberatan ke kantor pajak sehubungan dengan
SKPLB untuk PPN Perseroan untuk periode Februari dan April 2013 sejumlah Rp18.499 juta dan Rp30.891 juta.
201 Pada April 2016, Perseroan mengajukan surat keberatan kepada kantor
pajak atas SKPLB terhadap PPN Perseroan untuk periode Desember 2013 sejumlah Rp95.020 juta. Pada Juni 2016, Perseroan menerima
SKPLB dari DJP untuk PPN Perseroan untuk periode Januari 2013 sejumlah Rp45.781 juta, yang mana jumlah tersebut lebih rendah
dari jumlah yang diklaim oleh Perseroan. Pada Juli 2016, Perseroan menerima pengembalian atas lebih bayar sejumlah Rp45.871 juta atas
PPN Perseroan untuk periode Januari 2013. Pada Juli 2016, Perseroan mengajukan surat keberatan ke kantor pajak atas SKPLB untuk PPN
Perseroan untuk periode Januari 2013. Pada Desember 2016, Perseroan menerima surat keputusan dari
kantor pajak yang menolak keberatan Perseroan. Sehubungan dengan hal tersebut, kantor pajak membebankan kelebihan bayar tambahan
atas PPN untuk periode Desember 2013 sejumlah Rp3.040 juta.
Status Perkara :
Menunggu keputusan atas keberatan yang diajukan Perseroan. m. Perkara PPN tahun 2014
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada 7 November 2015, Perseroan menerima SPKLB dari DJP untuk PPN Perseroan periode Januari 2014 senilai Rp5.057 juta yang
jumlahnya lebih rendah dari jumlah yang diklaim oleh Perseroan dan SKPKB untuk PPN Perseroan untuk periode Februari sampai Juni
2014 sejumlah Rp14.517 juta termasuk denda. Pada 4 Desember 2015, Perseroan membayarkan kurang bayar sejumlah Rp14.517
juta. Pada 15 Januari 2016, Perseroan menerima lebih bayar sejumlah Rp5.057 juta dari DJP. Pada 5 Februari 2016, Perseroan mengajukan
surat keberatan ke DJP terkait dengan SPKLB dan SKPKB terhadap PPN Perseroan untuk periode Januari sampai dengan Juni 2014
sejumlah Rp29.331 juta. Pada Mei 2016, Perseroan menerima SPKLB dari DJP untuk PPN
Perseroan pada periode Juli sampai September 2014 dan Desember 2014 sejumlah Rp18.848 juta, yang mana jumlah yang dikembalikan
lebih sedikit dari jumlah yang diklaim oleh Perseroan, dan Perseroan menerima SKPKB atas PPN Perseroan untuk periode Oktober dan
November 2014 sejumlah Rp9.726 juta termasuk denda. Pada Juni 2016, Perseroan menerima pengembalian atas lebih bayar sejumlah
Rp18.848 juta dari DJP. Pada Juli 2016, Perseroan menyampaikan surat keberatan kepada kantor pajak sehubungan dengan SKPLB dan
SKPKB atas PPN Perseroan untuk periode Juli sampai Desember 2014 sejumlah Rp40.269 juta.
Pada Desember 2016, Perseroan menerima surat keputusan dari kantor pajak yang menolak keberatan Perseroan. Sehubungan
dengan hal ini, kantor pajak mengenakan kurang bayar atas PPN yang dapat dibayarkan sehubungan dengan PPN Januari sampai
Desember 2014 sejumlah Rp23.767 juta.
Status Perkara :
Persiapan atas akan diajukannya banding oleh Perseroan ke Pengadilan Pajak.
202 n. Perkara PPh Badan tahun 2013
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada 22 Juni 2015, Perseroan menerima SKPLB dari DJP untuk pajak penghasilan badan Perseroan tahun 2013 sejumlah Rp231.643 juta dan
menerima pengembalian pada 30 Juli 2015. Perseroan menyampaikan surat keberatan ke kantor pajak pada 23 September 2015 dengan nilai
Rp155.991 juta. Pada 13 September 2016, Perseroan menerima Surat Keputusan Keberatan yang menolak keberatan Perseroan. Pada 9
Desember 2016, Perseroan telah mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.
Status Perkara :
Perseroan telah mengajukan banding ke Pengadilan Pajak. o. Perkara PPh Badan tahun 2014
Para Pihak :
Perseroan Direktur Jenderal Pajak
Pokok Perkara :
Pada 17 Juni 2016, Perseroan menerima SKPLB dari DJP untuk pajak penghasilan badan Perseroan tahun 2014 sejumlah Rp126.477
juta dan menerima pengembalian pada 18 Juli 2016. Perseroan menyampaikan surat keberatan ke kantor pajak pada 5 September
2015 dengan nilai Rp115.572 juta.
Status Perkara :
Pengajuan surat keberatan oleh Perseroan ke kantor pajak.
O. ASET TETAP YANG DIMILIKI PERSEROAN DAN ENTITAS ANAK