Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Yang Relevan

membaca, seseorang dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di tempat lain melalui membaca buku, surat kabar, majalah dan internet. 8 Kudharu Saddhono menyebutkan beberapa manfaat membaca, antara lain yaitu: 1 memperoleh banyak pengalaman hidup; 2 memperoleh pengetahuan umum; 3 mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa; 4 dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia. 9 Demikian besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, pembelajaran membaca perlu disajikan sejak pendidikan dasar. Bila keterampilan membaca di sekolah dasar tidak diajarkan sebaik mungkin, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengakses informasi.

c. Aspek-aspek Membaca

Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan. Kemudian sampai kepada memahami isi bacaan, siswa terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya. Kemudian siswa diharapkan mampu membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Oleh karena itu, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu: 1 Mekanis mechanical skills yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah lower order. Aspek ini mencakup: a Pengenalan bentuk huruf b Pengenalan unsur-unsur linguistik fonemgrafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain c Pengenalan hubungankorespondensi pola ejaan dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print” d Kecepatan membaca ke taraf lambat 8 Farida Rahim, op.cit., h. 3 9 Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet,Meningkatkan Keterampilanberbahasa Indonesia teori dan Aplikas,Bandung: Karya Putra Darwati, 2012, h. 66 2 Pemahaman comprehension skills yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi higher order. Aspek ini mencakup: a Memahami pengertian sederhana leksikal, gramatikal, retorikal b Memahami signifikasi atau makna maksud dan tujuan pengarang, relevansikeadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca c Evaluasi atau penilaian isi, bentuk d Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. 10 Sedangkan Novi Resmini, dkk menyebutkan aspek-aspek membaca, sebagai berikut: 11 1 Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis. 2 Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol. 3 Aspek schemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada. 4 Aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari. 5 Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan dengan minat pembaca yang berpengalaman terhadap kegiatan membaca. Berdasarkan paparan aspek-aspek tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa aspek membaca terdiri dari aspek keterampilan bertaraf rendah mekanis yang dimulai dengan pengenalan unsur-unsur linguistik sampai kepada pelafalan unsur-unsur tersebut. Aspek keterampilan yang bersifat mekanis ini biasanya ditekankan pada peserta didik yang berada di kelas rendah. Dilanjutkan pada aspek keterampilan bertaraf tinggi pemahaman, pada aspek ini peserta didik diharapkan mampu memahami pengertian serta makna-makna yang terkandung dalam suatu bacaan. Aspek keterampilan yang bersifat pemahaman ini biasanya ditekankan pada peserta didik yang berada di kelas tinggi. 10 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008, h. 12-13. 11 Novi Resmini, dkk, Membaca Dan Menulis di SD Teori dan pengajarannya, Bandung: UPI Press, 2006, h. 93

