Analisis Kemampuan Mengajar Mahasiswa Jurusan Pai Uin Jakarta Pada Pelaksanaan Ppkt Di Smp Islamiyah Ciputat Tahun Akademik 2014/2015

(1)

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

DIDIN SIROJUDIN

109011000142

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Tahun Akademik 2014/2015”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam dalam merencanakan pembelajaran pada pelaksanaan PPKT tahun akademik 2014/2015. (2) Untuk mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Jurusan PAI dalam melaksanakan pembelajaran pada pelaksanaan PPKT tahun akademik 2014/2015. (3) Untuk mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Jurusan PAI dalam melakukan penilaian pada pelaksanaan PPKT tahun akademik 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah mahasiswa Jurusan PAI yang mengikuti pelaksanaan PPKT tahun akademik 2014/2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel bertujuan (purposive sample). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, metode observasi, dan dokumentasi.

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan, mahasiswa praktikan sudah dapat merencanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan standar proses, baik komponen maupun prinsip-prinsip penyusunannya. Mahasiswa praktikan pun sudah mampu melaksanakan pembelajaran dengan mampu membuka pelajaran dengan baik, melaksanakan dan menerapkan keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan dan keterampilan dalam mengelola kelas selama pelajaran berlangsung dan mampu menutup pelajaran dengan menyusun rangkuman materi bersama, merangkum, melakukan tindak lanjut kepada siswa serta mampu memberikan penilaian untuk mengukur aspek afektif dan psikomotorik.

Dari penelitian ini penulis menyarankan supaya semua mahasiswa dapat menerapkan keterampilan-keterampilan yang antara lain keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, dan keterampilan pengelolaan kelas pada kegiatan inti selama pembelajaran berlangsung, mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir, memahami perkembangan kurikulum untuk menerapkannya dalam melaksanakan pembelajaran serta memperkaya pengetahuan terhadap metode-metode mengajar yang bervariasi.


(7)

ii

majorsIslamic religion faculty of tarbiyah UIN Syarifhidayatullah Jakarta.

This research purposes (1) to describe the ability of the student PAI plans the learning in implementing PPKT academic year 2014/2015.(2) to describe the ability of thestudent PAI does the learningin implementing PPKT academic year 2014/2015.(3)to describe the ability of the student PAI assessesin implementing PPKT academic year 2014/2015.

Type of this research is qualitative research. Research subject is the studentof mayor PAI who follows the implementation of PPKT academic year 2014/2015. Data collection technique is donefor technique purposive sample (purposive sample).Data collection techniques used were interviews, observation and documentation.

This study concluded that students are able to plan learning well in accordance with the standards process, both the components and principles of its arrangement. Students had been able to carry out learning by being able to open the lesson well, Implementing and applyingthe skills asked, skills providing reinforcement and skills managing the class during the lesson and able to close a lesson by collecting a summary of the material, summarizing, doing a follow-up to the student and able to provide an assessment to measure affective and psychomotor aspects.

From this study, the author suggests that all students can apply skills, which are questioning, giving amplifier, and classroom management skills. The core during these learning activities takes place, following the development of cutting-edge knowledge, understanding of curriculum development to implement them in implementing learning and enrich the knowledge of various methods in teaching.


(8)

ii

memberikan karunia serta anugerah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis kemampuan mengajar mahasiswa jurusan PAI UIN Jakarta pada pelaksanaan PPKT Tahun akademik 2014/2015 dapat selesai. Tanpa anugerah dan karunia-Nya berupa nikmat kesehatan maka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ya Allah Engkau telah memberikan kekuatan kepada penulis, dengan adanya Engkau di samping penulis, Engkau telah memberikan motivasi yang besar berupa kesabaran dalam menghadapi hambatan dan rintangan selama penulis mengerjakan skripsi.

Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sebagai umat yang taat dan patuh pada ajaran beliau sehingga kita dapat merasakan nikmat yang tak kalah pentingnya dari nikmat yang lain yaitu nikmat Islam. Semoga kita termasuk dalam golongan beliau yang menegakkan panji-panji Islam serta dapat mengembangkan ajaran beliau. Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun, berkat doa, dukungan, bantuan dan motivasi yang tak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini selesai pada waktunya.

Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih yang sangat dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Thibraya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan PAI dan Ibu Marhamah Sholeh, Lc., MA, Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis ucapkan terima kasih yang telah banyak membantu dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

iii

pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Syafi’I Noor, Dosen Penasehat Akademik yang

dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak pimpinan dan karyawan/karyawati Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seterusnya ucapan terima kasih buat orang terkasih yaitu Ibunda Hj. Siti Rokayah dan Ayahanda Alm. H. Odi Kusnadin yang selalu memberi motivasi dan dukungan buat penulis selama penulis mengerjakan skripsi serta memberikan dukungan moral dan material, do’a dan senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi ini. Skripsi dan gelar sarjana ini khusus penulis persembahkan untuk ibunda yang sampai saat ini terus berjuang keras demi kesuksesan putera puteri tercintanya dan gelar inipun teruntuk Alm ayahanda yang selalu mengiringi kesuksesan anandanya dengan do’a-do’anya di tempat terbaiknya.

8. Kakak-kakak ku Ahmad Syaropudin, Siti Maesaroh dan Ida rosidah serta adik-adikku Siti Kholilah, A. Md dan Didah Fauziyah, terimakasih atas bantuan, kepedulian serta dukungan kalian dalam memberikan motivasi untuk cepat menyelesaikan Skripsi ini.

9. Orang-orang yang menginspirasi dan juga memotivasi penulis dalam segala halnya, yang paling utama yaitu Yunda Rahmawati, S.Pd.I yang selalu ada setiap saat. Dan tentunya para sahabat terbaik Muhammad Abduh, Ahmad Fuad Basyir, Ahmad Naufal, Feri Andriansyah, S.Pd, Sofwan Tamami, S.Kom dan adinda Fuad Hasyim serta Eka Rosdiana Puteri yang selalu menemani.


(10)

iv

Afaf, Nety) serta Kakak-kakak (Ka Amel, Ka Munir, Ka Riyan, Ka Johan, Ka Icha, Ka Asep, Ka Arif, Ka Edy) dan adek-adek (Arif, Hasan, Feby, Azis, Dentika, Dayat, Novi, Edwin, temil, eko, ulum, dedi, sigit, bagja). Terima kasih kepada kalian yang telah menemani dan memberikan semangat kepada penulis, terima kasih juga atas do’a dan dukungan dari kalian.

11.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas D angkatan 2009, kenangan indah dan kebersamaan kita tidak akan terlupakan, terima kasih buat kalian yang menemani hari-hari penulis selama kuliah.

12.Tak lupa juga teman-teman Laskar Hijau Hitam HMI, FK2I, KAHFI, PELITA, KMIK Jakarta, FKPPI, BEM Nusantara, HMJ PAI, DEMA FITK dan DEMA Universitas UIN Jakarta yang selalu ada dalam sumbangsih arahan dan pemikirannya, demi kelancaran skripsi ini dan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar banyak tentang organisasi.

13.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas segala bantuan, perhatian dan semangat yang diberikan kepada penulis.

