dengan materi geometri. Pada aspek motivasi belajar, terdapat 25 siswa kurang percaya diri dengan potensi yang dimilikinya, hal tersebut terlihat saat beberapa
siswa masih mencontek ketika mengerjakan kuis individu. Selain itu,terdapat 30 siswa yang kurang antusias mengikuti proses pembelajaran di kelas, hal tersebut
dapat terlihat saat beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan terdapat 80 siswa melakukan tindakan aktif seperti berani bertanya kepada guru
dan menjawab pertanyaan guru.
4.1.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas yang Mendapat Model TSTS dengan Srategi REACT
Pada kelas eksperimen yaitu kelas VII E, pembelajaran menggunakan model TSTS dengan strategi REACT. Model tersebut dapat membuat siswa
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran sebab mereka diharuskan bekerja secara kelompok untuk mendiskusikan materi dan menyelesaikan suatu masalah
yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang ilmu lain. Dalam pembelajaram menggunakan model TSTS dengan strategi REACT, setiap
kelompok diberi LKS yang dapat membantu siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan melatih kemampuan siswa untuk menghubungkan
materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan bidang ilmu lain. Pelaksanaan pembelajaran di kelas yang mendapat model TSTS dengan
strategi REACT meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, proses pembelajaran diawali dengan
pemberian salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, mengecek pengetahuan prasyarat yang harus
dimiliki siswa sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya, dan menjelaskan alur aktivitas dari model pembelajaran yang digunakan.
Pada kegiatan inti, terbagi menjadi empat tahap, yaitu 1 tahap persiapan, 2 tahap presentasi guru, 3 tahap kegiatan kelompok, dan 4 tahap formalisasi.
Pada tahap pertama yaitu tahap persiapan, guru membagi siswa dalam satu kelas menjadi beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa dan
setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Pada tahap kedua yaitu tahap presentasi guru, guru menggunakan
aspek relating untuk mengenalkan dan menjelaskan secara singkat materi dengan cara mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan materi yang sudah
dipelajari sebelumnya, serta mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk mendorong siswa menemukan konsep, teori atau pemahaman
yang lebih bermakna. Tahap ini sesuai dengan indikator dari kemampuan koneksi matematis yaitu siswa mampu menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-
hari dan siswa mampu menggunakan koneksi antar topik matematika. Pada tahap ketiga yaitu tahap kegiatan kelompok, guru membagikan LKS
kepada setiap kelompok. Setiap kelompok harus berdiskusi untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang tertera pada LKS. Pada LKS terdapat
aspek experiencing yang disajikan dalam bentuk aktivitas penemuan konsep. Selain itu, pada LKS juga terdapat aspek applying dan transferring yang disajikan
dalam bentuk latihan soal. Siswa mulai mencermati dan menjawab pertanyaan yang diajukan dalam LKS. Tahap ini sesuai dengan indikator dari kemampuan
koneksi matematis yaitu siswa mampu mencari koneksi dari satu prosedur ke
prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang ilmu lain. Ketika mengerjakan
LKS, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan datainformasi sebanyak- banyaknya dengan membaca literatur, buku, dan lain-lain. Guru membimbing
setiap kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah selesai mengerjakan LKS, dua dari empat anggota masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya
dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sementara anggota lain yang tetap tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka, setelah memperoleh informasi dari anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing untuk melaporkan
temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Diharapkan dalam tahap ini dapat membangkitkan motivasi belajar siswa melalui
kegiatan kelompok karena pada tahap ini sesuai dengan indikator motivasi belajar yaitu sikap positif siswa di kelas dan keterlibatan kognitif dalam strategi
pembelajaran. Pada tahap keempat yaitu tahap formalisasi, salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya, kemudian meminta
kelompok lain untuk menanggapi dan menyempurnakan apa yang telah dipresentasikan. Guru memberikan konfirmasi dari hasil jawaban siswa. Setelah
presentasi di depan kelas selesai, guru meminta semua siswa untuk kembali ke tempat duduk semula lalu guru memberikan KUIS untuk mengetahui
perkembangan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Kemudian
guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik dengan tepuk tangan dan memberikan tambahan poin pada buku keaktifan. Pada tahap ini sesuai dengan
