PERAN EDUKATIF ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN PENDIDIKAN ANAK.
PEERAN EDU D gu PROG JURUSAN UN UKATIF OR PE Diajukan kep Univer untuk Mem una Memper N GRAM STU N FILSAFA FAKULT NIVERSITA O RANGTUA ENDIDIKA SKRIP pada Fakult rsitas Neger menuhi Seba roleh Gelar Oleh Dwi Trisn NIM 101102 UDI KEBIJ AT DAN SO TAS ILMU AS NEGER OKTOBER A DALAM AN ANAK PSI
tas Ilmu Pen ri Yogyakar agian Persy r Sarjana Pe
h nawati 241008 JAKAN PE OSIOLOG PENDIDI RI YOGYA R 2014 M KEBERH ndidikan rta yaratan endidikan ENDIDIKA I PENDID KAN AKARTA HASILAN AN IKAN
(2)
PEERAN EDU D gu PROG JURUSAN UN UKATIF OR PE Diajukan kep Univer untuk Mem una Memper N GRAM STU N FILSAFA FAKULT NIVERSITA RANGTUA ENDIDIKA SKRIP pada Fakult rsitas Neger menuhi Seba roleh Gelar Oleh Dwi Trisn NIM 10110 UDI KEBIJ AT DAN SO TAS ILMU AS NEGER OKTOBER A DALAM AN ANAK PSI
tas Ilmu Pen ri Yogyakar agian Persy r Sarjana Pe
h nawati 241008 JAKAN PE OSIOLOG PENDIDI RI YOGYA R 2014 M KEBERH ndidikan rta yaratan endidikan ENDIDIKA GI PENDID KAN AKARTA HASILAN AN IKAN
(3)
(4)
Dengan in Sepanjang diterbitkan penulisan Tanda tan Jika tidak berikutnya
ni saya men g pengetahu
n orang lain karya ilmia ngan dosen k asli, say a.
SUR
nyatakan b uan saya tid n kecuali se ah yang tela
penguji yan ya siap me
RAT PERN
ahwa skrip dak terdapat ebagai acua ah lazim.
ng tertera d enerima san
NYATAAN
psi ini bena t karya atau an atau kuti
dalam halam nksi ditund Yo Ya Dw NI ar-benar kar u pendapat y
ipan dengan man pengesa da yudisium ogyakarta, ang menyat wi Trisnawa IM 1011024
rya saya se yang ditulis n mengikut
ahan adalah m pada pe
Agustus 2 akan, ati 41008 endiri. s atau ti tata h asli. eriode 2014
(5)
(6)
MOTTO
“Kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.”
(HR. Al-Hakim)
“Do’a orangtua tidak akan pernah putus meskipun kita telah sukses meraih cita-cita.”
(7)
PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan teruntuk:
Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayangnya yang tak pernah putus. Terima kasih atas do’a suci yang selalu beliau panjatkan untukku.
Negara dan masyarakat Indonesia yang telah memberikan kesempatan saya untuk belajar di perguruan tinggi, yang sebelumnya tak pernah terbesit dalam pikiran saya untuk merasakan kuliah di sebuah perguruan tinggi.
(8)
PERAN EDUKATIF ORANGTUA DALAM KEBERHASILAN PENDIDIKAN ANAK
Oleh Dwi Trisnawati NIM 10110241008
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak dan untuk mendeskripsikan faktor pendukung serta penghambat orangtua dalam melakukan peran edukatif untuk keberhasilan pendidikan anak.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah Demangan. Subjek penelitian ini adalah orangtua yang ditentukan dengan teknik purposive. Informan penelitian ini adalah 5 guru kelas, 5 orangtua anak berprestasi dan 5 orangtua anak kurang berprestasi. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan dokumentasi, serta menggunakan triangulasi sumber dan metode sebagai pengabsahan data. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu data collection, data reduction, data display dan conclusion drawing/ verifying.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Keberhasilan pendidikan anak di SD Muhammadiyah Demangan yaitu dicirikan dengan prestasi, menjadi juara kelas, mengikuti lomba olimpiade dan berkarakter baik; 2) Peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak yaitu memberi contoh dan menyuruh mencontoh, membiasakan belajar, memberi penjelasan, memberi dorongan, menyuruh dan melarang, mengajak berdiskusi, memberi bimbingan dan penyuluhan, mengajak anak untuk berbuat, memberi kesempatan mencoba, menciptakan situasi yang baik, mengadakan pengawasan dan pengecekan, menerapkan pendidikan karakter, serta menerapkan model pola asuh demokratis; 3) Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan anak dapat dilihat dari keadaan jasmani dan psikologis. Anak yang berhasil cenderung tidak memiliki hambatan karena jasmani dan psikologisnya baik, sedangkan anak yang belum berhasil memiliki hambatan psikologis, yaitu masih ada rasa malas, kurang termotivasi, kurang disiplin dan kurang percaya diri; 4) Faktor pendukung dan penghambat orangtua dalam melaksanakan peran edukatif untuk keberhasilan pendidikan anak yaitu: (a) Faktor pendukung: orangtua memiliki pendidikan baik, memiliki pekerjaan atau penghasilan baik, memiliki waktu untuk mendampingi dan membimbing anak belajar, serta orangtua semakin mudah mengakses informasi dan komunikasi; (b) Faktor penghambat: orangtua memiliki pendidikan rendah, adanya lingkungan dan media massa yang kurang bersahabat, kurangnya waktu luang untuk mendampingi dan membimbing anak secara langsung.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Edukatif Orangtua dalam Keberhasilan Pendidikan Anak”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Program Studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
3. Pembimbing Akademik Bapak Petrus Priyoyuwono, M. Pd. yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis selama menjadi mahasiswa.
4. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dr. Mami Hajaroh, M. Pd. dan Bapak L. Hendrowibowo, M. Pd. yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing, memotivasi, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Program Studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang bermanfaat.
6. Keluarga besar (kepala sekolah, guru kelas, murid dan wali murid) SD Muhammadiyah Demangan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. 7. Kedua orangtuaku yang telah mencurahkan seluruh pikiran, tenaga dan
do’anya demi kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Segenap keluarga yang telah memberikan semangat, do’a dan dukungannya.
(10)
8. Teman-teman Program Studi Kebijakan Pendidikan khususnya angkatan 2010 dan teman-teman kelas (Ws, Ria, Aya, Dita, Diah, Rizki, Firda, Ike, Rohmah, dll) yang selalu memberikan bantuan, kritik, saran dan motivasinya.
9. Teman-teman kost dan teman-teman Musiro (Dayah, Ema, Lisa, Solekhah, Putri, Munah, Mira, Mita, Mbak Duma, Pram, Hana, Mbak Anis, Mbak Tuti, Fitri, Mbak Inung, Syahrul, Mbak Ade, Wiwik, dll) yang memberikan semangat, kritik, saran dan motivasi.
10.Seluruh rakyat dan bangsa Indonesia atas beasiswa yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan pendidikan hingga saat ini.
Semoga bantuan dan kebaikan pihak-pihak yang disebutkan di atas mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat optimal bagi pengembangan keilmuan Kebijakan Pendidikan dan bagi siapa saja yang membacanya. Amin.
Yogyakarta, 15 Agustus 2014 Penulis,
Dwi Trisnawati NIM 10110241008
(11)
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan ... 6
F. Manfaat ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peran Edukatif Orangtua ... 9
1. Pengertian Peran Edukatif ... 9
2. Pengertian Pendidikan ... 11
3. Pengertian Mendidik ... 13
4. Cara Mendidik ... 15
(12)
1. Prestasi Belajar ... 22
a. Pengertian Prestasi Belajar ... 22
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23
2. Karakter Anak ... 24
C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25
D. Kerangka Berfikir ... 29
E. Pertanyaan Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
C. Subjek Penelitian ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Pengabsahan Data ... 35
F. Instrument Penelitian ... 35
G. Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 38
1. Profil SD Muhammadiyah Demangan ... 38
2. Visi dan misi SD Muhammadiyah Demangan ... 39
3. Fasilitas SD Muhammadiyah Demangan ... 40
4. Pembinaan Bakat dan Minat di SD Muhammadiyah Demangan ... 40
B. Hasil Penelitian ... 41
1. Keberhasilan Pendidikan Anak di SD Muhammadiyah Demangan ... 41
a. Prestasi Anak SD Muhammadiyah Demangan ... 41
b. Karakter Anak SD Muhammadiyah Demangan ... 44
2. Peran Edukatif Orangtua dalam Keberhasilan Pendidikan Anak .. 47
a. Peran Edukatif yang Dilakukan Orangtua ... 47
b. Peran Edukatif Orangtua yang Diinginkan Anak ... 70
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Pendidikan Anak ... 72
(13)
4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dirasakan Orangtua dalam Melaksanakan Peran Edukatif untuk Keberhasilan
Pendidikan Anak ... 75
C. Pembahasan ... 84
1. Keberhasilan Pendidikan Anak di SD Muhammadiyah Demangan 84
2. Peran Edukatif Orangtua dalam Keberhasilan Pendidikan Anak .... 86
a. Peran Edukatif yang Dilakukan Orangtua ... 86
b. Peran Edukatif Orangtua yang Diinginkan Anak ... 88
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Pendidikan Anak ... 89
4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dirasakan Orangtua dalam Melaksanakan Peran Edukatif untuk Keberhasilan Pendidikan Anak ... 90
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 95
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
(14)
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Fasilitas atau Sarana di SD Muhammadiyah Demangan ... 40
Tabel 2. Prestasi yang Diraih SD Muhammadiyah Demangan ... 41
Tabel 3. Peran Edukatif Orangtua Anak yang Berhasil ... 82
(15)
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Alur Berpikir ... 30 Gambar 2. Analisis Data Miles and Huberman ... 36
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 103
Lampiran 2. Transkrip Wawancara ... 107
Lampiran 3. Reduksi Data ... 148
Lampiran 4. Dokumentasi Foto ... 169
(17)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan dapat mengantarkan manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan sangat diperlukan untuk menjalani kehidupan dalam mengikuti kemajuan zaman yang semakin canggih dan modern. Menurut Pranarka dalam Dwi Siswoyo, dkk, pendidikan merupakan suatu fungsi internal dalam proses kebudayaan itu, melalui mana manusia dibentuk dan membentuk dirinya sendiri. Pendidikan merupakan proses yang tidak pernah akan final selama sejarah kebudayaan manusia belum memasuki tahap finalnya yang tuntas. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia, serta dalam hubungannya dengan Tuhan. Pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi pendidikan (Dwi Siswoyo, dkk., 2008: 17).