Penulis memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa yang telah dilakukan. Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 15 April 2015


(11)

v LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian dan Ruang lingkup Praktik Profesi Keguruan Terpadu……….. 9

B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 11

C. Standar Proses Pendidikan ... 23

D. Karakteristik Guru Pendidikan Agama Islam... 28

E. Syarat-Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Profesional ... 29

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Latar Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian... 36


(12)

vi A. Deskripsi Data

1. Data dan Sumber Data ... 42 2. Gambaran Diri Subjek... 43 B. Pembahasan

1. Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam dalam Merencanakan Pembelajaran pada Pelaksanaan PPKT tahun Akademik 2014/2015 ... 44 2. Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama

Islam dalam Melaksanakan Pembelajaran pada Pelaksanaan PPKT tahun Akademik 2014/2015. ... 54 3. Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama

Islam dalam Melakukan Penilaian pada Pelaksanaan PPKT tahun Akademik 2014/2015 ... 59

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan strategis pendidikan baik karena pengaruh globalisasi ekonomi, revolusi teknologi informasi, maupun perubahan paradigma pembangunan dari sentralistik ke desentralistik mempunyai implikasi terhadap proses pendidikan tinggi. Implikasinya adalah tuntutan dan sekaligus tantangan untuk meningkatkan mutu luaran pendidikan. Kondisi empirik menunjukkan bahwa mutu luaran pendidikan masih sangat memprihatinkan.

Terdapat beberapa faktor strategis yang mempengaruhi hal tersebut yaitu faktor kurikulum, profesionalisme dosen, dan kemampuan sistem pendukung seperti sarana dan perasarana pendidikan yang terkait dengan kemampuan finansial baik lembaga pendidikan maupun pemerintah. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk memecahkan problema tersebut yaitu dengan mengembangkan kurikulum, kapasitas manajemen program, kapasitas dosen-dosen, kapasitas manajemen finansial, dan prioritas kebijakan pemerintah dalam memperkuat sektor pendidikan.

Dalam pendidikan, guru merupakan satu unsur penting. Guru memegang peranan yang sangat penting di dalam masyarakat. Mulai dari masyarakat yang paling terbelakang hingga masyarakat yang paling maju. Hampir tanpa terkecuali, guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Masalah guru senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat pada umumnya dan oleh para ahli pendidikan pada khususnya. Pemerintah memandang bahwa guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. "Guru mengemban tugas-tugas sosial kultural yang berfungi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa" .1

1

Oemar,Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h. 19


(14)

Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.2 Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.3 Pendidik adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan masalah pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam, menurut Imam al-Ghazali guru/pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, segalapotensi yang ada pada peserta didik. Serta membersihkan hati peserta didik agar bisa dekat dan berhubungan dengan Allah SWT.4

Dalam dunia pendidikan, keberadaan, peran, dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat dominan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat lepas dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensinya. Guru merupakan seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi atau suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berfikir aktif, kreatif dan inovatif dalam mengekplorasi dan mengelaborasi kemapuannya.5

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, seperti yang di ungkapkan oleh Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa hampir semua usaha reformasi

2

Syamsu YusufdanNaniM. Sugandhi, PerkembanganPesertaDidik, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2011), h.139

3

Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, PsikologiBelajar, (Jakarta : RinekaCipta, 1991), h. 98-99

4

WahyuddinNurnasution, TeoriBelajardanPembelajaran, (Medan : Perdana Publishing, 2011), h. 76

5

Rusman, Model-Model Pembelajaran,MengembangkanProfesional Guru. (Jakarta: PT RajagrafindoPersada, 2011), cet ke-3, h. 19


(15)

pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran, semua bergantung kepada guru. Tanpa penguasaan materi dan strategi pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh, segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.6

Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah diposisikan mempunyai peran ganda, bahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai pengajar yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai pendidik yang mampu menjaga moral anak didiknya. Bahkan tidak jarang para guru dianggap sebagai orang kedua setelah orang tua anak didiknya dalam proses pendidikan secaraglobal.

Dalam suatu istilah, guru merupakan sosok yang 'digugu' dan 'ditiru', dihormati dan dicontoh. Guru juga dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun realitanya, tidak demikian yang ditemui di lapangan. Guru yang sejatinya berfungsi sebagai fasilitator belajar anak didik dan menjadi panutan bagi mereka, tampaknya belum mampu menjalankan fungsinya secara optimal.

Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen (UU GD) memerinci lebih lanjut tentang makna, prinsip, dan kriteria guru profesional sehingga kita memperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang kebijakan baru tersebut.

Profesional, menurut UU GD pasal 1 ayat (4), adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

6


(16)

Dengan demikian, guru profesional lebih daripada guru biasa. Ia memiliki kualifikasi dan kompetensi yang menjamin kemahirannya sehingga untuk menjadi guru profesional harus melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan dalam bidangnya. Atas kemahirannya itu guru profesional akan dan sepatutnya mendapatkan pembayaran yang layak.

Fakta empiris yang seringkali diungkap oleh media mengacu kepada hasil penelitian Balitbang Depdiknas pada 2001, tampak seperti telah terjadi penurunan profesionalisme guru. Sebagai contoh, pada saat dilakukan uji kompetensi dengan soal yang sama diujikan kepada siswa, ternyata skor perolehan beberapa guru jauh di bawah skor perolehan siswa. Data menjelaskan bahwa dari jumlah sekitar 1,4 juta guru SD se-Indonesia, yang dinilai layak mengajar hanya 38%, sedangkan untuk tingkat menengah walaupun agak lebih baik namun masih di bawah 70%.7

Permasalahan yang berkaitan dengan tugas seorang guru, tiap hari menjadi sorotan publik. Problem tersebut diantaranya adalah rendahnya mutu pembelajaran yang disebabkan karena beratnya beban yang diemban guru, minimnya fasilitas pembelajaran di sekolah, dan rendahnya kesejahteraan guru. Selain itu rendahnya kompetensi guru yang tersedia serta manajemen pendidikan yang ala kadarnya dapat mengakibatkan kegiatan belajar mengajar kurang maksimal. Kadang-kadang seorang guru di suatu sekolah pada umumnya di daerah terpencil mengajarkan mata pelajaran yang bukan bidangnya, hanya karena tidak adanya guru yang mengajar mata pelajaran tersebut. Akibat manajemen yang tak teratur itulah, mutu pendidikan kian hari kian merosot.

Dengan demikian untuk menjadi guru yang profesional dapat dikatakan gampang-gampang susah. Karena ia mesti memiliki sekian kemampuan yang spesifik, baik menyangkut materi maupun nonmateri. Ada yang berpendapat bahwa metode lebih penting daripada materi itu sendiri. Susah memang jika guru tidak menguasai strategi atau teknik mengajar yang baik, tapi penguasaan bahan ajar pun juga tidak boleh diabaikan.

7

Adi,Bambang Wasito. etal., 2006. Teropong Pendidikan Kita. Jakarta: Pusat Informasi dan Humas Depdiknas.


(17)

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan menyiapkan calon tenaga pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap tugas. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan yang ditujukan sebagai ajang pelatihan untuk menerapkan berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam rangka pembentukan guru yang profesional. Untuk itulah pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan merupakan kegiatan dalam rangka mewujudkan hal tersebut. Dengan diadakan PPL akan dapat memberi latihan yang dimaksudkan agar mahasiswa sebagai calon tenaga kependidikan memiliki kompetensi keguruan dalam menghadapi tugas mengajar ketika nantinya menjadi seorang guru.

Namun pada kenyataannya, ada beberapa guru pamong yang belum mempercayai kemampuan mahasiswa untuk mengajar di dalam kelas. Beberapaalasan yang dikemukakan adalah siswa merasa kesulitan untuk memahami materiyang disampaikan mahasiswa sehingga guru pamong harus mengajarkan kembalimateri tersebut. Oleh karena itu mahasiswa hanya diberikan waktu mengajar yangsedikit bahkan tidak sama sekali. Hal tersebut terjadi diduga karena masihkurangnya kemampuan mengajar yang dimiliki mahasiswa.

