Jika pendistribusian dilakukan secara langsung, maka karakteristik mensyaratkan penggunaan personal selling, sedangkan bila secara tidak langsung
maka dibutuhkan iklan karena terbatasnya jumlah armada penjual yang dipakai. Merek sebagaimana halnya dengan produk, memiliki daur hidup pula.
Pada tahap perkenalan suatu merk memerlukan iklan yang gencar untuk memperkenalkannya. Memasuki tahap pertumbuhan, iklan harus dikombinasikan
dengan personal selling. Setelah tahap ini segala aktivitas promosi mulai menurun, sehingga tahap kedewasaan pemasar dapat menerapkan life-extention
strategy, harvest, atau memperkenalkan merek baru lagi.
2.9. Metode AHP Analitycal Hierarchy Process
Metode AHP membantu memecahkan persoalan kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan
menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan
pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil sesuai dengan perkiraan secara intuitif, sebagaimana yang
dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat Saaty, 1991. Metode Analytical Hierarchy Process AHP yang digunakan dalam
penelitan ini mencoba menstrukturkan permasalahan yang kompleks dan menunjukkan prioritas untuk suatu kriteria dan alternatif yang diturunkan dari
hasil komparasi berpasangan dengan cara menentukan dan menginterpretasikan konsistensi dari penilaian pendapat kualitatif ke kuantitatif. Kerangka ini akan
mempermudah dalam menstratifikasikan permasalahan dan informasi yang tersedia.
2.9.1. Pengertian AHP
Analitycal Hierarchy Process AHP adalah suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana dan fleksibel, yang menampung kreativitas dalam
rancangannya terhadap suatu masalah. Model AHP pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari University of Pitsburgh, Amerika
Serikat pada awal tahun 1970-an. Analisis AHP ditujukan untuk membuat model permasalahan yang tidak terstruktur dan biasanya diterapkan untuk memecahkan
masalah –masalah terukur maupun masalah–masalah yang memerlukan pendapat
judgement. Perbedaan mencolok antara model AHP degan model pengambilan
keputusan lainnya menurut Permadi 1992 adalah terletak pada jenis inputnya. Model-model yang sudah ada umumnya memakai input yang kuantitatif atau
berasal dari data sekunder. Otomatis model tersebut hanya dapat mengolah hal-hal kuantitatif pula. Sementara itu Model AHP menggunakan persepsi manusia yang
dianggap “expert” sebagai input utamanya. Kriteria Expert dalam input utama AHP yang menjadi subjek, bukan
berarti memiliki kriteria orang yang harus jenius, pintar, bergelar doktor dan sebagainya, akan tetapi kriteria expert disini menurut Permadi 1992 adalah
mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah
tersebut. Pengukuran hal-hal kualitatif pun sangat penting mengingat makin kompleksnya permasalahan di dunia dan tingkat ketidakpastian yang semakin
tinggi. Menurut Saaty 1993 mengenai aspek-aspek dalam AHP, menyebutkan
bahwa aspek kualitatif mendefinisikan persoalan dan hirarkinya dan aspek kuantitatif mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat.
Proses itu sendiri dirancang untuk mengintegrasikan dwi sifat ini. Proses ini dengan jelas menunjukan bahwa demi pengambilan keputusan yang sehat dalam
situasi yang kompleks, sehingga diperlukan menetapkan prioritas dan melakukan pertimbangan dapat dilakukan dengan menggunakan AHP.
2.9.2. Prinsip Kerja AHP