Keluarga merupakan bagian dari pranata sosial, begitu juga dengan pendidikan. Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga, dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi-sendi dasar pendidikan (Abdullah Idi, 2011: 169). Dari paparan Abdullah Idi ini dapat diketahui bahwa cara orangtua dalam mendidik anak sangat mempengaruhi kepribadian atau karakter anak karena keluarga
(18)
atau orangtua merupakan tempat dimana anak meluangkan waktunya selain di sekolah.
Siti Irene (2011: 266) mengatakan sebagian besar orangtua kurang terlibat langsung dengan kegiatan yang bersifat akademik, dikarenakan keterbatasan pengetahuan sebagai pendamping belajar anak. Partisipasi orangtua dalam membantu anak belajar di rumah ditentukan oleh latar belakang pendidikan orangtua. Bagi orangtua yang tingkat pendidikannya menengah ke atas lebih banyak membantu belajar anak di rumah dibandingkan dengan orangtua yang berpendidikan rendah. Dari uraian ini dapat diketahui bahwa peran edukatif orangtua sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Orangtua dapat melakukan peran edukatif jika mereka memiliki pengetahuan atau pendidikan yang bagus. Kemudian Siti Irene (2011: 267) juga menyebutkan bahwa sebagian besar orangtua secara edukatif belum melibatkan diri dalam proses belajar pada anak di rumah. Hal ini membuktikan bahwa belum banyak orangtua yang paham tentang peran edukatif mereka untuk anaknya dan sebagian orangtua belum mampu mendorong anak untuk berprestasi.
Siti Irene (2011: 268) menyebutkan bahwa anak memiliki keinginan terhadap orangtua untuk mendukung keberhasilannya dalam proses belajar di sekolah maupun di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian orangtua kurang perhatian pada pendidikan anaknya dan kurangnya pengetahuan orangtua tentang kebutuhan anak dalam hal pendidikan, karena anak masih memiliki keinginan terhadap orangtua. Jika orangtua perhatian pada
(19)
pendidikan anaknya, anak tidak lagi memiliki keinginan terhadap orangtuanya karena orangtua sudah tahu yang dibutuhkan anaknya.
Berdasarkan uaraian yang ada, orangtua harus dapat memenuhi dan memahami keinginan anaknya agar anak berhasil dalam menempuh pendidikan. Selain itu, orangtua juga harus meluangkan waktu untuk dapat memberikan perhatian kepada anaknya dan orangtua dapat memahami peran edukatif mereka terhadap anaknya. Kemudian dalam Siti Irene (2011: 270) disebutkan bahwa terdapat hambatan pada orangtua untuk terlibat dalam semua pemenuhan kebutuhan anak, yaitu adanya keterbatasan waktu dan pengetahuan sehingga orangtua tidak terlibat secara optimal dalam proses pendidikan anak. Hal ini dapat diketahui bahwa keberhasilan pendidikan anak sangat dipengaruhi oleh peran edukatif orangtua. Biasanya keberhasilan pendidikan anak dapat dilihat dari prestasi belajar yang diraih dan karakter anak dalam bergaul dan bertindak (tingkah laku). Di sinilah akan terlihat bahwa peran edukatif orangtua dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak.
Abdullah Idi (2011: 91) berpendapat selama anak belum dewasa, orangtua mempunyai peranan pertama atau utama bagi anak-anaknya. Untuk membawa anak kepada kedewasaan, orangtua harus memberi contoh yang baik karena anak suka mengimitasi kepada orangtuanya. Dalam memberikan sugesti kepada anak, orangtua tidak menggunakan cara otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan sehingga dengan senang anak melaksanakannya.
(20)
Anak paling suka untuk identik dengan orangtuanya, seperti anak laki-laki terhadap ayahnya dan anak perempuan identik dengan ibunya.
Yogyakarta merupakan Kota Pelajar yang mempunyai banyak lembaga pendidikan baik jenjang sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah tinggi. Masing-masing sekolah tentunya memiliki keunggulan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Misalnya SD Muhammadiyah Sapen yang telah terkenal dan dipercaya masyarakat dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas bagus atau berprestasi sehingga sekolah membuka cabang dan kini ada dua SD Muhammadiyah Sapen 1 dan SD Muhammadiyah Sapen 2. Selain SD Muhammadiyah Sapen juga masih banyak SD Muhammadiyah lain yang menghasilkan peserta didik berkualitas baik seperti SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 yang berhasil meraih peringkat 7 UN SD Se Kota Yogyakarta dan peringkat ke-3 SD Muhammadiyah se Kota Yogyakarta, tetapi peneliti memilih SD Muhammadiyah Demangan sebagai tempat penelitian, karena peneliti ingin mengetahui keberhasilan pendidikan dalam hal ini akan melihat anak yang berprestasi dan kurang berprestasi untuk mendukung penelitian dalam menentukan orangtua yang akan dijadikan informan untuk mengetahui peran edukatifnya dalam keberhasilan pendidikan anak.