Selama ini pelaksanaan PPL yang diharapkan dapat memberikan pengalaman awal bagi praktikan belum dapat berjalan secara optimal. Indikasinya adalah semakin kerasnya kritik dari para pengguna (user) terhadap kompetensi professional alumni FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kritik tersebut muncul antara lain pada saat diselenggarakan Workshop oleh FITK yang menghadirkan User dan Stakeholder. Rendahnya kompetensi professional mahasiswa FITK menunjukan kurangnya bekal pengalaman yang diberikan kepada mereka. Untuk menjawab tantangan besar tersebut akhirnya FITK membentuk sebuah tim untuk merumuskan kegiatan yang mampu mengintegrasikan antara unsur kegiatan KKN, PPL dan Penelitian Kependidikan. Alhasil terbentuklah suatu program intrakulikuler yang kini dikenal dengan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT).8

8

Tim penyusunpedoman PPKT PraktikProfesikeguruanterpadu, (Jakarta: FITK UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2010), cet.3, h. 2


(18)

Dalam pelaksanaannya PPKT sangat membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan mengetahui dengan baik apa yang harus disiapkan oleh calon seorang pendidik, namun hal itu belum bisa tertanamkan secara merata kepada seluruh mahasiswa yang melaksanakan PPKT tersebut. Hal itu menjadi evaluasi setiap tahun untuk kedepannya mampu berjalan lebih baik dan merata, hingga tim labolatorium FITK terus berbenah dalam perwujudan pelaksanaan PPKT yang sesuai harapan bersama.

Banyakhal yang terus ditempuh oleh tim penyusun pedoman PPKT, dan dari uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian untuk kemajuan perkembangan PPKT. Dalam hal ini peneliti ingin membantu yang kemudian mengangkat suatu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini untuk nantinya bisa memberikan masukan dalam perkembangan PPKT di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, oleh karenanya peneliti dapat merumuskan judul Analisis Kemampuan Mengajar Mahasiswa Jurusan PAI UIN Jakarta Pada Pelaksanaan PPKT Di SMP Islamiyah Ciputat Tahun Akademik 2014/2015

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapatdiidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.

1. Guru yang sejatinya berfungsi sebagai fasilitator bagi anak didiknya, dan menjadi panutan bagi mereka, belum mampu menjalankan fungsinya secara optimal.

2. Rendahnya mutu pengajaran yang dilakukan guru diduga karena beratnya beban yang diemban guru, minimnya fasilitas pembelajaran di sekolah, dan rendahnya penguasaan materi guru serta manajemen pendidikan yang ala kadarnya termasuk penilaian yang belum terstruktur dan kontinyu. 3. Rendahnya kepercayaan guru pamong pada kemampuan mengajar

mahasiswa untuk melakukan kegiatan mengajar di kelas.

4. Mahasiswa PPKT dihadapkan pada situasi yang berbeda dengan yang mereka harapkan, oleh karena itu mereka tidak dapat menyiapkan perangkat pembelajaran dengan baik.


(19)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah serta agar masalah yang dikaji dalam penelitian ini menjadi terarah dan tidak melebar terlalu jauh, peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

1. Kemampuan mengajar mahasiswa yang dimaksud adalah kemampuan merencanakan pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran dan kemampuan melakukan penilaian.

2. Mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam yang mengambil mata kuliah PPKT pada tahun ajaran 2014/2015.

3. Analisis kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dilakukan dengan cara membandingkan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi dengan standar proses.

D. Rumusan Masalah

Berdasar hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa Jurusan pendidikan Agama Islam dalam merencanakan pembelajaran pada pelaksanaan PPKT tahun akademik2014/2015?

2. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa Jurusan pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan pembelajaran pada pelaksanaan PPKT tahun akademik2014/2015?

3. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa Jurusan pendidikan Agama Islam dalam melakukan penilaian pada pelaksanaan PPKT tahun akademik2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan dan pembatasan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Jurusan pendidikan Agama Islam dalam merencanakan pembelajaran pada pelaksanaan PPKT tahun akademik2014/2015.


(20)

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Jurusan pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan pembelajaran pada pelaksanaan PPKT tahun akademik2014/2015.

3. Untuk mendeskripsikan kemampuan mahasiswa Jurusan pendidikan Agama Islam dalam melakukan penilaian pada pelaksanaan PPKT tahun akademik2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan masukan terhadap upaya peningkatan kualitas mahasiswa sebagai calon tenaga kependidikan yang siap pakai. Secara operasional manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Informasi tentang kemampuan mengajar mahasiswa Pendidikan Agama Islam dapat bermanfaat sebagai umpan balik bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya program studi Pendidikan Agama Islam dalam membenahi materi, sistem perkuliahan dan pelaksanaan PPKT sebagai usaha untuk meningkatkan kompetensi mengajar para calon tenaga pendidik profesional.

2. Bagi mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang mengikuti PPKT dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat menimbulkan kesadaran betapa pentingnya mengasah ketrampilan diri dari berbagai sumber.

3. Bagi penulis, dapat memberikan wawasan, pengetahuan serta pengalaman dalam mengembangkan disiplin ilmu yang telah penulis miliki


(21)

9

1. Pengertian Praktik Profesi Keguruan Terpadu

Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) adalah mata kuliah intrakulikuler aplikatif dan terpadu dari seluruh pengalaman belajar kedalam program pelatihan untuk mempersiapkan mahasiswa agar memiliki kemampuan dan keterampilan keguruan, pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan, penelitian pendidikan dan pengabdian kependidikan.1

Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) adalah kegiatan akademik yang dilakukan mahasiswa FITK dalam rangka menerapkan dan mengembangkan kompetensi professional, pedagogik, kepribadian dan sosial yang berwujud dalam kegiatan praktik keguruan, penelitian dan pengelolaan pendidikan, kinerja mahasiswa praktikan dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan prilaku keguruan yang dialami secara nyata di madrasah/sekolah.

PPKT merupakan kegiatan intrakulikuler yang mencakup kegiatan praktik mengajar penelitian kependidikan, dan pengelolaan kependidikan di madrasah/ sekolah.Dengan demikian PPKT mencakup tiga dharma perguruan tinggi sebagai mata kuliah, PPKT berbobot 6 sks yang dilaksanakan sepenuhnya di madrasah/ sekolah praktik.2

Ruang lingkup PPKT terdiri dari :

a. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas b. Kegiatan pengabdian kependidikan :

1) Kegiatan kependidikan 2) Kegiatan administrasi Negara 3) Kegiatan peneitian kependidikan.3

1

Tim Penyusun Pedoman PPKT , Buku Panduan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h.2

2

Tim Penyusun Pedoman PPKT , Buku Panduan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h.3

3


(22)

2. Landasan hukum

Landasan hukum penyelenggaraan PPKT dalah sebagai berikut:

a. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

b. Undang-undang No.12 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen; c. Undang-undang No.12 Tahun 2012 Tentang pendidikan tinggi;

d. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi. e. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan;

f. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Pendidikan;

g. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru;

h. Keputusan Presiden RI No.31 Tahun 2002 Tentang perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; i. Peraturan MenteriPendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 Tentang

standar kualifikasi dan Kompetensi Guru;

j. Keputusan Dekan FITK No. 66 Tahun 2005 Tentang Kegiatan PPKT;4

3. Tujuan dan Manfaat PPKT

Tujuan dilaksanakan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) adalah:

a. Untuk mengembangakan kompetensi pedagogik sebagai seorang guru. b. Sebagai bentuk pengabdian dilembaga pendidikan.

c. Untuk belajar memahami karakter lingkungn sosial di sekolah.

d. Untuk belajar memahami karakteristik kepribadian anak, baik karakter kecerdasaan maupun sikap.