d. Tujuan Membaca

Tarigan menjelaskan tujuan utama membaca adalah untuk mencari informasi, mencakup isi, serta memahami makna bacaan. 12 Nurhadi yang dikutip oleh Dalman menjelaskan tujuan membaca ada beberapa macam, yaitu: 13 1 membaca untuk tujuan studi telaah ilmiah; 2 membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan; 3 membaca untuk menikmati karya sastra; 4 membaca untuk mengisi waktu luang; 5 membaca mencari keterangan tentang suatu istilah Sedangkan Blanton, dkk yang dikutip oleh Farida Rahim, menyebutkan tujuan membaca, yaitu: 14 1 kesenangan; 2 menyempurnakan membaca nyaring; 3 memperbaharui pengetahuan; 4 mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui; 5 memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; 6 mengkonfirmasi atau menolak prediksi; 7 menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; dan 8 menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Adapun tujuan dari kegiatan membaca pada penelitian ini adalah yang berhubungan dengan membaca untuk studi, yaitu untuk memahami isi dari suatu bahan bacaan secara keseluruhan sehingga pemahaman yang komprehensif tentang isi bacaan tercapai. d Jenis-jenis Membaca Tarigan menjelaskan jenis-jenis membaca sebagai berikut: 1 Membaca nyaring, membaca bersuara reading aloud; oral reading 12 Henry Guntur Tarigan, Op.cit., h. 9 13 Dalman, Keterampilan Membaca, Jakarta: Rajawali Press, 2013, h.12 14 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,Jakarta: BumiAksara, 2011, h. 12 2 Membaca dalam hati silent reading dibedakan menjadi: a Membaca ekstensif extensive reading yang meliputi: 1 Membaca teliti 2 Membaca sekilas 3 Membaca dangkal b Membaca intensif intensive reading yang meliputi: 1 Membaca telaah isi content study reading yang mencakup: membaca teliti close reading, membaca pemahaman comprehensive reading, membaca kritis critical reading, membaca ide reading for ideas 2 Membaca telaah bahasa language study reading yang mencakup: membaca bahasa asing foreign language reading, membaca sastra literary reading. 15 Untuk memperjelas keterangan di atas, Tarigan menggambarkan bagan sebagai berikut. 15 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008, h.13 Skema 16 Sedangkan, Burhan El Fanany menjelaskan jenis-jenis membaca terbagi atas beberapa hal, sebagai berikut: 17 1 Membaca yang bersuara Membaca bersuara yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca ini mencangkup beberapa hal sebagai berikut: a Membaca nyaring dan keras, yaitu kegiatan pembaca yang dilakukan dengan keras. b Membaca teknik, biasa disebut membaca lancar. c Membaca indah Membaca indah hamper sama dengan membaca teknik yaitu membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimic membaca sajak dalam apresiasi. 16 Henry Guntur Tarigan., Ibid, h. 14. 17 Burhan El Fanany, Teknik Membaca Cepat Trik Efektif Membaca 2 Detik 1 Halaman, Yogyakarta: Araska, 2012, h. 19-22 2 Membaca yang tidak bersuara Membaca tidak bersuara yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang mencakup: a Membaca teliti, yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh. b Membaca pemahaman, yaitu pembaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasi isi bacaan. c Membaca ide, yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. d Membaca kritis, yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluative, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. e Membaca telaah bahasa, mencakup dua hal yaitu: membaca bahasa asing dan membaca sastra f Membaca skimming sekilas, yaitu cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok. g Membaca cepat, yaitu keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan. Berdasarkan jenis-jenis membaca yang dijelaskan oleh Tarigan dan Burhan memiliki pengertian sedikit sama, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melatih keterampilan yang bersifat mekanis, guru dapat menggunakan teknik membaca nyaring reading aloud. Sedangkan untuk melatih keterampilan pemahaman, guru dapat menggunakan teknik membaca dalam hati silent reading. Teknik membaca dalam hati dapat dibagi ke dalam jenis- jenis membaca yang telah digambarkan pada skema di atas. Jenis-jenis membaca tersebut dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pembaca dalam mencari sebuah informasi yang dimuat dalam suatu wacana. Contohnya, untuk memahami unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita, pembaca dapat menggunakan jenis membaca pemahaman reading for understanding. Membaca pemahaman ini digunakan pembaca untuk memahami isi sebuah cerita, sehingga pembaca dapat menyimpulkan cerita yang telah dibaca.

2. Keterampilan Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca Pemahaman

Purwanto menjelaskan bahasa adalah alat terpenting dalam berpikir karena memiliki bahasa dan mampu berbahasa, manusia dapat berpikir. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berpikir karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir. 18 Tarigan menjelaskan bahwa membaca pemahaman reading for under standing adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan literal standars, resensi kritis critical review, drama tulis printed drama serta pola-pola fiksi pattern of ficion. 19 Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan 18 Djamarah Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011, Cet. 3, h. 77. 19 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008, h. 58 berbagai proses mental dan sistem kognisinya. 20 Untuk memahami suatu bacaan, pembaca harus melibatkan beberapa kegiatan berpikir yang tinggi, seperti ingatan dan daya khayal. Sehingga pembaca mampu memahami apa yang telah dibaca dan dapat memecahkan masalah dari persoalan yang ada. Sedangkan menurut Somadayo mengemukakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. 21 Rubin yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu kemampuan penguasaan makna dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. 22 Turner yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa seorang pembaca dikatakan memahami bacaan secara baik apabila pembaca dapat: 23 1 Mengenalkata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya, 2 Menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan, 3 Memahami seluruh makna secara kontekstual, 4 Membuatpertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca. Oleh karena itu keterampilan membaca harus menjadi perhatian khusus bagi para guru karena dengan adanya keterampilan membaca yang dimiliki siswa maka akan membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Setiap materi yang diajarkan oleh guru pasti melalui proses membaca, contohnya membaca buku pelajaran di mana di 20 Iskandar dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. 3, h. 246. 21 Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, h. 10 22 Samsu Somadayo, Ibid., h. 7 23 Samsu Somadayo, Op cit., h. 10 dalam buku pelajaran terdapat banyak informasi yang dapat dipahami siswa dengan membaca.

b. Tujuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan proses yang kompleks proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Burns dkk. yang dikutip oleh Farida Rahim, menyebutkan proses membaca pemahaman terdiri atas 9 aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan. 24 Anderson yang dikutip oleh Samsu Somadayo, menjelaskan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain: 25 1 untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta, 2 mendapatkan ide pokok, 3 mendapatkan urutan organisasi teks, 4 mendapatkan kesimpulan, 5 mendapatkan klasifikasi, 6 membuat perbandingan ataupertentangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari membaca pemahaman adalah mampu menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan dengan baik. adapun tujuan membaca pemahaman dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan kesimpulan isi cerita atau bacaan sesuai dengan ide pokok yang terdapat dalam cerita atau bacaan.

c. Aktivitas Siswa Saat Membaca Pemahaman

Belajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan banyak aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik. Paul D. 24 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,Jakarta: BumiAksara, 2011, h. 12 25 Samsu Somadayo, op.cit., h. 12 Dierich yang dikutip oleh A.M Sardiman membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok. 26 1 Kegiatan-kegiatan visual visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2 Kegiatan-kegiatan lisan oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3 Kegiatan-kegiatan mendengarkan listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4 Kegiatan-kegiatan menulis writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5 Kegiatan-kegiatan menggambar drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta diagram. 6 Kegiatan-kegiatan metrik motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, pendekatan mereparasi, bermain, berkebun, berternak. 7 Kegiatan-kegiatan mental mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8 Kegiatan-kegiatan emosional emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Adapun aktivitas yang akan dilakukan siswa dalam membaca pemahaman melalui strategi DRTA adalah kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental dan emosional.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Somadayo menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses membaca pemahaman diantaranya: 27 1 tingkat intelegensi, dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya; 2 kemampuan berbahasa, karena keterbatasan kosa kata yang dimilikinya seseorang akan sulit memahami teks bacaan tertentu; 26 A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:Rajawali Pers, 2011, h. 101 27 Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, h. 30 3 sikap dan minat, sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang atau tidak senang, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu; 4 keadaan bacaan yang berkenaan dengan tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya; 5 kebiasaan membaca, maksudnya apakah seseorang tersebut mempunyai tradisi membaca atau banyak waktu atau kesempatan yang disediakan oleh seseorang sebagai kebutuhan; 6 pengetahuan tentang cara membaca,misalnya dalam menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata- kata kunci secara cepat, dan sebagainya; 7 latar belakang sosial, ekonomi dan budaya; 8 emosi, misalnya keadaan emosi yang berubah; 9 pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Dari penjelasan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman adalah tingkat intelegensi, kemampuan berbahasa, sikap dan minat, keadaan bacaan, kebiasaan membaca, pengetahuan tentang cara membaca, latar belakang pembaca sendiri serta pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pembaca sebelumnya.

e. Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman

Nurhadi menjelaskan pada kegiatan membaca pemahaman terdapat tiga tingkatan kemampuan membaca yaitu: kemampuan membaca literal, kritis, dan kreatif. 28 1 Kemampuan membaca literal Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat eksplisit. Artinya 28 Nurhadi, Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Membaca?, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005, h. 57 pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal tampak jelas dalam bacaan. 2 Kemampuan membaca kritis Kemampuan membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan baik makna tersurat maupun tersirat. Adapun hal-hal yang tercakup dalam kemampuan ini adalah: a menemukan informasi faktual; b menemukan ide pokok; c menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab akibat; d menemukan suasana; e membuat kesimpulan; f menemukan tujuan pengarang; g memprediksi dampak; h membedakan opimi dan fakta; i membedakan realitas dan fantasi; j mengikuti petunjuk; k menemukan unsur propaganda; l menilai keutuhan dan keruntuhan gagasan; m menilai kelengkapan dan kesesuaian antar gagasan; n menilai kesesuaian antara judul dan isi bacaan; o membuat kerangka bahan bacaan; dan p menemukan tema karya sastra. 1 Kemampuan membaca kreatif Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, seorang pembaca yang baik, tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat dan tersirat, tetapi juga mampu menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Keterampilan dalam membaca kreatif yaitu: a mengikuti petunjuk bacaan kemudian menerapkannya; b membuat resensi buku; c memecahkan masalah sehari- hari melalui teori yang disajikan dalam buku; d mengubah buku cerita menjadi bentuk drama; e mengubah puisi menjadi prosa; f mementaskan drama; dan g membuat esai atau artikel sosial. Berdasarkan tingkatan membaca pemahaman yang telah dibahas, maka kemampuan membuat kesimpulan merupakan kemampuan dalam membaca pemahaman yang akan ditingkatkan dalam penelitian di kelas V SD Putra Jaya Depok.