SD Muhammadiyah dinilai tepat untuk melaksanakan penelitian ini karena selain mudah dijangkau oleh peneliti, juga belum banyak penelitian yang dilakukan di SD Muhammadiyah Demangan dan terdapat juga siswa berprestasi serta yang kurang berprestasi, sedangkan SD Muhammadiyah Sapen dan Wirobrajan banyak meraih prestasi sehingga kurang tepat untuk
(21)
dilakukan penelitian khususnya untuk mencari data siswa yang kurang berprestasi.
Berdasarkan beberapa hal yang terkait antara keterlibatan orangtua dalam mendidik dan keberhasilan pendidikan anak, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan tema “Peran Edukatif Orangtua dalam Keberhasilan Pendidikan Anak”.
B. Identifikasi Masalah
1. Belum banyak orangtua yang paham tentang peran edukatif mereka untuk anak karena keterbatasan pengetahuan, sehingga belum dapat melibatkan diri dalam proses pembelajaran anak di rumah.
2. Sebagian orangtua di SD Muhammadiyah Demangan kurang perhatian pada pendidikan anaknya karena keterbatasan pengetahuan.
3. Sebagian orangtua di SD Muhammadiyah Demangan belum mampu mendorong anak untuk berprestasi, karena orangtua belum melibatkan diri dalam proses belajar anak di rumah.
4. Kurangnya pengetahuan orangtua di SD Muhammadiyah Demangan tentang kebutuhan anak dalam hal pendidikan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, penelitian ini difokuskan pada:
(22)
2. Faktor pendukung dan penghambat orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak
.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keberhasilan pendidikan anak?
2. Bagaimana peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak? 3. Apakah faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pendidikan anak? 4. Faktor pendukung dan penghambat apa yang dirasakan orangtua dalam
melaksanakan peran edukatif untuk keberhasilan pendidikan anak?
E. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh atau mendeskripsikan peran edukatif dan faktor pengdukung serta penghambat orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak.
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat membantu mengembangkan teori tentang peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak.
b. Dapat membantu mengembangkan teori tentang faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pendidikan anak.
(23)
c. Dapat membantu mengembangkan teori tentang faktor pendukung dan penghambat yang dirasakan orangtua dalam melakukan peran edukatif untuk keberhasilan pendidikan anak.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Orangtua
1) Dapat mengetahui keberhasilan pendidikan di SD Muhammadiyah Demangan.
2) Dapat mengetahui peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak.
3) Dapat mengetahui faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pendidikan anak.
4) Dapat mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dirasakan orangtua dalam melakukan peran edukatif untuk keberhasilan pendidikan anak.
b. Bagi Sekolah atau Guru
1) Sekolah dapat meningkatkan partisipasi orangtua di sekolah untuk menunjang keberhasilan pendidikan anak.
2) Sebagai referensi pengetahuan dalam menunjang keberhasilan pendidikan di sekolah.
c. Bagi Peneliti
1) Dapat mengetahui peran edukatif dan faktor pendukung serta penghambat orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak.
(24)
2) Dapat mengetahui faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pendidikan anak.
(25)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Edukatif Orangtua 1. Pengertian Peran Edukatif
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, peran adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat, sedangkan menurut Friedman dalam Dian Prihatini (2013: 10), peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal. Kemudian Abu Ahmadi (1991: 89), mengartikan peran sebagai deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan seseorang/lembaga yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Peran meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan (Soerjono Soekanto, 1982: 238).
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi keempat mengatakan edukatif adalah semua hal yang bersifat mendidik atau berkenaan dengan pendidikan. Sedangkan Sardiman (2006: 8) berpendapat edukatif adalah segala sesuatu yang dilakukan secara sadar, mempunyai tujuan untuk mendidik dan mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan. Pendidikan
(26)
dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat “sadar tujuan” yang secara sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Perubahan tingkah laku merupakan proses yang harus dilalui dan tanpa proses itu tujuan tidak dapat tercapai. Proses yang dimaksud adalah proses pendidikan dan pengajaran. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar/siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan di dalam kehidupan. Dengan demikian, manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu merupakan hasil belajar, tetapi tidak semua hasil belajar berlangsung secara sadar dan terarah, sehingga perlu adanya pengarahan atau bimbingan secara sistematis. Di sinilah diperlukan guru untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik. Dalam proses edukatif harus mengandung ciri-ciri sebagai berikut: a. Ada tujuan yang ingin dicapai.
b. Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi. c. Ada pelajar yang aktif mengalami.
d. Ada guru yang melaksanakan. e. Ada metode untuk mencapai tujuan.
f. Ada situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.
g. Ada penilaian terhadap hasil interaksi (Sardiman A.M., 2006: 12-13).