Manfaat mengikuti pelaksanaan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) adalah :

4


(23)

a. Dengan mengikuti PPKT ini praktikan lebih paham bagaimana cara mengajar yang baik dan sistematis.

b. Menyelesaiakan masalah yang terjadi pada siswa dengan mencari solusi bersama dengan wali kelas, dan menggunakan restitusi konflik dengan baik.

c. Dapat memenejemen waktu dengan baik, untuk digunakan mengerjakan tugas sebagai mahasiswi dan tugas sebagai guru.5

B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam pembelajaran yakni membuat desain pembelajaran, dalam artian menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Dan peran siswa adalah bertindak belajar yaitu digolongkan sebagai dampak pengiring. Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa.6

Berikut beberapa definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli :

a. Menurut Degeng, pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya dengan pengajaran adalah “upaya untuk membelajarkan siswa”7

b. “Pembelajaran adalah upaya untuk memebelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.”8

Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar.9Secara garis besar,

5Ibid

., h.5

6

Dimiyati, Muljiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : PT Rineka Cipta 2006) h. 5

7

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) h. 183

8

Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar Aktif (Surabaya: CV. Citra Media 1996) h. 96

9


(24)

ada 4 pola pembelajaran.Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu atau bahan pembelajaran dalam bentuk alat raga. Kedua, pola (guru+alat bantu) dengan siswa, ketiga, pola (guru)+(media) dengan siswa.Keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan.

Berdasarkan pola-pola pembelajaran diatas, maka pembelajaran bukan hanya sekedar mengajar dengan pola satu, akan tetapi lebih dari pada itu seorang guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang bervariasi.

Menurut paham konvensional, pembelajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik yang dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar.10

Pengertian Pendidikan Agama Islam banyak sekali ragamnya dan berbeda antara ahli yang satu dengan yang lainnya.Hal ini tergantung dari sudut pandang mereka masing-masing.Namun untuk memahami pendidikan itu sendiri, terlebih dahulu kita pahami pengertian pendidikan secara bahasa dan istilah.

Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu Peadagogiek yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.11

Pengertian pendidikan secara istilah menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani adalah proses mengubah tingkah laku individu , pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai suatu profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.12

10Ibid.,

h. 85

11

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 1994), h. 1

12


(25)

Dalam perkembangan istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Perkembangan selanjutnya pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.13

Pendidikan Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana dan bertujuan yang dilaksanakan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuana dan keterampilan mengajarkannya kepada anak didik secara bertahap. Dan apa yang diberikan kepada anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya di masyarakat, dimana kelak mereka hidup.14

Pendidikan juga merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan.15

Jika dikaitkan dengan pengertian pembelajaran, maka diperoleh sebuah pengertian bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) adalah upaya membelajarkan siswa untuk memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Muhaimin bahwa Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu upaya membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan. 16

13

Armai Arief, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Wahana Cordofa, 2010) h.3

14

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005) h.11

15

Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) cet ke-1. h.15

16


(26)

2. Kegiatan Pembelajaran

Menurut permendiknas nomor 41 tahun 2006 tentang standar proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan membuka pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Membuka Pembelajaran

Yang dimaksud dengan membuka pelajaran adalah seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai interaksi belajar mengajar untuk suatu jam pelajaran tertentu,

1) Mengkondisikan Siswa

Tujuan kegiatan ini untuk mengarahkan siswa pada pokok permasalahan agar siswa siap, baik secara mental, emosional, maupun fisik. Kegiatan ini antara lain berupa:

a) Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa ataupun guru.

b) Pengulasan bahan pelajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya.

Kegiatan-kegiatan yang menggugah dan mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta pendapat/saran siswa, menunjukkan gambar, slide, film atau benda lain.17

2) Menarik Minat dan Perhatian Siswa

Perhatian lebih bersifat sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaannya adalah minat sifatnya menetap sedangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya menghilang. Jadi perhatian itu sebentar hilang, sebentar timbul kembali, sedangkan minat selalu tetap ada.18

Anak-anak yang selesai bermain, pada waktu masuk kembali ke dalam kelas untuk menerima pelajaran sering kita dengar masih membicarakan permainannya. Oleh sebab itu pada waktu guru hendak menyampaikan pelajaran baru, sebaiknya

17

B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. I, h. 81.

18 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Edisi 2, Cet. 19, h. 28.


(27)

diusahakan untuk menyatukan alam pikiran siswa dengan jalan menghilangkan kenangan atau peristiwa yang baru saja mereka alami.

Jenis usaha lain adalah memberikan pertanyaan bahasan sebelumnya yang berhubungan dengan topik baru, atau sering pula dengan memberikan pre test untuk mengetahui seberapa jauh siswa sudah memiliki pengetahuan tentang bahasan yang akan mereka pelajari.

3) Membangkitkan Motivasi Siswa

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau melakukan belajar. Ada dua macam motivasi: pertama, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Kedua, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan, paksaan orang lain sehingga ia melakukan belajar.

Motivasi intrinsik dapat menguat jika anak menganggap tugas sebagai suatu yang menarik, relevan secara personal, bermakna, dan pada level yang sesuai dengan kemampuan anak, sehingga mereka beranggapan dapat berhasil dalam menyampaikan tugas itu.19

4) Mengadakan Test Pendahuluan (Pre test)

Fungsi dari pretest ini adalah untuk menilai sampai dimana murid-murid telah mengusai kemampuan atau keterampilan yang tercantum dalam indikator hasil belajar, sebelum mereka mengikuti program pengajaran yang telah disiapkan.20

19

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. I, h. 486.

20 Team Didaktik Metodik IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), Cet. 4, h. 149.


(28)

b. Kegiatan Inti Pembelajaran

Kegiatan inti pembelajaran merupakan proses pembentukkan kompetensi padapeserta didik, dan merealisasikan tujuan-tujuan pembelajaran. Prosespembentukkan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.21

1) Penguasaan Materi Pembelajaran

Pengusaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran.22 Ada beberapa hal dalam upaya meningkatkan penguasaan materi bagi guru, antara lain : melalui musyawarah guru mata pelajaran atau kelompok kerja guru, melalui buku sumber yang tersedia atau kegiatan mandiri, melalui pendalaman materi dengan mengikuti seminar/pelatihan.

2) Keterampilan Menggunakan Metode

Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ambo Ende Abdullah, dkk.sebagai berikut: (1) metode mengajar harus sesuai dengan tujuan, (2) metode mengajar sesuai dengan para siswa, (3) kegiatan mengajar serasi dengan lingkungan, dan (4) pelajaran terkoordinasi dengan baik.

Dalam penggunaan suatu metode mengajar disamping dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang telah dikemukakan di atas, dipersyaratkan pula kepada setiap pengguna dalam hal ini guru mengetahui dan menguasai metode yang akan digunakannya.23

Pada saat ini pembelajaran dan pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran

21

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 5, h. 256.

22

Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 50.

23Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 95.


(29)

dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal. Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimnapun keadaannya.24

Pendekatan kontekstual atauContextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya denganpenerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dalam prakteknya metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Berikut ini akandikemukakan kemungkinan kombinasi metode mengajar.25

a. Ceramah, Tanya jawab dan Tugas b. Ceramah, Diskusi dan Tugas

c. Ceramah, Demonstrasi dan Eksperimen d. Ceramah, Sosiodrama dan Diskusi e. Ceramah, Problem Solving, dan Tugas f. Ceramah, Demonstrasi dan Latihan

c. Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan merupakan respon terhadap suatu prilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali prilaku tersebut.