3. Dongeng

a. Pengertian Dongeng

Burhan Nurgiyantoro menjelaskan istilah dongeng dapat dipahami sebagai cerita rakyat yang bersifat universal yang dapat ditemukan di berbagai pelosok masyarakat dunia. Dongeng sebagai salah genre cerita anak tampaknya dapat dikategorikan sebagai salah satu cerita fantasi dan dilihat dari segi panjang cerita biasanya relatif pendek. 29 Sedangkan James Danandjaja, pengertian dongeng adalah cerita pendek yang disampaikan secara lisan, dimana dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar benar terjadi. 30 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar tejadi yang berisi tentang petualangan yang penuh imajinasi dan terkadang tidak masuk akal dengan menampilkan situasi dan para tokoh yang luar biasa goib.

b. Ciri-ciri Dongeng

Ciri-ciri dongeng menurut Burhan Nurgiyantoro, yaitu : 31 1 cerita fantasi, 2 dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat, dan 3 kekurang jelasan latar terlihat sejak cerita dongeng dimulai yaitu sering menggunakan kata- kata pembuka “Pada zaman dahulu kala”. 29 Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Sastra Anak, Yogyakarta: BPFE, 2013, h. 198 30 Hetty Rusyanti. “Pengertian Dongeng, Definisi Dongeng Menurut Para Ahli”, dari http:www.kajianteori.com201303pengertian-dongeng-definisi-dongeng-menurut-ahli.html. 5 November 2014, 07.00 WIB 31 Op.Cit., h. 199 Berdasarkan ciri-ciri dongeng di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dongeng adalah sebuah cerita khayalan atau fantasi yang menceritakan suatu kehidupan, dan kita bisa mengambil pelajaran moral di dalamnya.

c. Jenis-jenis Dongeng

Sihabudin dkk, menjelaskan jenis-jenis dongeng, antara lain : 32 1 Fabel Fabel merupakan cerita dengan pelaku binatang yang didalamnya memuat ajaran tertentu. Binatang yang diangkat sebagai pelaku cerita tersebut bisa berbagai macam, sehingga antara wilayah yang satu dan yang lain yang berbeda-beda. 2 Parabel Parabel adalah dongeng khayal yang mengandung ajaran yang baik. Munculnya parabel ini dimungkinkan karena pada waktu itu masih sangat terbatas pendidikan formal, sehingga diperlukan suatu alat untukmendidik masyarakatnya. Dongeng atau cerita yang digolongkan parabel ini adalah hampir semua cerita fabel. Hal ini dikarenakan hampir semua cerita fabel yang ada di Indonesia pada umumnya berupa ajaran yang baik bagi masyarakatnya. Oleh sebab itu dongeng “Kancil, Burung Bayan, Bujuk dan Tupai disebut parabel. 3 Sage Sage merupakan dongengcerita khayal yang memasukkan peristiwaperistiwa, tempat kejadian, dan tokoh-tokohnya merupakan tokoh sejarah. Misalnya Jaka Tarub, Angling Darma, Lutung Kasarung, dan Ciung Wanara. 32 Sihabudin dkk, Bahasa Indonesia 2, Learning Assistance Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009, Edisi Pertama, Paket 8-14, h. 16-17 4 Mite Mitos Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan asal usul kehidupan manusia, asal usul keberadaan suatu tempat yang berhubungan dengan kehidupan dewa-dewi maupun tokoh yang memiliki hubungan dengan kehidupan kedewataan. 5 Legende atau Legenda Legenda merupakan cerita kepahlawanan dari sosok tokoh yang dianggap sakti, suci, atau memiliki kelebihan tertentu dibandingkan manusia pada umumnya. Meskipun jelas merupakan cerita yang bersifatimajinatif, karena biasa dihubungkan dengan peristiwa kesejarahan akhirnya legenda sering dianggap sebagai cerita yang seakan sungguh-sungguh pernah terjadi.