(27)
Dari paparan yang ada, dapat disimpulkan bahwa peran edukatif orangtua merupakan serangkaian perilaku yang dilakukan secara sadar, sistematis dan terarah oleh orangtua dengan tujuan untuk mendidik dan mengantarkan anak ke arah kedewasaan.
2. Pengertian Pendidikan
Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini. Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan peradaban manusia, berkembang pula isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaraan pendidikan. Hal ini sejalan dengan kemajuan manusia dalam pemikiran dan ide-ide tentang pendidikan (Dwi Siwoyo, dkk. 2008: 15).
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan yaitu merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Kemudian pendidikan menurut para ahli dalam Hasbullah (2012: 4-5), yaitu:
a. Menurut Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
b. Menurut John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
(28)
c. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, yang maksudnya, bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Dari beberapa pengertian pendidikan yang berbeda-beda menurut para ahli, namun secara essensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik dan tujuan (Hasbullah, 2012: 5).
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Manusia dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan dididik. Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan, kegiatan pendidikan berkembang dari konsep paedagogi, andragogi dan education. Dalam konsep paedagogi, kegiatan pendidikan hanyan ditujukan pada anak yang belum dewasa dan tujuannya mendewasakan anak, tetapi karena banyak hasil didikan yang justru menggambarkan perilaku yang tidak dewasa, maka sebagai antithesis dari kenyataan, muncullah gerakan andragogi. Selanjutnya muncul gerakan modern yang berupa konsep education yang berfungsi ganda, yaitu “transfer of knowledge” dan “making scientific of attitude”. Coser at all mengungkapkan:“Education is the deliberate, formal transfer of knowledge, skill and values from one
(29)
person to another”. Sementara itu dalam Webster disebutkan “education is the process of training and developing the knowledge, skill, mind, character ect especially by formal schooling”. Kaidah-kaidah tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan ada pendidik yang berfungsi sebagai pelatih, pengembang, pemberi atau pewaris, kemudian terdapat bahan yang dilatihkan, dikembangkan, diberikan dan diwariskan yaitu pengetahuan, keterampilam, berfikir, karakter yang berupa bahan ajar, serta ada murid yang menerima latihan: pengembangan, pemberian dan pewarisan pengetahuan, keterampilan, fikiran, dan karakter. (Hasbullah, 2012: 6-9)
3. Pengertian Mendidik
Sutari Imam Barnadib (1976: 10) mengutarakan manusia tidak cukup memberi makan-minum dan pakaian kepada anak-anaknya, tetapi manusia wajib mendidik anak-anaknya. Manusia mendidik anak-anaknya dengan penuh rasa cinta dan kasih dengan harapan anaknya nanti dapat menjadi manusia yang pandai, susila serta melebihi orang tuanya. Dengan mendasarkan pada pengertian para ahli dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001: 69-71), mendidik dapat diartikan sebagai berikut:
a. Menurut langeveld, mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usahanya membimbing anak agar menjadi dewasa.
b. Menurut Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya dengan tanggungan sendiri.
c. Menurut Heyster, mendidik adalah membantu manusia dalam pertumbuhan, agar kelak mendapat kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya dengan tidak mengganggu orang lain.
(30)
d. Menurut Brojonagoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
e. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Mendidik adalah memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran. Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani. Mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Mendidik tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values. Mendidik diartikan lebih komprehensif, yakni usaha membina diri anak didik secara utuh, baik secara kognitif, psikomotorik maupun afektif agar tumbuh sebagai manusia yang berkepribadian. Berkait dengan pembentukan kepribadian anak didik, maka mendidik juga harus merupakan usaha memberikan tuntutan kepada anak didik untuk dapat berdiri sendiri dengan norma-norma kemanusiaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa, yaitu Pancasila. Untuk mengantarkan anak ke tingkat itu, memerlukan berbagai komponen dan proses, seperti kegiatan penyampaian materi pelajaran, kegiatan motivasi, penanaman nilai-nilai yang sesuai dengan materi yang diberikan, karena itulah mendidik harus merupakan usaha untuk memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses internalisasi nilai-nilai pada dirinya, sehingga akan lahir suatu sikap yang baik. (Sardiman A.M., 2006: 52-54)
(31)
4. Cara Mendidik
Dalam mendidik, harus ada prinsipnya yang merupakan ketentuan pokok yang harus kita taati dalam kegiatan mendidik. Maya Suharto (2009) berpendapat ada tiga prinsip yang harus diketahui orangtua dalam mendidik anak yaitu:
a. Mendidik dengan cinta. b. Belajar dari alam. c. Setiap anak unik.
Berdasarkan paparan yang ada, dapat diketahui bahwa prinsip dalam mendidik perlu diketahui orangtua agar orangtua dalam mendidik anak tidak melampaui batas-batas yang dapat menghalangi anak untuk berkembang.