Keterampilan memberikan pengutan merupakan keterampilan yang arahnya untuk memberikan dorongan, tanggapan atau hadiah bagi siswa agar dalam mengikuti pelajaran merasa dihormati dan diperhatikan.26

24

Nurhadi, dkk., Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2004), Cet. 2, h. 31.

25

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, h. 91-96.

26

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. BumiAksara, 2006), Cet I, h. 168.


(30)

Penguatan dapat dibagi menjadi pengutan verbal dan non verbal. Penguatan verbal diberikan dalam bentuk kata-kata/kalimat pujian, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, serta benda atau simbol. Penguatan dapat juga diberikan dalam bentuk penguatan tak penuh, jika respon/perilaku siswa tidak sepenuhnya memenuhi harapan.

d. Menggunakan Waktu

Yang dimaksud dengan menggunakan waktu dalam hal ini adalah ketepatan guru dalam mengalokasikan (mengatur) waktu yang tersedia dalam suatu interaksi belajar mengajar. Kesulitan yang dialami guru pada waktu interaksi di antaranya ialah dalam hal penggunaan waktu yang tersedia dari membuka pelajaran sampai menutup pelajaran.

e. Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuanberfikir.27 Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.

Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1) Kehangatan dan keantusiasan

2) Menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jaawaban siswa, mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan

3) Waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan untuk pertanyaan tingkat

27Ibid


(31)

dasarSusun pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan tersebut sesudah selesai mengajar.

f. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan menggunakan variasi diadakan karena faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran, guru dan sekolah menurun.28

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan, memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran, memupuk perilaku positif peserta didik dalam pembelajaran, serta memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.

g. Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku.

Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan.

Komponen keterampilan menjelaskan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

1) Merencanakan materi penj elasan 2) Menyajikan penjelasan

28


(32)

Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah dan akhir pelajaran, dengan selalu memperhatikan karakteristik siswa yang diberi penjelasan serta materi/masalah yang dijelaskan.

h. Kerampilan Menutup Pembelajaran

Untuk memperoleh gambaran secara utuh pada waktu akhir kegiatan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran, yakni:

3) Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan

4) Mengevaluasi dengan berbagai bentuk evaluasi, misalnya mendemonstrasikan keterampilan, meminta siswa mengaplikasikan ide baru, dalam situasi yang lain, mengepresikan pendapat siswa, danmemberikan soal tertulis.29

Dari apa yang telah diuraikan di atas terbukti bahwa membuka dan menutup pelajaran bukanlah urutan kegiatan yang bersifat rutin, melainkan suatu perbuatan guru yang perlu direncanakan secara sistematis dan rasional.

Penutup dalam hal ini dimaksudkan sebagai cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan suatu pokok bahasan. Penutup yang lengkap berupa ringkasan, kesimpulan dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menguji tentang pencapaian tujuan instruksional. Apabila dalam pengujian tersebut ternyata beberapa tujuan belum tercapai, maka guru wajib menjelaskan kembali secara singkat sehingga tugasnya benar-benar dirasa tuntas.

Belajar dapat dikatakan suatu proses yang tidak pernah berhernti karena merupakan suatu proses yang berkelanjutan menuju kearah kesempurnaan. Setiap kali berakhir dari suatu interaksi antara guru dengan siswa, itu hanyalah merupakan suatu terminal saja untuk

29Ibid


(33)

kemudian beranjak ke interaksi selanjutnya pada hari atau minggu yang lain.

Jadi akhir suatu pelajaran bukan berarti seluruh proses belajar atau interaksi telah selesai sama sekali. Oleh karena itu kesan perpisahan yang baik pada akhir pelajaran sangat diperlukan agar pertemuan pada kesempatan yang lain dapat diterima dan berlangsung dengan baik.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam (PAI) diatas, maka ruang lingkup materi pendidikan Agama Islam (PAI) dalam kurikulum 1994 paa dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, diantaranya Al-Qur’an/Hadits. Keimanan, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh. Kemudian pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur, yaitu Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah, serta tarikh.

Diri unsur-unsur pokok ini dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan sesama manusia lain serta dengan lingkungannya.

4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan.

Kurikulum dalam pengertian mutakhir adalah semua kegiatan yang memberikan pengalaman kepada siswa (anak didik) di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah, baik di luar maupun di dalam lingkungan dinding sekolah. 30

30

Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam.,(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. I, h. 83.


(34)

Terdapat banyak rumusan pengertian kurikulum dari para ahli, diantaranya Crow dan Crow merumuskan bahwa kurikulum adalah “rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program didikan tertentu”.31

Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty dalam bukunya "Reorganizing The High School Curriculum " mengartikan “kurikulum dengan aktivitas/kegiatan yang dilakukan murid sesuai dengan peraturan-peraturan sekolah”.32

Zakiah Daradjat menyatakan kurikulum adalah “suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu”.33

Oleh karena itu, untuk memahami kurikulum sekolah, tidak hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Dari pengertian diatas dapat dilihat kalau kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga cakupan kurikulum, dengan berbagai aliran, pendekatan, dan coraknya amat beragam. Sebagai agama yang terbuka dan dinamis. Keberadaan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan, karena dengan kurikulum itulah kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, baik tujuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Pengertian kurikulum pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak pada sumber pelajarannya saja. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid dalam bukunya Pembelajaran Agama islam Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah rumusan

31

Abuddin Nata, op.cit., h. 123

32

Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 58

33


(35)

tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam.34

Sesuai dengan pengertian tersebut, maka kurikulum pendidikan Agama adalah termasuk salah satu komponen pendidikan Agama yakni berupa alat untuk mencapai tujuan pendidikan Agama.Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka dengan sendirinya dibutuhkan terdapatnya kurikulum yang sesuai.

Adapun materi pokok dalam Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut:

a. Aqidah adalah bersifat keyakinan batin, mengajarkan keesaan Allah. b. Syari'ah adalah berhubungan dengan amal lahir guna mengatur

hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.

c. Akhlak adalah suatu bentuk amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas yang mengajarkan tentang tatacara pergaulan hidup manusia.35

Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam dan akhlak, Dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama, yaitu: ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu akhlak. Ketiga kelompok ilmu agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits, serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (Tarikh).

C. Standar Proses Pendidikan

1. Pengertian Standar Proses Pendidikan

Standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk teknis yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaksanaan pembelajaran.36

34

Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.

Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal. 74

35

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000), Cet. Ke-l, h. 18

36

Mursyid, (http://mursyid.wordpress.com/2007/11/16/standar-proses-pendidikan/), dibuat pada tanggal 16 November 2007


(36)

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Keterkaitan standar proses dengan standar lainnya, dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang standar proses pendidikan nasional, dikatakan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang system pendidikan diseluruh wilayah pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ada beberapa standar lainnya yang ditetapkan dalam standar nasional yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.37

Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

2. Komponen-komponen dalam proses pendidikan a. Perencanaaan proses pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus sebagai pengembangan rencana proses pendidikan yang memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Adapun yang dimaksud dengan standar kompetensi adalah berisi sekumpulan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik

37

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 4


(37)

disuatu jenjang pendidikan tertentu. Contoh standar kompetensi mata pelajaran pendidikan agama islam adalah:

1) Mendeskripsikan ayat-ayat Al-Qur’an serta mengamalkan ajaran -ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menetapkan aqidah islam dalam kehidupan sehari-hari 3) Melaksanakan syari’ah islam dalam kehidupan sehari-hari 4) Menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari

5) Mendeskripsikan perkembangan tarikh islam dan hikmahnya untuk kepentingan sehari-hari.

Sedangkan kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Contoh kompetensi dasar pendidikan agama islam adalah: 1) Mengetahui sumber hukum islam, mengetahui hikmah shalat,

puasa, zakat, haji, wakaf dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini contoh kompetensi dasar mata pelajaran fiqih.