indikator motivasi belajar yaitu keyakinan kepercayaan diri yang dapat terlihat pada saat siswa mempresentasikan hasil kerja di depan kelas. Selain itu, indikator
motivasi belajar yang lain seperti sikap positif siswa juga dapat terlihat pada saat siswa menanggapi jawaban dari kelompok yang presentasi di depan kelas serta
pemberian penghargaan yang dilakukan oleh guru kepada kelompok terbaik dengan tujuan agar siswa lain dapat termotivasi untuk lebih kompak dalam
kegiatan belajar kelompok. Pada kegiatan penutup dalam pembelajaran, guru bersama dengan siswa
menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dikaji, kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, lalu
guru memberikan PR yang harus dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Setelah itu, guru menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya dan meminta
siswa untuk mempelajarinya di rumah. Pada pertemuan I yang dilaksanakan tanggal 20 Agustus 2015, Sub
materi pembelajarannya adalah pengertian dari pernyataan, kalimat terbuka, dan PLSV. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan pertama
dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. RPP pertemuan pertama dapat dilihat pada Lampiran 10. Kendala yang dihadapi guru adalah pada saat penyusunan
kelompok. Banyak siswa yang protes dengan pembagian kelompok yang dilakukan guru, sehingga kelas menjadi tidak kondusif. Membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk memberi pengertian pada siswa sehingga mereka
menerima kelompoknya masing-masing. Pada pertemuan pertama ini siswa masih kesulitan dalam mengisi LKS sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk siswa
menyelesaikan LKS. Hal ini dikarenakan isian pada LKS pertemuan I terdiri dari tiga sub materi dan berorientasi pada penemuan konsep yang jarang dilakukan
oleh siswa. Pada pertemuan I ini, siswa agak kesulitan dalam mencari dan memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur saat menjawab
pertanyaan dan mengisi kalimat rumpang yang ada pada LKS karena siswa lupa dengan beberapa konsep matematika yang pernah dipelajarinya waktu duduk di
bangku Sekolah Dasar. Selain itu, siswa juga kesulitan menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari saat mengerjakan soal cerita
yang ada pada LKS. Hal tersebut dikarenakan siswa masih bingung mengubah permasalahan dari soal cerita menjadi bentuk model matematika. Untuk mengatasi
hal tersebut, guru memberikan dorongan pada siswa untuk benar-benar memahami masalahnya dahulu dan membiasakan menuliskan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan, serta memberikan bimbingan dalam menyusun suatu model matematika. Pada aspek motivasi belajar, kegiatan yang perlu ditingkatkan
adalah mengerjakan kuis individu dengan jujur karena masih ada siswa yang mencontek saat mengerjakan kuis individu. Selain itu, memberikan pendapat saat
diskusi kelompok juga perlu ditingkatkan karena masih ada siswa yang tidak berpartisipasi dalam mengerjakan LKS.
Pada pertemuan II yang dilaksanakan tanggal 24 Agustus 2015, Sub materi
pembelajarannya adalah
persamaan-persamaan yang
ekuivalen. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan kedua dengan
alokasi waktu 2 x 40 menit. RPP pertemuan kedua dapat dilihat pada Lampiran 11. Pada RPP pertemuan kedua terdapat perbaikan dari RPP pertemuan pertama.
Pada tahap presentasi guru, sebelum guru mengkaji materi tentang persamaan ekuivalen melalui serangkaian pertanyaan, guru terlebih dahulu mengingatkan
kembali kepada siswa tentang konsep operasi aljabar dan memberikan contoh soal tentang operasi aljabar, hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar siswa lebih
mudah menghubungkan berbagai representasi konsep operasi aljabar dengan konsep PLSV. Waktu pengisian LKS pada pertemuan kedua ini lebih singkat
daripada pertemuan pertama dikarenakan materi yang diajarkan hanya satu subbab saja. Pada saat mengerjakan LKS, siswa lebih mudah dalam mencari dan
memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur. Hal tersebut dapat terlihat karena mereka berhasil menjawab pertanyaan dan mengisi kalimat
rumpang yang ada pada LKS dengan benar. Selain itu, dalam meyelesaikan suatu soal cerita, siswa sudah membiasakan diri untuk menuliskan hal-hal yang
diketahui dan hal yang ditanyakan terlebih dahulu agar dapat mengubah permasalahan menjadi model matematika bentuk PLSV dengan mudah. Namun,
siswa mengalami kesulitan untuk mencari koneksi dari satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen. Hal tersebut dikarenakan siswa masih
bingung untuk menentukan operasi manakah yang harus diberikan pada kedua ruas dari suatu PLSV. Pada aspek motivasi belajar, siswa lebih aktif memberikan
saran atau pendapat kepada temannya dalam mengerjakan LKS dibanding pertemuan pertama. Selain itu, pada pertemuan kedua ini, guru memberikan
sanksi kepada siswa yang ketahuan mencontek saat mengerjakan kuis individu
sehingga di pertemuan kedua ini siswa lebih jujur dalam mengerjakan kuis individu.
