109
dengan presentase 26,1, kategori rendah mengalami penurunan yaitu 0 siswa dengan presentase 0, dan kategori keaktifan sangat rendah 0 siswa dengan
presentase 0.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kepurun. Penelitian telah dilaksanakan sesuai dengan tahapan pelaksanaannya, yaitu presentasi kelas, tim,
game, turnamen, dan penghargaan kelompok. Peningkatan keaktifan siswa pada saat pembelajaran IPS akan ditentukan dari 7 aspek keaktifan yang terdiri dari 14
indikator pengamatan dan didukung oleh 27 pernyataan dalam angket keaktifan belajar siswa.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kepurun pada pembelajaran IPS. Rata-rata yang diperoleh dari lembar observasi keaktifan belajar siswa pada siklus
I adalah 68,65 sedangkan pada siklus II keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 84,63. Peningkatan keaktifan juga dapat dilihat dari hasil angket
dimana pada siklus I siswa yang memiliki keaktifan tinggi sebesar 60,9 dan keaktifan sangat tinggi 0 meningkat pada siklus II siswa yang memiliki
keaktifan tinggi sebesar 60,9 dan keaktifan sangat tinggi sebesar 13. Pembahasan pada masing-masing tahap TGT adalah sebagai berikut.
110
Tahap Presentasi Kelas
Pada siklus I presentasi kelas dilakukan dengan ceramah bervariasi pada pertemuan pertama dan menggunakan media powerpoit pada pertemuan kedua
dan ketiga. Penggunaan LCD sebelumnya belum pernah digunakan untuk pembelajaran di kelas V pada semua mata pelajaran. Sehingga ketika guru
menggunakan LCD dalam penyampaian materi siswa terlihat memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru melalui powerpoint.
Meskipun sudah banyak siswa yang memperhatikan, masih terdapat beberapa siswa yang masih melakukan pekerjaan lain saat guru menyampaikan materi. Pada
siklus II presentasi kelas masih dilakukan dengan menggunakan LCD. Selain itu guru juga menggunakan media video dan bigbook. Pemilihan media video
disesuaikan dengan materi peristiwa sekitar proklamasi yaitu video proklamasi kemerdekaan RI, begitu pula media bigbook yang digunakan yaitu materi tentang
tokoh-tokoh peristiwa kemerdekaan. Bigbook berisi gambar tokoh dan keterangan yang berupa peran setiap tokoh dalam peristiwa proklamasi.
Penggunaan media ini hanya sebagai variasi guru dalam ceramah sehingga dapat meningkatkan minat siswa terhadap materi yang dipelajari. Seperti yang
dikatakan oleh Djamarah 2002:132 menyatakan bahwa seseorang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas, akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
disertai rasa senang. Penyampaian ceramah bervariasi ini dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru sehingga keaktifan
siswa dalam memperhatikan guru dapat meningkat.
111
Tahap Tim
Pembentukan tim pada siklus I dan II dilakukan secara heterogen. Siklus I tim dibentuk berdasarkan prestasi belajar siswa yang diperoleh pada ujian semester 1
dimana masing-masing kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi dan siswa kurang berprestasi. Hal ini agar siswa yang memiliki prestasi tinggi dapat dapat
memberikan bimbingan terhadap siswa yang kurang berprestasi ketika menyelesaikan LKS dan belajar bersama. Pada siklus II pembentukan tim
dilakukan secara heterogen berdasarkan tingkat keaktifan siswa pada siklus I yang diperoleh dari hasil observasi.
Dalam proses pembentukan kelompok pada siklus I dan II guru menemukan bahwa siswa yang memiliki prestasi tinggi ternyata juga memiliki keaktifan yang
tinggi, hal ini dapat diamati pada lampiran 6. Dari 5 orang siswa dalam kelompok prestasi tinggi terdapat 3 orang siswa yang masuk dalam kelompok keaktifan
tinggi pada siklus II. Hal yang sama juga terlihat dari kelompok siswa dalam kelompok keaktifan kurang, dari 5 orang siswa yang masuk dalam kelompok
keaktifan kurang 4 siswa merupakan siswa dari kelompok yang memiliki prestasi kurang pada siklus I. Adanya temuan ini maka membuktikan bahwa terdapat
keterkaitan antara tingkat keaktifan siswa dengan prestasi yang dicapai dalam belajar. Siswa yang memiliki keaktifan tinggi cenderung mendapatkan prestasi
yang tinggi pula. Hasil nilai evaluasi siswa mengalami peningkatan seiring meningkatnya rata-
rata keaktifan siswa. Rata-rata nilai evaluasi siswa pada siklus I yaitu 65,87 dan meningkat menjadi 75,22 pada siklus II. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
112
yang dilakukan Olfin 2014 dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, memiliki hubungan yang
sangat erat dengan pencapaian prestasi belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suwardi 2013 dapat diketahui
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan siswa yang disertai dengan peningkatan hasil belajar siswa. Pernyataan
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan seiring meningkatnya keaktifan belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari naiknya rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I dengan rata-rata 65,87 menjadi 75,22 pada siklus II.