Suhartin Citrobroto (1986: 99) mengatakan bahwa dalam mendidik diperlukan juga teknik mendidik, yaitu sebagai berikut:
a. Memberi contoh dan menyuruh mencontoh. b. Membiasakan.
c. Memberi penjelasan. d. Memberi dorongan. e. Menyuruh dan melarang. f. Berdiskusi.
g. Memberi tugas dan tanggung jawab. h. Memberi bimbingan dan penyuluhan. i. Mengajak berbuat.
(32)
j. Memberi kesempatan mencoba. k. Menciptakan situasi yang baik.
l. Mengadakan pengawasan dan pengecekan.
Dalam mendidik, perlu juga adanya pendekatan yang positif oleh orangtua. Tim Pustaka Familia (2006: 215-220) berpendapat kunci pertama yang bisa dilakukan orangtua sebenarnya sederhana, yaitu memberdayakan seluruh inderanya. Dari sinilah awalnya sikap tanggap dan perduli pada anak: melihat, mendengar, menyentuh, mencium dan mengecap (dua hal yang terakhir mungkin lebih berkaitan dengan faktor eksternal yang sederhana tapi penting seperti, mencium bau bahwa anak kita buang air sehingga tidak membiarkannya basah berlama-lama, juga merasakan apakah nasi tim yang kita buat terlalu asin, atau air jeruk yang kita peras terlalu asam). Berikut adalah uraian pendekatan yang positif oleh orangtua:
a. Memberdayakan Seluruh Indera
Dengan memberdayakan inderanya orang tua belajar menjadi tanggap dan mengenali anaknya selangkah demi selangkah.
b. Komunikasi dan Diskusi
Orangtua dan anak memerlukan komunikasi dua arah, karena orang tua menempatkan diri sejajar dengan anaknya, maka orangtua perlu memberi kesempatan pada anak untuk mengungkapkan seluruh perasaan dan pendapatnya.
c. Memberi Kesempatan
Supaya anak-anak dapat memberdayakan seluruh kemampuannya, mereka harus diberi kesempatan, sementara orang tua tetap melakukan pengawasan dan siap membantu jika dibutuhkan. Berbagai buku dan artikel telah banyak membahas bahwa masa kanak-kanak adalah masa eksplorasi, masa mencari, dan masa ingin tahu. Maka apabila kesempatan ini dihilangkan, anak mungkin akan menjadi seorang yang takut mencoba dan takut gagal sampai dewasa.
(33)
d. Mengajak dan Mendorong
Meski belum bisa memngungkapkan dengan kata-kata, sejak kecil anak sudah dapat merasa bahwa ia dihargai. Maka mereka akan sangat berbahagia apabila orangtua bersedia mengajak dan mendorong mereka.
e. Mengarahkan
Bagaimanapun, usia dan pengalaman (termasuk pendidikan) memang membuat kemampuan anak hampir pasti tidak sebanding dengan kemampuan orangtuanya. Tetapi yang bisa dilakukan orangtua adalah memberikan pengarahan dan kesempatan untuk hal-hal yang harus diselesaikan anak.
f. Memberi teladan
Akan sulit meminta anak melakukan sesuatu kalau ia tidak melihat teladan langsung dari orang-orang terdekat khususnya ayah dan ibu atau orangtua.
g. Merubah Lingkungan Rumah dan Keluarga
Anak-anak membutuhkan dukungan lingkungan untuk melakukan segala sesuatu, sehingga orangtua perlu menata lingkungan sekitar supaya mendukung hal-hal yang diinginkan.
h. Menitipkan Anak di Taman Bermain
Playgroup atau taman bermain harus mempunyai nilai lebih dalam semua hal ketimbang kalau anak tetap bermain dan belajar di rumah. i. Kebersamaan dengan Orangtua
Dari segi fasilitas, tidak perlu mainan dan peralatan yang mahal. Yang lebih penting adalah kebersamaan dan bagaimana membiarkan anak berkreasi dengan bahan-bahan yang sederhana.
j. Memuji
Yang sering dilupakan orang tua mungkin bukan karena tidak mau, tetapi lebih karena sebagian orang tua khawatir anak-anaknya akan menjadi besar kepala adalah memuji anak, karena orangtua cenderung melihat perbuatan baik anaknya sebagai sesuatu yang sudah semestinya. Tetapi pendekatan yang positif tetap meyakini bahwa kedekatan, kehangatan, teladan, pujian, dorongan adalah “sumbangan” yang cukup besar untuk mengantar anak menjadi dewasa yang dapat dibanggakan.
(Tim Pustaka Familia, 2006: 215-220).