2) Terbiasa berfikir kritis, sederhana, sportif dan bertanggung jawab. ini contoh kompetensi dasar mata pelajaran aqidah akhlak. 38

Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan standar isi, standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1) Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Muhaimin, RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

38

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm 37-39


(38)

standar isi dan dijabarkan dalam silabus.39Sedangkan menurut H. E, Mulyasa RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.40Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (apicable) yang tinggi.Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar.Persiapan ini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh.Tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran.Dalam pengembangan RPP, guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah, serta dengan karakteristik peserta didik. Menurut Muhaimin, dkk tugas masing-masing guru adalah mengembangkan silabus yang sudah disepakati ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, yang biasa disebut dengan skenario pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran secara utuh tiap pertemuan, atau merupakan deskripsi proses pembelajaran secara utuh dalam tiap pertemuan mulai dari langkah awal, kegiatan inti, dan penutup.41

39

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), cet. 2, h. 154

40

Muhaimin, dkk, Pengembangan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

pada sekolah danmadrasah, (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 2008), h. 136

41Ibid.


(39)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar berfungsi sebagai memberi makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukkan kompetensi peserta didik; sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukkan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi dasar belum terbentuk atau belum tercapai.42

2) Pentingnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam implementasi KTSP, yang akan menentukan pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan kualitas pendidikan serta kualitas sumber daya manusia (SDM), baik dimasa sekarang maupun dimasa depan. Oleh karena itu, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, guru tetap harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), karena perencanaan merupakan pedoman pembelajaran.

Menurut E. Mulyasa pentingnya, RPP dalam implementasi KTSP, yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu pembelajaran, idealnya peserta didik dilibatkan dalam pengembangannya, untuk mengidentifikasi kompetensi, menetapkan materi standar, mengembangkan indikator hasil

42

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h. 231


(40)

belajar, dan melakukan penilaian. Dalam pada itu, mereka dapat menetukan jenis evaluasi untuk melihat seberapa besar keberhasilan dan kemajuan belajarnya.43

Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian semakin kompleks tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula proses pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.

Kedua, pembelajaran adalah proses kerja sama, proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa keterlibatan siswa. Dalam suatu proses.

D. Karakteristik Guru Pendidikan Agama Islam

Karakter menunjukkan sifat-sifat dari diri pribadi yang diperankan, sehingga karakter dapat diartikan dengan keseluruhan sifat-sifat individual manusia. Karakteristik merupakan ciri-ciri atau bentuk-bentuk watak, karakter yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus.44

Dalam rangka menunjang profesinya sebagai guru, seorang guru agama hendaknya memiliki sebuah karakter yang berbeda dengan profesi yang lainnya. Dengan karakteristiknya tersebut, menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalamseluruh totalitas kepribadiannya. Bagi guru kepribadian ini mutlak sifatnya danmemiliki arti yang sangat penting. Salah seorang ahli pendidikan islam terkemukaZakiah Daradjat, memberikan penekanan terhadap pentingnya sebuah kepribadianbagi seorang guru. Mengenai hal ini beliau menyatakan:

43

E. Mulyasa, Implementasi …, op.cit., h. 155

44


(41)

Setiap orang yang akan melaksanakan tugas guru harus punya kepribadian. Seorang guru agama Islam selain harus berkepribadian sesuai dengan ajaran Islam, juga harus memiliki kepribadian seorang guru. Guru adalah orang yang seharusnya dicintai dan disegani oleh muridnya. Penampilannya dalam mengajar harus meyakinkan dan tindak tanduknya akan ditiru dan diikuti oleh muridnya.45

Sifat-sifat yang harus dimiliki guru dalam pendidikan Islam:

1. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata

2. Kebersihan guru 3. Ikhlas dalam pekerjaan 4. Suka pemaaf

5. Seorang guru merupakan bapak sebelum ia seorang guru 6. Harus mengetahui tabi’at murid

7. Harus menguasai mata pelajaran.46

E. Syarat-Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gamlang.Seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikan kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional.

Syarat merupakan sifat pokok yang harus dimiliki oleh guru yang profesional.Syarat dapat diartikan sebagai ciri khusus untuk sebuah pekerjaan tertentu yang dalam hal ini adalah profesi guru.Dengan demikian, syarat menjadi guru profesioanal dapat dipahami sebagai ciri-ciri yang menjadi standar utama bagi profesi guru untuk dikatakan sebagai pekerjaan profesional.

Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang Guru Pendidikan Agama Islam, yaitu:

1. Penguasaan Materi Pelajaran

45

Zakiah Daradjat, op.cit., h. 98.

46

Mohd Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), Cet. 6, h. 131-134.


(42)

Materi pelajaran merupakan isi pengajaran yang dibawakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Sulit dibayangkan, bila seorang guru mengajar tanpa menguasai materi pelajaran.Bahkan lebih dari itu, agar dapat mencapai hasil yang lebih baik, guru perlu menguasai bukan hanya sekedar materi tertentu yang merupakan bagian dari suatu mata pelajaran saja tetapi penguasaan yang lebih luas terhadap materi itu sendiri agar dapat mencapai hasil yang lebih baik.

2. Kemampuan Menerapkan Prinsip-Prinsip Psikologi

Mengajar pada intinya bertalian dengan proses mengubah tingkah laku. Agar memperoleh hasil yang diinginkan secara baik perlu menerapkan prinsip-prinsip psikologi, terutama yang berkaitan dengan belajar agar seorang guru dapat mengetahui keadaan peserta didik.

3. Kemampuan Menyelenggarakan Proses Belajar Mengajar

Kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar merupakan salah satu persyaratan utama seorang guru dalam mengupayakan hasil yang lebih baik dari pengajaran yang dilaksanakan. Kemampuan ini memerlukan suatu landasan konseptual dan pengalaman praktek.Oleh sebab itu, lembaga-lembaga pendidikan lebih fokus dalam menyiapkan calon guru dengan memberikan bekal-bekal teoritis dan pengalaman praktek kependidikan.

4. Kemampuan Menyesuaikan Diri dengan Berbagai Situasi Baru

Secara formal maupun profesional tugas guru seringkali menghadapi berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan tugas profesionalnya. Perubahan pada bidang kurikulum, pembaharuan dalam sistem pengajaran, serta anjuran-anjuran dari atas untuk menerapkan konsep-konsep baru dalam pelaksanaan tugas, seperti CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), sistem belajar tuntas, sistem evaluasi, dan sebagainya seringkali mengejutkan. Hal ini membawa dampak kebingungan para guru dalam melaksanakan tugas.47

47

Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), h. 7-8.


(43)

Berkaitan dengan syarat-syarat menjadi guru yang harus dimiliki guru agama agar dapat berhasil dalam tugasnya. Yang paling penting diantaranya adalah: guru agama hendaknya dapat menjadi contoh tauladan dalam segala tingkah lakunya, dan dalam segala keadaannya terutama juga yang menyangkut physicalapperreance seperti cara memilih dan cara berpakaian, serta cara mengatur rambutnya, karena keadaan guru akan selalu dijadikan cermin bagi anak didiknya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas guru agama lebih berat dibanding dengan tugas-tugas guru pada umumnya.Di samping itu, tugas sebagai guru agama terkandung tugas suci untuk memenuhi panggilan agama karena berkaitan erat dengan ibadah kepada Allah swt. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para ahli pendidik Islam menentukan berbagai karakteristik bagi guru agama yang tertuang dalam ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang relevan selama proses penelitian dan penulisan, yang membahas tentang PPKT diantaranya Skripsi yang ditulis oleh Khumaidi dengan judul Pengaruh Kompetensi Pedagogik Mahasiswa PAI Dalam PPKT Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI, yang membahas tentang bagaimana peran mahasiswa dalam melaksanakan program PPKT di sekolah dan pengaruhnya terhadap hasil belajarsiswa pada mata pelajaran PAI khususnya dan mata pelajaran pada umumnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disumpulkan bahwa pengaruh kompetensi pedagogik mahasiswa PPKT terhadap hasil belajar siswa pada mata peajaran PAI menujukan hasil yang baik dan efektif. Hal ini di lihat dari rata-rata nilai raport dan hasil pengujian hipotesis.48

48

Khumaidi, Pengaruh Kompetensi Pedagogik Mahasiswa PAI dalam PPKT terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI” Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, tidak dipublikasikan.