Tahap Game dan Turnamen
Setelah siswa belajar dalam tim maka selanjutnya pemahaman siswa akan diuji pada tahap turnamen ini. Setiap siswa pada tahap tim akan dibagi lagi
kedalam kelompok-kelompok homogen dengan kemampuan yang sama. Pada siklus I siswa dengan prestasi tinggi berada satu kelompok dengan siswa yang
berprestasi tinggi, siswa yang memiliki prestasi sedang berada satu kelompok dengan siswa yang berprestasi sedang, begitu seterusnya. Pada tahap turnamen
siklus II siswa dikelompokkan secara homogen berdasarkan tingkat keaktifan yang sama. Siswa dengan keaktifan tinggi berada satu kelompok turnamen dengan
siswa yang memiliki keaktifan tinggi, siswa yang memiliki keaktifan sedang berada satu kelompok dengan siswa yang memiliki keaktifan sedang, begitu
seterusnya.
113
Turnamen dilakukan dengan menggunakan kartu-kartu soal yang dibaca dan dijawab oleh setiap siswa baik pada siklus I dan siklus II. Hal ini sesuai dengan
teori dari Slavin 2008:166-167 bahwa dalam game dan turnamen dilaksanakan dengan kuis-kuis berupa soal. Perbedaan antara turnamen siklus I dan siklus II
yaitu jika pada siklus I kartu soal disiapkan oleh guru, pada siklus II kartu soal dibuat sendiri oleh siswa. Masing-masing siswa diberikan tugas untuk membuat
satu soal yang akan digunakan untuk turnamen dan jawaban dari soal tersebut tidak boleh diketahui oleh siswa lain. Pelaksanaan turnamen pada siklus I dan
siklus II dapat dilihat dalam diagram dibawah ini.
Gambar 6. Meja Turnamen Siklus I Keterangan :
Warna merah : Kelompok turnamen siswa prestasi sangat tinggi
TEAM YAMIN
Meja Turnamen
4 Meja
Turnamen 5
SK AJR FA OFP Sgt Tinggi Tinggi Sedang Rendah
LDP AE NK IS ANR
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kurang
AN DWA GR TW ANR
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kurang
OPA YA DIP RB
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Kurang
OV PD RF HDA IDP
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kurang Meja
Turnamen 1
Meja Turnamen
2 Meja
Turnamen 3
TEAM SOEKARNO
TEAM SOEPOMO
TEAM FATMAWATI
TEAM HATTA
114
Warna kuning : Kelompok turnamen siswa prestasi tinggi Warna hijau : Kelompok turnamen siswa prestasi sedang
Warna biru : Kelompok turnamen siswa prestasi rendah Warna merah muda : Kelompok turnamen siswa prestasi kurang
Gambar 7. Meja Turnamen Siklus II Keterangan :
Warna merah : Kelompok turnamen siswa keaktifan sangat tinggi Warna kuning : Kelompok turnamen siswa keaktifan tinggi
Warna hijau : Kelompok turnamen siswa keaktifan sedang Warna biru : Kelompok turnamen siswa keaktifan rendah
TEAM YAMIN
Meja Turnamen
4 Meja
Turnamen 5
PD AJR AE OFP RB
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kurang
AN DIP OV GR IDP
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kurang
LDP OPA DWA TW IS
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Rendah Kurang
SK NK YA ANR
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Kurang
FA RF HDA ANR1
Sgt Tinggi Tinggi Sedang Rendah Meja
Turnamen 1
Meja Turnamen
2 Meja
Turnamen 3
TEAM SOEKARNO
TEAM SOEPOMO TEAM FATMAWATI
TEAM HATTA
115
Warna merah muda : Kelompok turnamen siswa keaktifan kurang
Tahap Penghargaan Kelompok
Pemberian penghargaan dilakukan dengan cara menghitung poin akhir setiap kelompok pada akhir turnamen. Kelompok yang menjadi tim terbaik akan
diberikan penghargaan berupa tepuk hebat pada setiap pertemuan dan di akhir siklus I dan siklus I jumlah poin siswa akan diakumulasikan dan siswa yang
mendapatkan predikat tim terbaik akan diberikan reward berupa alat-alat tulis seperti tempat pensil, tipe-x, penghapus, pensil, dan pulpen. Pemberian reward
dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannah 2013 bahwa ada pengaruh
yang sangat signifikan antara pemberian reward terhadap keaktifan belajar siswa. Pada siklus I guru sudah melaksanakan kegiatan tahapan TGT dengan baik.