Pada pertemuan III yang dilaksanakan tanggal 27 Agustus 2015, Sub materi pembelajarannya adalah cara menentukan penyelesian PLSV. Pelaksanaan
pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan ketiga dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. RPP pertemuan ketiga dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada RPP
pertemuan ketiga ini terdapat perbaikan dari RPP pertemuan pertama dan kedua. Agar siswa tidak bingung lagi menentukan operasi manakah yang harus diberikan
pada kedua ruas dari suatu PLSV untuk mencari penyelesaiannya, maka guru memberikan bimbingan pada siswa dengan memberikan petunjuk yang dituliskan
di papan tulis. Pada pertemuan ketiga ini siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa sudah mampu menggunaan
matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari serta mampu mencari dan memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
Pada aspek motivasi belajar, siswa lebih aktif memberikan saran atau pendapat kepada temannya dalam mengerjakan LKS dibanding pertemuan pertama dan
kedua. Selain itu, siswa lebih disiplin dan jujur dalam mengerjakan kuis individu. Pada pertemuan IV yang dilaksanakan tanggal 31 Agustus 2015, Sub
materi pembelajarannya adalah cara menentukan penyelesian PLSV bentuk pecahan. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan keempat
dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. RPP pertemuan keempat dapat dilihat pada Lampiran 13. Pada pertemuan keempat ini siswa sudah terbiasa dengan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa sudah mampu mencari koneksi dari satu
prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen dalam proses menentukan penyelesaian PLSV bentuk pecahan. Selain itu, dengan membiasakan
diri menuliskan hal-hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan dari soal, siswa dapat dengan mudah menggunakan koneksi antar topik matematika. Hal tersebut
dapat terlihat saat siswa berhasil mengerjakan kuis individu. Pada kuis tersebut, siswa diajak untuk mengkoneksikan materi PLSV dengan materi geometri. Pada
aspek motivasi belajar, siswa lebih aktif memberikan saran atau pendapat kepada temannya dalam mengerjakan LKS dibanding pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Selain itu, siswa lebih kondusif dan jujur dalam mengerjakan kuis individu. Meskipun pembelajaran telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya namun
masih ada beberapa kekurangan yang terjadi selama penelitian. Diantaranya sebagai berikut
1 Kegiatan pembelajaran menggunakan model TSTS dengan strategi REACT membutuhkan waktu yang lama karena mendorong kemampuan koneksi
matematis siswa yang maksimal. Jarangnya siswa diasah untuk menyelesaikan soal non rutin menyebabkan mereka lambat dalam bekerja
sehingga pembelajaran cenderung kekurangan waktu. 2 Kondisi siswa yang lupa dengan konsep-konsep matematika yang telah lalu
membuat guru harus mengulang beberapa konsep tersebut. 3 Pada saat pembelajaran berlangsung, ada anggota kelompok siswa yang masih
kurang aktif dalam mengerjakan LKS. 4 Pada saat bertamu ke kelompok lain, ada beberapa siswa yang tidak serius
menjalankan tugasnya dan menyebabkan kegaduhan.
Beberapa upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi beberapa kekurangan itu adalah sebagi berikut
1 Agar siswa tidak lambat bekerja, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang mengalami kesulitan untuk bertanya. Selain itu, guru juga berkeliling
untuk membimbing kelompok yang sedang mengalami kesulitan. 2 Agar siswa ingat kembali dengan konsep-konsep yang telah lalu, guru
menjelaskan kembali konsep-konsep tersebut dan meminta siswa untuk membuka kembali buku matematika tingkat Sekolah Dasar.
3 Agar semua siswa dapat aktif dalam mengerjakan LKS, guru berkeliling dan memotivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat dalam kegiatan belajar
kelompok. 4 Agar tidak terjadi kegaduhan, guru berkeliling dan berusaha mengkondisikan
siswa untuk tenang dan menjalankan tugasnya dengan baik. Selain kekurangan, peneliti juga menemukan beberapa kelebihan dari
penerapan model pembelajaran TSTS dengan strategi REACT yaitu sebagai berikut
1 Dengan adanya aspek relating pada strategi REACT, siswa dapat menyadari bahwa ada keterkaitan antara materi yang sudah dipelajari sebelumnya
dengan materi yang sedang dipelajari. 2 Dengan adanya aspek experiencing pada strategi REACT, siswa dapat dilatih
untuk belajar mandiri dalam menemukan konsep. 3 Dengan adanya aspek cooperating pada strategi REACT, siswa dapat
meningkatkan motivasi
belajar, sikap
untuk saling
menghargai,
bertanggungjawab dalam menjalankan tugas, dan melatih kemampuan berkomunikasi yang baik.