Agus Widodo (2012: 105-206) mengatakan bahwa dalam mendidik perlu adanya penerapan pendidikan karakter dalam keluarga. Keluarga merupakan lingkungan, sekaligus sarana pendidikan non-formal yang paling dekat dengan anak. Kontribusi terhadap keberhasilan pendidikan anak didik cukup besar. Rata-rata anak didik mengikuti pendidikan di
(34)
sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30 persen. Selebihnya (70 persen), anak didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30 persen saja terhadap hasil pendidikan anak. Sementara sisanya (70 persen), lingkungan keluarga ikut andil dalam keberhasilan pendidikan anak didik. Periode yang paling sensitif menentukan adalah pendidikan dalam keluarga yang menjadi tanggungjawab orangtua. Pola asuh adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak. Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak dapat digantikan oleh lembaga pendidikan mana pun. Pendidikan dalam keluarga sangat diperlukan untuk membangun sebuah community of learner tentang pendidikan anak, serta sangat diperlukan menjadi sebuah kebijakan pendidikan dalam upaya membangun karakter bangsa secara berkelanjutan.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan atau karakter pada anak, sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orangtua. Pola asuh ini dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua, yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan sebagainya) dan kebutuhan non-fisik seperti perhatian, empati, kasih sayang dan sebagainya (Agus Wibowo, 2012: 112). Hal ini dikarenakan karakteristik anak adalah meniru apa yang dilihat, didengar, dirasa dan dialami, maka karakter mereka akan
(35)
terbentuk sesuai dengan pola asuh orangtua tersebut. Dengan kata lain anak akan belajar apa saja termasuk karakter, melalui pola asuh yang dilakukan orangtua mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pola asuh yang diterapkan oleh orangtua terhadap anaknya akan menentukan keberhasilan pendidikan karakter mereka dalam keluarga (Agus Wibowo, 2012: 117).
Orangtua merupakan teladan bagi anaknya, sehingga dalam mendidik anak perlu adanya teladan yang baik dari orangtua. Orangtua adalah pihak yang paling dekat dengan anak sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dan dengan mudah ditiru anak. Hal ini seperti pribahasa “air cucuran atap, jatuhnya kepelimbahan juga” yang erat kaitannya dengan tauladan orangtua atas anak. Menurut pribahasa itu, tabiat, perilaku atau apa saja dari orangtua akan menurun atau diikuti oleh anaknya. Pribahasa yang sama adalah “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Selain itu, banyak penelitian psikologi yang mengungkap bahwa sebagian besar yang anak-anak pelajari tidak berasal dari apa yang orang tua katakana ketika mengajar anaknya, namun sebagian besar anak-anak belajar dari teladan orang tuanya (Agus Wibowo, 2012: 120-121).
Lina Erliana dalam Agus Wibowo (2012: 121) mengemukakan bahwa anak adalah peniru ulung. Semua aktivitas orangtua selalu dipantau anak dan dijadikan model yang ingin dicapainya, atau dengan kata lain semua perilaku orangtua termasuk kebiasaan buruk yang dilakukan akan
(36)
mudah ditiru oleh anak. Terdapat beberapa kiat menjadi orang tua yang ideal serta figur tauladan yang baik bagi anak, yaitu:
a. Mengubah pola mendidik anak dan mulai menerapkan pola child center, artinya orangtua harus mengambil posisi sejajar dengan anak atau menjadikan orangtua sebagai sahabat anak.
b. Menyediakan waktu untuk anak. Komunikasi yang baik memerlukan waktu yang berkualitas dan ini yang kadang tidak dipikirkan oleh orang tua. Orangtua sebaiknya dapat menyelami perasaan senang, sedih, marah maupun keluh kesah anak.
c. Para orangtua khususnya kaum ibu dituntut untuk mampu mengenali bahasa tubuh dari anak. Dengan mengenali bahasa tubuh secara baik, orangtua diharapkan dapat memberikan kasih sayang yang tidak hanya dilontarkan dalam kata-kata, tetapi lewat sentuhan bahasa tubuh. d. Orangtua harus bisa memahami perasaan anak.
e. Menjadi pendengar yang aktif untuk anak. (Agus Wibowo, 2012: 121)
Dari beberapa cara mendidik yang diungkapkan oleh beberapa pakar, maka peneliti memilih cara mendidik yang diungkapkan oleh Suhartin Citrobroto (1986: 99) yang membahas tentang teknik mendidik, Agus Wibowo (2012: 105-106) yang membahas tentang perlunya pendidikan karakter dalam keluarga dan Agus Wibowo (2012: 112 dan 117) yang membahas bahwa model pola asuh orangtua menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak.
B. Keberhasilan Pendidikan Anak
Sutari Imam Barnadib (1976: 33) berpendapat bahwa dasar pendidikan yang utama adalah “rasa cinta kepada anak”. Tanpa adanya rasa cinta tidak akan mungkin pendidikan itu berhasil. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Sistem Among, yang berasal dari bahasa jawa dan mempunyai arti seseorang yang tugasnya “ngemong” atau “momong” yang jiwanya penuh pengabdian.
(37)
Sistem among yaitu menyokong kodrat alamnya anak-anak didik agar dapat mengembangkan hidup lahir dan batin menurut kodratnya masing-masing. Sistem among ini merupakan sebuah system yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar kemerdekaan, sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak, sehingga dapat hidup merdeka (berdiri sendiri) dan kodrat alam, sebagai syarat untuk mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. Ki Hadjar Dewantara menjadikan “Tutwuri Handayani” sebagai semboyan Sistem Among. Tutwuri Handayani, tidak lain berarti pengakuan terhadap otonomi individu untuk berkembang, namun tidak terlepas dari dialog atau interaksi dari manusia lain termasuk pendidik, yang kemudian ditambahkan dua semboyan dari RMP. Sosrokartono, yaitu “Ing madya mangun karsa” (di tengah membangkitkan kehendak, memberi motivasi) dan “Ing ngarsa sung tulada” (di depan memberi contoh).