Namun masih terdapat beberapa aspek keaktifan siswa yang belum mencapai 70 yaitu pada aspek menanggapi instruksi dari guru, bertanya kepada guruteman saat
ada kesulitan, merasa bersemangat mengikuti pembelajaran, mengeluarkan gagasan dalam kegiatan diskusi, berani menyatakan pendapat dan bertanya ketika
ada hal yang kurang dipahami. Berdasarkan hasil dari siklus I guru melakukan refleksi terhadap kekurangan dan kelebihan selama pelaksanaan siklus I. Untuk
meningkatkan aspek-aspek yang belum tercapai pada siklus I maka pada siklus II guru melakuan kegiatan pembelajaran dengan menekanakan pada beberapa hal
yaitu memberikan motivasi kepada siswa agar mau mengeluarkan pendapat dalam diskusi, penggunaan media yang menarik, pemberian tugas individu kepada siswa
dan mengadakan tanya jawab setelah kegiatan presentasi kelas. Hal ini sesuai
116
dengan pendapat dari Dimyati 2002:62 bahwa peran guru dalam menumbuhkan keaktifan belajar siswa antara lain adalah memberikan tugas secara individual dan
kelompok dan mengadakan tanya jawab dan diskusi Pada pembelajaran siklus II telah dilakukan beberapa perbaikan dari hasil
refleksi siklus I. Guru lebih mengoptimalkan dalam memberikan motivasi kepada siswa agar tidak malu bertanya ketika menemu kesulitan atau ada materi yang
kurang dipahami serta guru memberikan pengertian kepada siswa agar jangan takut salah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Diharapkan setiap siswa dapat memanfaatkan kesempatan belajar yang diberikan oleh guru dengan lebih baik. Selain itu pada tahap presentasi siklus II guru
menggunakan media video dan bigbook untuk menarik perhatian siswa. Penggunaan media tersebut juga sebagai variasi dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki beberapa kelebihan seperti yang disampaikan Asma 2006 salah satu kelebihan dari model ini adalah
siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya. Hal ini juga ditemui dalam penelitian ini yaitu dengan adanya peningkatan keaktifan
siswa dalam aspek berani menyatakan pendapat. Pada siklus I keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat sebesar 37,65 yang berada dalam kategori
rendah, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 65,22 yang berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan model kooperatif
tipe TGT keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat mengalami
117
peningkatan sebesar 27,57. Peningkatan juga terjadi pada aspek mengeluarkan gagasan dalam kegiatan diskusi yaitu sebesar 49,27 pada siklus I dengan
kategori sedang, meningkat menjadi 71,74 dengan kategori tinggi pada siklus II. Peningkatan aspek keaktifan mengeluarkan gagasan dalam kegiatan diskusi yaitu
sebesar 22,47. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II dapat
meningkatkan interaksi sosial siswa yaitu siswa lebih aktif dalam berdiskusi, siswa berani bertanya kepada guru dan teman. Melalui penghargaan kelompok
yang diperoleh dari poin tiap individu pada tahap turnamen maka keberhasilan kelompok ditentukan oleh masing-masing individu siswa jadi setiap siswa harus
memiliki tanggung jawab demi kemajuan kelompok. Dengan adanya tanggung jawab tersebut masing-masing siswa dituntut untuk belajar dengan sungguh-
sungguh jika ingin kelompoknya menjadi kelompok yang terbaik. Siswa lebih sungguh-sungguh dalam membaca materi pelajaran dan membuat catatan dari
materi yang sudah disampaikan guru agar mereka dapat memahami materi dengan baik.
Dari hasil yang didapatkan pada siklus II seluruh aspek keaktifan siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata keaktifan sebesar 84,63. Pada siklus II
masih terdapat aspek keaktifan yang berada pada kategori keaktifan sedang yaitu aspek bertanya ketika ada hal yang kurang dipahami sebesar 58,69. Sedangkan
sesuai dengan hasil angket masih terdapat 6 siswa yang memiliki kategori keaktifan sedang. Hal ini karena tingkat keaktifan siswa selama pelaksanaan
siklus I dan siklus II dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan
118
oleh Syah 2012: 146 bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal faktor dari
dalam peserta didik, faktor eksternal faktor dari luar peserta didik, dan faktor pendekatan belajar approach to learning. Guru menilai bahwa siswa yang
memiliki keaktifan belajar sedang tersebut dipengaruhi oleh faktor internal yaitu minat dan motivasi siswa. Selama pelaksanaan penelitian terlihat siswa yang
memiliki keaktifan sedang tersebut minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran IPS masih kurang. Maka dari itu guru diharapkan mampu
meningkatkan minat dan menumbuhkan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran IPS agar keaktifan siswa dapat meningkat.
Hamalik 2011 menyampaikan asas keaktifan besar nilainya bagi pengajaran terhadap peserta didik antara lain: 1 para siswa mencari pengalaman sendiri dan
langsung menemukan sendiri, 2 berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi secara integral, 3 memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan
siswa, 4 para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, 5 memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar yang demokratis, 6
mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan antara orang tua dengan guru. Berdasarkan pernyataan tersebut dengan adanya keaktifan belajar siswa mencari
pengalaman sendiri, menemukan sendiri dan berbuat sendiri. Dalam penelitian ini kegiatan diskusi yang dilakukan dalam mengerjakan LKS memberikan
kesempatan kepada siswa agar mereka mencari dan menemukan pengalaman sendiri dalam hal memecahkan soal. Adanya hal tersebut siswa akan lebih
memahami materi karena mereka menemukan sendiri jawaban-jawaban dari soal
119
yang diberikan dalam LKS. Meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari maka akan meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Keterbatasan Penelitian