(44)

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Muhamad Riza Fahlevi dengan judul Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Mahasiswa PPKT Dengan Minat Belajar Siswa, yang mana dalam skripsi ini membahas tentang hubungan tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa yang mana hasilnya terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa di MTs Yaspina Rempoa Ciputat Tangerang Selatan dan persepsi siswa yang baik tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan minat belajar siswa MTs Yaspina.49

Skripsi yang di tulis oleh M. Basri dengan judul Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam Di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur, hasil penelitian mengungkapkan umumnya siswa berpersepsi guru PAI belum memiliki kemampuan mengajar secara optimal baik dalam rnembuka pelajaran, melakukankegiatan inti pelajaran, maupun menurup pelajaran. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan mengajar yang berada pada taraf "Cukup", atau dengan kata lain guru PAI cukup mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran.Berdasarkan hasil penelitiantersebut disarankan hendaknya guru mengawali pembelajaran, melaksanakan kegiatan inti dan penutup dengan melakukan langkah-langkah kegiatan yang mampu memotivasi dan membangkitkan minat siswa dalam belajar, terus menerus belajar melalui berbagai media dan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya.50

Dari beberapa skripsi tersebut menghasilakn bahwa kemampuan mengajar guru cukup baik dan begitu juga yang penulis temukan dalam penelitian yang penulis lakukan yang mana Mahasiswa praktikan sudah dapat merencanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan standar proses, baik komponen maupun prinsip-prinsip penyusunannya sudah dipenuhi.

49

MuhamadRiza Fahlevi, Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Mahasiswa PPKT Dengan Minat Belajar Siswa, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, tidak dipublikasikan.

50

M. Basri, Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam Di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, tidak dipublikasikan.


(45)

33 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2014. Tempat penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pada penelitian ini penulis meneliti sekolah yang mana disana terdapat mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melaksanakan Pendidikan Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) periode 2014/2015 di Yayasan Islamiyah Ciputat, tepatnya di SMP Islamiyah Ciputat.

B. LatarPenelitian 1. Latar

a. Latar Fisik

Yayasan Islamiyah Ciputat berdiri sejak tahun 1965 menjadikan yayasan pendidikan tertua di Ciputat. yayasan ini telah mendirikan lembaga pendidikan dengan jenjang pendidikian yang beragam mulai dari tingkat menengah pertama ( Madrasah Tsanawiyah - SMP Islamiyah Ciputat), tingkat menengah atas (Madrasah Alliyah - SMK Islamiyah Ciputat) serta perguruan tinggi (STIE Islamiyah Ciputat).

Letak SMP Islamiyah sudah strategis. Setiap hari ada alat transportasi seperti angkutan kota dan Ojek yang melalui sekolah sehingga tidak terlalu sulit untuk mencapai lokasi sekolah. Di lingkungan sekitar SMP Islamiyah, penduduknya bekerja sebagai pegawai, pedagang dan pengusaha.

Bagian depan sekolah ini nampak satu gerbang panjang sebagai pintu utama Yayasan IslamiyahCiputat dan gerbang keduauntuk memasuki lokasi belajar mengajar SMP Islamiyah Ciputat, dan pintu utama dilengkapi dengan pos satpam dan tempat parkir, sedangkan


(46)

prestasi yang telah diraih oleh civitas akademika sekolah tersebut, dan disitu pula terdapat resepsionis untuk melayani tamu-tamu yang datang. Kemudian setelah loby langsung dihadapkan pada lapangan yang sering digunakan untuk upacara bendera dan olah raga-olah raga lainnya yang mana lapangan tersebut dikelilingi oleh ruang-ruang belajar. Disamping kiri lapangan (tampak menghadap lapangan) terdapat tangga yang merupakan jalan utama untuk para siswa-siswi, guru dan karyawan menuju SMP Islamiyah Ciputat. Kemudian setelah menaiki tangga tersebut tampaklah ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang UKS dan Lab komputer yang letaknya sejajar dan untuk masjid terletak di samping lab SMP Islamiyah Ciputat.SMP Islamiyah menempati lantai 2 dan 3 gedung tersebut, sedangkan lantai satu untuk Aliyah dan SMK Islamiyah Ciputat.

Adapun jumlah kelas secara keseluruhan sebanyak 14ruang kelas, untuk kelas VII (Tujuh) menempati 5 kelas, kelas VIII (Delapan) menempati 5 kelas dan kelas IX(Sembilan) menempati 4 kelas. Lapangan Olahraga terletak di tengah-tengah gedung sekolah dan perpustakaan. Terletak di lantai satu yang berdekatan dengan raihan-raihan prestasi yang pernah ditorehkan oleh Yayasan Islamiyah Ciputat ini.

b. Latar Sosial

Lingkungan sosial yang tercipta di Yayasan Islamiyah Ciputat cukup harmonis dan relegius. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara kepala sekolah dengan guru dan karyawan berjalan baik. Semua menjalankan tugasanya masing-masing. Tak jarang kepala sekolah mengontrol kegiatan-kegiatan dan berbincang-bincang dengan para guru dan karyawan. Hal yang sama juga diterapkan kepada siswa-siswanya, sehingga merasa nyaman dan bersahabat berada di lingkuan sekolah.


(47)

lain, adalah dengan diselenggarakannya pertemuan dua minggu sekali, seperti arisan guru, dan sharing guru pada jam istirahat ataupun pada waktu jam makan siang atau ketika rapat guru. Begitu juga antara guru dan siswa diupayakan agar akrab satu sama lain, sehingga siswa menganggap bahwa sekolah adalah guru. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka tanpa rasa takut dan guru pun merespon pertanyaan-pertanyaan dan keluhan para siswa dengan baik.

Kemudian, kedisiplinan staf pengajar di Yayasan Islamiyah Ciputat khususnya SMP Islamiyah Ciputat, patut dibanggakan. Misalnya, ketika bel masuk kelas telah tiba maka, antara guru yang satu dengan guru yang lain saling mengingatkan untuk masuk kelas dan segera menjalankan tugasnya. Dan bukan hanya guru saja, siswa juga ketika bel berbunyi siswa harus masuk kelas dan tidak boleh keluar masuk.Kedisiplinan siswa pun sangat diperhatikan mulai dari kelengkapan alat sekolah, seragam dan penampilan. Setiap minggu guru piket yang dibantu dengan OSIS akan merazia siswa dan siswi yang melanggar hal tersebut. Hal ini bertujuan mereka patuh dan lebih bertanggung jawab.