d. Unsur-Unsur Instrinsik Dongeng

Burhan Nurgiantoro, menjelaskan unsur-unsur instrinsik dalam dongeng, yaitu: 33 1 Tema Tema merupakan suatu gagasan atau ide sentral yang menjadi pangkal tolak penyusunan cerpen dan sekaligus menjadi sasaran cerpen tersebut. 2 Amanat Amanat adalah pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Penyampaian amanat dapat dilakukan secara eksplisit maupun implisit. 3 Plot atau alur Plot atau alur adalah sambung-sinambungnya periristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan bagaimana hal itu terjadi. 33 Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Sastra Anak, Yogyakarta: BPFE, 2013, h. 198-200 4 Penokohan Dari segi penokohan, tokoh0tokoh dongeng pada umumnya terbelah menjadi dua macam, yaitu tokoh berkarakter baik dan buruk.selain itu, dilihat dari unsure karakter tersebut, tokoh-tokoh dongeng pada umumnya lebih berkarakter sederhana. Hal itu berarti bahwa seorang tokoh yang telah dipasang sebagai tokoh berkarakter baik, maka baik selamanya. Demikian pula sebaliknya dengan tokoh yang berkarakter buruk. 5 Waktu dan tempat Waktu dan tempat dapat terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa perlu harus ada semacam pertanggung jawaban pelataran. Kekurangjelasan latar sebut sudah terlihat sejak cerita dongeng dimulai, yaitu yang sering mempergunakan kata-kata pembuka penunjuk waktu seperti: “Pada zaman dahulu kala”. Demikian juga mengenai latar tempat yang hanya sering disebut “di negeri antah berantah”, “di suatu tempat di pinggir hutan”, dan lain-lain. 6 Sudut pandang Sudut pandang ini dapat dipandang sebagai cerita fantasi, cerita ysng mengikuti daya fantasi walau terkesan aneh-aneh walau secara logika sebenarnya tidak dapat diterima. Berdasarkan unsur-unsur yang telah disebutkan di atas, dan disesuaikan dengan SK dan KD kelas V, unsur-unsur intrinsik yang digunakan adalah unsur tema, alurplot, penokohan, latar tempat dan waktu.

4. Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. 34 Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya kekuatan dalam pembelajaran. Artinya, penyusunan suatu strategi hanya sampai pada tahap proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tahap tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Abdul Majid menjelaskan strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu tujuan pembelajaran. 35 Sedangkan, Moore yang dikutip oleh Martinis Yanim mengemukakan bahwa strategi pembelajaran merupakan keseluruhan perencanaan untuk mengajar pelajaran tertentu yang memuatkan metode dan urutan langkah-langkah yang diikuti untuk melaksanakan kegiatan belajar. 36 Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki atau yang dapat dikerahkan untuk 34 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2013, h. 126 35 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, h. 7 36 Martinis Yatim, Strategi Metode dalam Model Pembelajaran, Jakarta: GP Press Group, 2013, h. 4 mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 37 Dalam konteks pengajaran, Gagne yang dikutip oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar menjelaskan bahwa strategi adalah taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam proses belajar mengajar bahasa, sehingga peserta didik dapat leluasa berpikir dan mengembangkan kemampuan kognitifnya. 38 Kemp yang dikutip oleh Hamruni, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 39 Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca dan konteks. Dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca. Strategi-strategi membaca tersebut, pada dasarnya menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Farida Rahim, mengkategorikan strategi membaca sebagai berikut: 40 a. Strategi Bawah-Atas Klein dkk. yang dikutip oleh Farida Rahim menyatakan bahwa strategi bawah atas merupakan strategi pemahaman bacaan yang dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi. Strategi bawah-atas pada umumnya digunakan dalam 37 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,Jakarta: BumiAksara, 2011, h. 36 38 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 3 39 Hamruni,Strategi Pembelajaran,Yogyakarta: Insan Madani, 2011 h. 2 40 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,Jakarta: BumiAksara, 2011, h. 36- 47 pembelajaran membaca awal. Mula-mula siswa memproses simbol-simbol grafis secara bertahap kemudian dia harus mengenali huruf, memahami huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat, kemudian membentuk teks. Dalam pembelajaran membaca di kelas awal SD, strategi ini dimulai dengan memperkenalkan nama dan bentuk huruf kepada siswa, memperkenalkan gabungan-gabungan huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Metode ini dikenal dengan metode eja. b. Strategi Atas-Bawah Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi membaca atas-bawah merupakan model yang dikembangkan oleh Coady yang mendasarkan teorinya pada konsep psikolinguistik. Long dan Richards yang dikutip oleh Rahim,menyatakan bahwa strategi atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi, kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks. c. Strategi Campuran Eclectic Klein, dkk. yang dikutip oleh Rahim, menjelaskan bahwa guru yang baik tidak perlu memakai satu teori saja. Mereka bisa mengambil dan memilih yang terbaik dari semua strategi yang ada termasuk pandangan-pandangan teoretis dan model pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas-bawah bisa digunakan dalam waktu yang bersamaan jika diperlukan. d. Strategi Interaktif Rubin yang dikutip oleh Farida Rahim, pengetahuan yang telah dimiliki pembaca disebut latar belakang pengetahuan pembaca, dan struktur pengetahuan awal tersebut disebut skemata. Menurut teori skema, memahami teks merupakan proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dengan teks. Pemahaman suatu teks tidak semata-mata memahani makna kata dan kalimat, tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks yang dibacanya. e. Strategi Know-Want to Know Learned KWL Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi KWL merupakan strategi yang dikembangkan oleh Ogle untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik. Strategi ini memberikan siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat dan sesudah membaca. Startegi KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui, menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingatkan kembali apa yang mereka pelajari dari membaca. f. Strategi DRA Farida Rahim menjelaskan bahwa strategi DRA merupakan strategi yang dirancang oleh Betts. Eanes yang dikutip oleh Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi DRA sebagai kerangka berpikir untuk merencanakan pembelajaran membaca suatu mata pelajaran yang menekankan membaca sebagai media pengajaran dan kemahiraksaraan sebagai alat belajar. Komponen strategi DRA dibagi dalam empat tahap, yaitu persiapan, membaca dalam hati, dan tindak lanjut. g. Strategi DRTA Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, strategi DRTA merupakan suatu kritikan terhadap penggunaan strategi DRA karena strategi DRA kurang memperhatikan keterlibatan siswa berpikir tentang bacaan. strategi DRA terlampau banyak melibatkan arahan guru dalam memahami bacaan, sedangkan strategi DRTA memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca. Dari ketujuh strategi pembelajaran membaca pemahaman tersebut, peneliti memilih strategi DRTA untuk melaksanakan penelitian ini. Strategi DTRA dipilih karena strategi ini dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan cara memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, siswa memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca. Dengan demikian pemahaman siswa akan meningkat sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan.