4 Dengan adanya aspek applying pada strategi REACT, siswa dapat menyadari bahwa ilmu matematika sangat penting peranannya dalam kehidupan sehari-
hari. 5 Dengan adanya aspek transferring pada strategi REACT, siswa dapat
menyadari bahwa ilmu matematika bermanfaat untuk menyelesaikan persoalan yang ada pada bidang ilmu lain.
4.1.3.4 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas yang Mendapat Model Konvensional dengan Metode Ceramah, Tanya Jawab, dan Diskusi
Pada kelas kontrol yaitu kelas VII C, siswa diberi perlakuan model konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Sintaks model
pembelajaran konvensionalnya adalah 1 Guru menyampaikan materi secara lisan dan tertulis, serta memberikan
beberapa contoh soal. 2 Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa.
3 Guru memberikan tugaslatihan soal-soal kepada siswa. 4 Guru dan siswa bersama-sama membahas dan mendiskusikan tugaslatihan
soal. 5 Pemberian evaluasi berupa kuis.
Pada kegiatan pendahuluan, pembelajaran diawali dengan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi
motivasi, dan mengecek pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya.
Pada kegiatan inti, pembelajaran diawali dengan penyampaian materi secara lisan dan tertulis. Dalam mengkaji materi, guru mendiskusikan materi
tersebut dengan tanya jawab. Kemudian guru memberikan beberapa contoh soal berkaitan dengan materi yang dikaji dan guru juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya. Setelah itu, guru memberikan latihan soal kepada siswa. Dalam mengerjakan latihan soal tersebut, siswa diperbolehkan untuk
berdiskusi dengan teman sebelahnya. Setelah itu, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan hasil kerjanya di papan tulis agar dapat dibahas
dan didiskusikan bersama. Kemudian guru memberikan kuis untuk mengetahui seberapa paham siswa mempelajari materi tersebut.
Kegiatan penutup dalam pembelajaran ini diawali dengan guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dikaji
dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Kemudian guru mengajak siswa melakukan refleksi, dan memberikan Pekerjaan Rumah PR. Setelah itu, guru
menyampaikan materi pada pertemuan selanjutnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah.
Pada pertemuan I yang dilaksanakan tanggal 22 Agustus 2015, Sub materi pembelajarannya adalah pengertian dari pernyataan, kalimat terbuka, dan
PLSV. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan pertama dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. RPP pertemuan pertama dapat dilihat pada
Lampiran 14. Pada pertemuan pertama ini siswa agak kesulitan dalam menjawab
serangkaian pertanyaan dari guru dikarenakan siswa lupa dengan beberapa konsep yang pernah dipelajari sebelumnya. Untuk mengatasi hal tersebut, guru
menerangkan kembali konsep tersebut untuk mendorong siswa mengkonstruk pemahamannya sendiri agar menemukan konsep PLSV. Pada pertemuan I ini,
siswa agak kesulitan dalam mencari dan memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur. Hal tersebut terlihat saat siswa tidak dapat
menjawab serangkaian pertanyaan yang diberikan untuk mengerjakan contoh soal di papan tulis. Selain itu, siswa juga kesulitan menggunakan matematika dalam
bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari saat mengerjakan soal cerita. Hal tersebut dikarenakan siswa masih bingung mengubah permasalahan menjadi
bentuk model matematika. Untuk mengatasi hal tersebut, guru memberikan dorongan pada siswa untuk benar-benar memahami masalahnya dahulu dan
membiasakan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, serta memberikan bimbingan dalam menyusun suatu model matematika. Pada aspek
motivasi belajar, kegiatan yang perlu ditingkatkan adalah mengerjakan kuis individu dengan jujur karena masih ada siswa yang mencontek saat mengerjakan
kuis individu. Selain itu, memberikan tanggapan atas jawaban siswa lain yang telah dituliskan di papan tulis juga perlu ditingkatkan.