Kemudian sebelum pelajaran pertama dimulai, para siswa membaca surat-surat pendek, asmaul husna dan do’a- doa serta surat pendek dan juga terkadang ditambah hadis, sekitar sepuluh sampai 15 menit, Setelah itu baru pelajaran bisa dimulai, dan inilahyang disebut dengan pembiasaan siswa.Untuk kelas VII-IX satu kali dalam seminggu akan bergantian untuk menjadi penanggung jawab dalam melaksanakan shalat duha di masjid sekolah dan juga pelaksana tugas pengibar bendera merah putih, hal inipun ditujukan untuk membangun nilai-nilai disiplin dan belajar bertanggung jawab akan amanah yang diemban, sehingga kelak mereka semua mampu merefleksikan nilai tanggungjawab ini dikalangan masyarakat dan sekitarnya.


(48)

Peneliti masuk pertama kalinya saat observasi awal yakni di bulan awal September 2014, sebelum melakukan penelitian di SMP Islamiyah Ciputat pada pertengahan bulan september. Kepala SMP Islamiyah Ciputat menyambut baik kehadiran peneliti. Adapun saat melakukan penelitian ini, peneliti ikut menjadi pendamping pengajar, dengan tujuan kenyamanan dalam pengamatan, mengenal lebih dalam siswa dan kemudahan dalam memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian.

C. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, dan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.1

Sebagaimana dikutip dari Lexy J. Moleong, “…Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa “metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.2

Sedangkan Lexy J. Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada objek penelitian misalnya perilaku dan motivasi, selanjutnya data-data yang telah terkumpul dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa serta dengan memanfaatkan metode ilmiah.3 Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

Kemudian lebih lanjut Moleong menyatakan bahwa: penelitian kualitatif berakar pada akar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai

1

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. I0, h. 234

2

Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rasdakarya, 2004) hal 4

3Ibid


(49)

secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak, yakni peneliti dan subjek peneliti”.4

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Disamping itu juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, serta bersifat koperatif dan korelatif.5 Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas.6

Maka penelitian ini diarahkan untuk mengertahui kemampuan mengajar mahasiswa PPKT Pendidikan Agama Islam, kemampuan dalam merencanakan pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran dan kemampuan melakukan penilaian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa prosedur, yaitu:

1. Interview

Metode interview adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data (dalam hal ini individu yang bersangkutan) melalui dialog (Tanya jawab) secara lisan baik secara

4Ibid

., Hal 27

5

Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara 2002) hal. 44

6

RahmatKriyantono, TeknikPraktisRisetKomunikasi: DisertaiContohPraktisRiset Media, Public Relations, Advertising, KomunikasiOrganisasi, KomunikasiPemasaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 56.


(50)

lisan, di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu menghadap yang lain dan mendengarkan sendiri suaranya”. 7

Maka dengan interview tersebut diharapkan dapat memperoleh jawaban keterangan dari responden sesuai dengan tujuan penelitian. Ditinjau dari pelaksanaannya peneliti menggunakan model interview bebas terpimpin. Di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi yang mengikat akan data apa yang dikumpulkan dengan membawa sederetan pertanyaan, serta berupaya untuk menciptakan suasana santai tapi tetap serius dan sungguh-sungguh.8 Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi dari kepala sekolah. Guru PAI, serta siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berkaitan dengan penerapan pendekatan belajar aktif dalam pembelajaran PAI di SMP Islamiyah Ciputat.

2. Observasi

Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diteliti. “ metode observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan sebagai sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti yang luas, observasi tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. 9

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dengan jelas menjadi partisipan secara langsung dan sistematis terhadap obyek yang diteliti, dengan cara mendatangi langsung lokasi penelitian di beberapa sekolah tempat pelaksanaanPPKT Mahasiswa Pendidikan Agama Islam untuk mengetahui kemampuan merencanakan pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran dan kemampuan melakukan penilaian dan dilakukan oleh Mahasiswa Pendidikan Agama Islam di SMP Islamiyah Ciputat.

7

Hadi Sturisno, Metodologi Research, Jilid 2, (Yogyakarta: Adi Offset, 2002) hal. 192

8

Suharsimi, Op.cit., h. 132

9


(51)

kondisi bangunan sekolahan, sarana dan prasaran sekolahan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi bersal dari kata dokumen, yaitu berarti barang-barang tertulis,. Maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai teknik pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, surat kabar, prestasi, notulen rapat agenda dsb.10 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang SMP IslamiyahCiputat yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi misi dan tujuan, struktur organisasi, keadaan guru dan staf, keadaan siswa-siswa, serta keadaan saran dan prasaran yang tersedia.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian, setiap hal temuan harus di cek keabsahannya agar hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan keabsahannya.

Untuk pengecekan keabsahan temuan ini teknik yang dipakai oleh peneliti adalah tringulasi. Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dan yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.11 Pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti antara lain:

1. Tringulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh

2. Tringulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain dengan sebuah fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian hasil yang

10Ibid

., hal. 135

11


(1)

d. Pendidikan Istana

Pendidikan Istana, yaitu pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak khalifah dan para pejabat pemerintahan.

e. Pendidikan Badiah

Pendidikan Badiah, yaitu tempat belajar bahasa Arab yang fasih dan murni.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang sangat berarti. Adapun perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini dapat dikelompokan sebagai berikut:

1) Daulah Umayyah di Damaskus (661-750 M)

a) Ilmu agama, seperti Al-quran, hadis, dan fikih. Proses pembukuan hadis terjadi pada masa Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.

b) Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.

c) Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu dan saraf.

d) Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung, ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.

2) Daulah Umayyah di Andalusia (765-1031 M)

Setelah kekuasaan kekhalifahan Umayah yang berpusat di Damaskus, digulingkan Bani Abassiyah pada 750 M, dinasti itu tidak sepenuhnya terbenam. Lima tahun setelah runtuhnya Umayah yang berpusat di Damaskus, Abdurrahman I yang bergelar Al-Dakhil berhasil mendirikan kekhalifahan Umayah baru di daratan eropa. Kekhalifahan baru ini bahkan mampu mengimbangi kejayaan Dinasti Abbassiyah, khususnya dalam bidang sains dan teknologi. Kemilau sains dan teknologi di wilayah kekuasaan Andalusia berawal dari zaman kekuasaan Abdurrahman Al-Aushad. Sebagai amir yang berkuasa di Cordoba ibu kota pemerintahan Umayah Spanyol, Al-Aushad mengundang para ahli dari dunia Islam untuk bertandang ke negeri yang dipimpinnya. Sejak itulah aktivitas ilmu


(2)

pengetahuan mulai menggeliat di Spanyol. Sains dan teknologi kian berkembang pesat ketika Dinasti Umayah di Spanyol dipimpin Abdurrahman III bergelar An-Nasir.

Sederet ilmuan penting dan terkemuka bermunculan di Spanyol muslim. Mereka mengembangkan beragam ilmu pengetahuan seperti astrologi, kedokteran, astronomi, anatomi, optik, faramkologi, psikologi, ilmu bedah dan lain-lain.

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang sangat berarti. Adapun ilmu pengetahuan pada masa ini dapat dikelompkan sebagai berikut:

a. Ilmu Kimia

Diantara ahli kimia ketika itu adalah Abu al-Qasim Abbas ibn Farnas yang mengembangkan ilmu pengetahuan kimia murni dan kimia terapan.

b. Kedokteran

Diantara ahli kedokteran ketika itu adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi. Ia dikenal sebagai ahli bedah, perintis, ilmu penyakit telinga, dan pelopor ilmu penyakit kulit. Di dunia barat beliau dikenal dengan Abulcasis.

c. Sejarah

Abu Marwan Abdul Malik bin Habib, Abu Bakar Muhammad bin Umar , dan Hayyan bin Khallaf bin Hayyan

d. Bahasa dan sastra

Ali-Al Qali, Abu bakar Muhammad Ibn Umar, Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih, dan Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid.


(3)

DOKUMENTARSI


(4)

(5)

(6)