5. Strategi Directed Reading Thinking Activity DRTA

Strategi DRTA adalah strategi membaca dan berpikir secara langsung. Stauffer yang dikutip oleh Farida Rahim, menjelaskan bahwa strategi DRTA memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan membuktikannya ketika membaca. Dengan strategi DRTA guru bisa memotivasi usaha dan konsentrasi siswa dengan melibatkan mereka secara intelektual serta mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipotesis, memproses informasi, dan mengevaluasi solusi sementara. 41 Strategi ini diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Dengan strategi DRTA guru dapat membantu siswa ketika mereka kesulitan berinteraksi dengan bahan bacaan. Langkah-langkah membaca pemahaman dengan strategi DRTA menurut Rahim adalah sebagai berikut: 42 a Membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul Guru menuliskan judul cerita di papan tulis, kemudian guru menyuruh seorang siswa membacakannya. Biarkan setiap siswa mempunyai kesempatan untuk membuat prediksi. b Membuat prediksi dari petunjuk gambar Guru menyuruh siswa memperhatikan gambar seri dengan seksama. Selanjutnya guru menyuruh siswa memperhatikan salah satu gambar dan menanyakan kepada siswa apa sebenarnya yang terjadi pada gambar tersebut. 41 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar,Jakarta: BumiAksara, 2011,h. 47 42 Ibid., h. 48-51 c Membaca bahan bacaan Guru menyuruh siswa membaca bagian bacaan dari gambar yang telah diprediksi ceritanya. d Menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan prediksi Ketika siswa membaca bagian pertama dari cerita, guru mengarahkan suatu diskusi dengan mengajukan pertanyaan. Kemudian guru menyuruh siswa yang yakin bahwa prediksinya benar untuk membaca nyaring di depan kelas bagian dari bacaan yang mendukung prediksi mereka. e Guru mengulang kembali prosedur 1 sampai 4 hingga semua bagian pelajaran di atas telah tercakup. Sedangkan, Yunus Abidin menjelaskan bahwa metode DRTA dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembelajaran sebagai berikut : 43 1. Tahap Prabaca a Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan beberapa informasi tentang isi bacaan. b Siswa membuat prediksi atas bacaan yang akan dibacanya. Jika siswa belum mampu, guru harus memancing siswa untuk membuat prediksi. Diusahakan dihasilkan banyak prediksi sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak setuju. Beberapa pancingan untuk membuat prdiksi antara lain : 1 Menurut pendapatmu, apa isi cerita yang berjudul “X” ini? 2 Bagaimana nasib tokoh cerita dalam cerpen ini? 3 Prediksi mana yang menurutmu paling benar? 2. Tahap Membaca a Siswa membaca dalam hati cerita untuk mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini guru harus mampu membimbing siswa agar melakukan kegiatan membaca untuk menemukan makna bacaan, memperhatikan perilaku baca siswa, dan membantu siswa yang menemukan kesulitan memahami makna kata dengan cara memberikan ilustrasi kata, bukan langsung menyebutkan makna kata tersebut. 43 Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Refika Aditama, 2012, h. 81 b Menguji, prediksi, pada tahap ini siswa diharuskan mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Jika prediksi yang dibuat siswa salah, siswa harus mampu menunjukan letak kesalahan tersebut dan mampu membuat gambaran baru tentang isi wacana yang sebenarnya. 3. Tahap Pascabaca a Pelatihan keterampilan fundamental. Tahapan ini dilakukan siswa untuk mengaktifkan kemampuan berpikirnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan siswa adalah menguji kembali cerita, menceritakan kembali cerita, membuat gambar, diagram, ataupun peta konsep bacaan, dan membuat peta perjalan tokoh perjalanan yang menggambarkan keberadaan tokoh pada beberapa peristiwa yang dialaminya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah strategi Directed Reading Thinking Activity dalam proses pembelajaran yang dijelaskan oleh Farida Rahim. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan yakni sebagai berikut: 1 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengetahui apa saja yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh peserta didik. 2 Menyajikan materi sebagai pengantar. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Pada saat menyajikan materi guru dapat memberikan motivasi yang dapat membuat siswa tertarik untuk melakukan pembelajaran. Selanjutnya guru menggunakan langkah-langkah dalam strategi DRTA, yaitu sebagai berikut : 1 Guru menulis judul cerita di papan tulis. Menuliskan judul dongeng yang dipelajari di papan tulis, kemudian guru meminta seorang siswa membacakannya. Kemudian, guru menanyakan kepada siswa, “Menurutmu cerita ini bercerita tentang apa?” dan memberikan waktu kepada siswa untuk membuat prediksi. 2 Guru menempelkan gambar seri cerita dongeng di papan tulis. Guru meminta siswa memperhatikan gambar dengan seksama. Kemudian menanyakan apa yang akan siswa lihat dari gambar dan memprediksikan apa yang terjadi pada gambar tersebut. 3 Guru mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang siswa. 4 Guru memandu diskusi kelompok untuk memprediksi isi masing-masing gambar secara bergantian. 5 Guru memberikan cerita sebenarnya kepada masing-masing kelompok dan menyuruh semua anggota kelompok untuk membacanya. 6 Guru meminta siswa menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikannya dengan cerita asli.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity DRTA terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa peneliti mengutip penelitian yang relevan yaitu: 1. Hasil penelitian oleh Eka Budi Yuliani, 2013 tentang “Efektivitas Strategi Directed Reading Thinking Activity DRTA Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas VII MTs SA PP Hidayatul Qur‟an Demak ”. Pada Penelitian ini bahwa strategi Directed Reading Thinking Activities DRTA sangat efektif digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaannya terletak pada metode yang digunakan yaitu Directed Reading Thinking Activity DRTA dan penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Sedangkan, perbedaannya yaitu penelitian yang lakukan di tingkat SMP MTs dan penelitian yang saya lakukan di tingkat SDMI. 2. Hasil penelitian oleh Nur Khomariah, 2013 tentang “Peningkatan Ke terampilan Membaca Pemahaman Melalui Strategi Directed Reading Thinking Activity DRTA Pada Siswa Kelas V SDN Karanganyar 01 Kota Semarang ”. Keterampilan membaca pemahaman siswa dengan strategi DRTA dalam membuat kesimpulan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut ditunjukkan melalui hasil evaluasi membaca pemahaman siswa dari setiap siklus yang semakin meningkat. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan peningkatan rata-rata kelas dari data awal yang semula 68,54 menjadi 68,82 pada siklus I. Kemudian menjadi 69,54 pada siklus II dan menjadi 73,51 pada siklus III. Sedangkan ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari data awal sebesar 36,4 menjadi 63,6 pada siklus I, dari siklus I sebesar 63,6 menjadi 70,5 pada siklus II, dan dari 70,5 pada siklus II menjadi 84,1 pada siklus III. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaannya terletak pada strategi pembelajaran yang digunakan yaitu Directed Reading Thinking Activity DRTA dan penelitian ini dilakukan ditingkat SDMI. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas.