Pada pertemuan II yang dilaksanakan tanggal 26 Agustus 2015. Sub materi
pembelajarannya adalah
persamaan-persamaan yang
ekuivalen. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan kedua dengan
alokasi waktu 2 x 40 menit. RPP pertemuan kedua dapat dilihat pada Lampiran 15. Pada RPP pertemuan kedua ini terdapat perbaikan dari RPP pertemuan
pertama. Guru mengingatkan kembali kepada siswa tentang konsep operasi aljabar lengkap beserta contoh-contoh soalnya, hal tersebut dilakukan untuk
mempermudah siswa dalam menghubungkan berbagai representasi konsep operasi aljabar dengan konsep PLSV. Dalam menyelesaikan suatu soal cerita, siswa
dibiasakan untuk menuliskan hal-hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan dari soal agar siswa mudah mengubah permasalahan menjadi model matematika
berbentuk PLSV. Namun, siswa mengalami kesulitan untuk mencari koneksi dari satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen. Hal tersebut
dikarenakan siswa masih bingung untuk menentukan operasi manakah yang harus diberikan pada kedua ruas dari suatu PLSV. Untuk mengatasi hal tersebut, guru
memberikan bimbingan pada siswa dengan memberikan petunjuk yang dituliskan di papan tulis. Agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, guru
menciptakan suasana yang tenang dan kondusif, kemudian mengajak dan memotivasi siswa untuk aktif dalam menanggapi dan menyempurnakan jawaban
yang telah dituliskan di papan tulis. Selain itu, di pertemuan kedua ini, siswa lebih jujur dalam mengerjakan kuis individu daripada pertemuan pertama, hal tersebut
disebabkan karena siswa tidak mau mendapat sanksi dari guru. Pada pertemuan III yang dilaksanakan tanggal 29 Agustus 2015, Sub
materi pembelajarannya adalah cara menentukan penyelesian PLSV. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan ketiga dengan alokasi waktu 3 x
40 menit. RPP pertemuan ketiga dapat dilihat pada Lampiran 16. Pada RPP pertemuan ketiga ini terdapat perbaikan dari RPP pertemuan pertama dan kedua.
Untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menentukan operasi manakah yang
harus diberikan pada langkah-langkah penyelesaian suatu PLSV, guru menuliskan petunjuk pengerjaan di papan tulis dan memberi beberapa contoh soal untuk
diselesaikan sendiri oleh siswa. Pada pertemuan ketiga ini siswa sudah mulai terbiasa menggunaan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-
hari serta mampu mencari koneksi dari satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen dalam proses pemecahan masalah. Pada aspek
motivasi belajar, siswa lebih aktif mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan dan menuliskan jawaban di papan tulis, serta menanggapi jawaban dari siswa lain
yang telah dituliskan di papan tulis daripada pertemuan pertama dan kedua. Selain itu, siswa lebih disiplin dan jujur dalam mengerjakan kuis individu
Pada pertemuan IV yang dilaksanakan tanggal 2 September 2015, Sub materi pembelajarannya adalah cara menentukan penyelesian PLSV bentuk
pecahan. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada RPP pertemuan keempat dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. RPP pertemuan keempat dapat dilihat pada
Lampiran 17. Pada pertemuan keempat ini siswa sudah terbiasa mencari koneksi dari satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen dalam
proses menentukan penyelesaian PLSV bentuk pecahan. Selain itu, dengan membiasakan diri menuliskan hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan dari
soal, siswa dapat dengan mudah menggunakan koneksi antar topik matematika. Hal tersebut dapat terlihat saat siswa berhasil mengerjakan kuis individu. Pada
kuis tersebut, siswa diajak untuk mengkoneksikan materi PLSV dengan materi geometri.Pada aspek motivasi belajar, siswa lebih aktif mengajukan diri untuk
menjawab pertanyaan dan menuliskan jawaban di papan tulis, serta menanggapi
jawaban dari siswa lain yang telah dituliskan di papan tulis daripada pertemuan- pertemuan sebelumnya. Selain itu, siswa lebih disiplin dan jujur dalam
mengerjakan kuis individu. Aktivitas siswa yang dominan selama proses pembelajaran pada kelas
yang mendapat model konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi adalah mencatat, menjawab pertanyaan dari guru, dan mengerjakan soal
dari guru. Proses pembelajaran pada kelas yang mendapat model konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi juga diarahkan untuk melatih
kemampuan koneksi matematis siswa dan memunculkan motivasi belajar siswa. Secara umum pembelajaran pada kelas yang mendapat model konvensional
dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir berberlangsung baik dan lancar.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Kemampuan Koneksi Matematis
Hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa diukur menggunakan hasil posttest. Hasil pengujian terhadap hipotesis I menunjukkan hasil yang signifikan
untuk ketuntasan klasikal. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran menggunakan model TSTS dengan strategi REACT mampu menghantarkan siswa
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan pembelajaran adalah aktivitas guru dalam memilih dan
menggunakan model pembelajaran. Kreativitas guru sangat diperlukan mengingat