C. Kerangka Berpikir

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Melalui membaca siswa akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Keterampilan membaca pemahaman yang baik dapat dimiliki siswa apabila berlatih secara terus menerus. Tujuan akhir dari membaca adalah memahami isi bacaan, tetapi pada kenyataan yang ada belum semua siswa dapat mencapai tujuan tersebut. Banyak siswa yang dapat membaca secara lancar semua bahan bacaan tetapi tidak memahami isi bahan bacaan tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang dapat memudahkan siswa untuk memahami dan mempelajari materi yang sedang diajarkan. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam penyampaian materi membaca, dalam hal ini membaca pemahaman adalah dengan strategi Directed Reading Thinking Activities DRTA. Strategi Directed Reading Thinking Activities DRTA merupakan strategi pembelajaran yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek belajar, peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activities DRTA siswa akan berpikir kritis karena siswa membuat berbagai prediksi sebelum dan selama membaca. Dengan adanya prediksi, siswa secara otomatis mempertanyakan pertanyaan mereka sendiri yang merupakan bagian dari proses pemahaman suatu teks. Rasa keingintahuan siswa terhadap kebenaran jawaban membuat siswa lebih cermat membaca teks sehingga menjadikan kegiatan membaca menjadi lebih bermakna. Bagan 1. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Pengajuan hipotesis yang digunakan adalah pembelajaran menggunakan media gambar yang dimulai dengan pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan instrumen tes. Berdasarkan kerangka berpikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Siswa Guru Pembelajaran dengan metode konvensional Pembelajaran membaca kesulitan Pembelajaran menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activities DRTA Pembelajaran membaca pemahaman efektif H : Penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity DRTA tidak berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok. H 1 : Penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity DRTA berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok. 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada saat pembelajaran semester genap tahun pelajaran 20132014, yang dilaksanakan bulan Mei. Penelitian ini dilakukan di SD Putra Jaya Depok yang beralamat di Jalan KH. Abdurrahman No. 24, Depok Jawa Barat.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode quasi eksperimen. Metode quasi eksperimen yaitu dengan memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas siswa atau membagi kelas yang diteliti menjadi dua kelas. Disebut eksperimen karena metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab akibat. 1 Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen dengan perlakuan strategi Directed Reading Thinking Activity DRTA dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol dengan perlakuan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design. pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. 2 1 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 100 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 116.

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Peningkatan pemahaman wacana argumentasi melalui penerapan strategi PQ4R (penelitian tindakan pada siswa kelas XI SMA Islam Al-Mukhlisin)

1 18 89

Pengaruh penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap keterampilan membaca pemahaman dongeng pada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok Tahun pelajaran 2013/2014

2 12 154

Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun pelajaran 2013/2014

1 10 132

Pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015

2 9 152

The Influence of Directed Reading - Thinking Activity (DR-TA) Strategy on Students' Reading Comprehension of Narrative Text

3 40 170

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok

0 13 0

Improving reading comprehension using Directed Reading Thinking Activity (DRTA)

0 0 110

The Effect of Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Method on Students’ Reading Comprehension for State Islamic Senior High School

0 0 9