Abdullah Idi (2011: 168) mengatakan pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi pendidikan. Keberhasilan pendidikan bukan hanya dapat diketahui dari kualitas individu, melainkan juga keterkaitan erat dengan kualitas kehidupan masyarakat dan bernegara. Dari beberapa paparan inilah dapat diketahui bahwa keberhasilan pendidikan anak dapat dilihat dari dua aspek, yaitu dengan melihat prestasi belajar dan melihat karakternya sebagai berikut:
(38)
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi keempat (2008:1101), prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Lanawati dalam Reni Akbar-Hawadi (2004: 168) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa.
Prestasi belajar adalah hasil dari suatu proses pembelajaran yang diukur melalui pengeukuran hasil belajar. Sugihartono (2007: 130) berpendapat bahwa pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Prestasi belajar yang dimaksud adalah tingkat penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditunjukkan dengan skor atau nilai. Sedangkan menurut Supriono (2008: 90), prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotori setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan intrumen tes atau instrument yang relevan.
Budi Raharja dalam Rukisno Eko Saputro (2013: 38) mengungkapkan prestasi atau hasil belajar adalah tingkat keberhasilan
(39)
siswa mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diukur melalui tes. Hal ini juga dijelaskan oleh Arif Gunarso (1993), bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 723), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003: 54-71), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Sedangkangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Hal ini juga diungkapkan oleh Pitadjeng (2006: 65), bahwa ada dua faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar. Berikut rincian faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar:
1) Faktor-faktor Intern: a) Faktor Jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh; b) Faktor Psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan; c) Faktor Kelelahan.
2) Faktor-faktor Ekstern
a) Faktor Keluarga: (1) Cara orangtua mendidik; (2) Relasi antara anggota keluarga; (3) Suasana rumah; (4) Keadaan ekonomi keluarga; (5) Pengertian orangtua; (6) Latar belakang kebudayaan.
b) Faktor Sekolah: Metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
(40)
pelajaran, waktu pelajaran, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.
c) Faktor Masyarakat: Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
(Slameto, 2003: 54-71 dan Pitadjeng, 2006: 65) 2. Karakter Anak
Simon Philips dalam Fatchul Mu’in (2011: 160) berpendapat bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Kemudian menurut Doni Koesoema, memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir. Sedangkan Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ian menunjukkan bagaimana seseorang bertingkahlaku. Yang kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. (Fatchul Mu’in, 2011: 160). Terdapat beberapa unsur-unsur yang menunjukkan bagaimana karakter seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Sikap
Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian karakternya, bahkan dianggap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut. Tentu saja tidak sepenuhnya benar, tetapi dalam hal tertentu sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada di hadapannya, biasanya menunjukkan bagaimana karakternya. Menurut Oskamp dalam Fatchul Mu’in (2011: 169), sikap dipengaruhi oleh proses evaluative yang dilakukan individu. Mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif sebagai berikut:
(41)
2) Pengalaman personal. 3) Pengaruh orangtua.
4) Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat memberi pengaruh individu.
5) Media massa, yaitu media yang hadir di tengah masyarakat. b. Emosi
Emosi adalah gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku dan juga merupakan proses fisiologis.
c. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi sangatlah penting untuk membangun watak dan karakter manusia.
d. Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan adalah komponen konatif dari faktor sosiopsikologis. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, tidak direncanakan. Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang. Kemauan berkaitan erat dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.
e. Konsepsi Diri
Konsepsi diri penting karena biasanya tidak semua orang perduli pada dirinya. Orang yang sukses biasanya adalah orang yang sadar bagaimana dia membentuk wataknya. Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar, tentang bagaimana karakter dan diri kita dibentuk.
(Fatchul Mu’in, 2011: 168-179)
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil pencarian yang dilakukan dapat diketahui bahwa penelitian mengenai peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak belum pernah dilakukan sebelumnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa penelitian relevan yang akan diuraikan sebagai berikut.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Akmal Janan Abror (2009: 1) dengan judul “Pola Asuh Orangtua Karir dalam Mendidik Anak (Studi Kasus Keluarga Sumaryadi, Komplek TNI AU Blok K No 12 Lanud Adi sutjipto
(42)
Yogyakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang penerapan pola asuh orangtua karir di keluarga Sumaryadi dalam mendidik anak, faktor pendukung dan penghambat serta hasil yang telah dicapai. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar di keluarga Sumaryadi tepatnya di Komplek TNI AU Blok K No 12 Lanud Adisutjipto Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua karir di keluarga Sumaryadi adalah pola asuh demokratis. Pola asuh ini ditinjau dari cara memberi peraturan, penghargaan, hukuman, otoritas dan perhatian kepada anak; 2) Faktor pendukung pola asuh orangtua karir dalam mendidik anak adalah keadaan ekonomi orangtua, pengalaman, pendidikan, keadaan anak, bantuan dari pihak lain dan lingkungan yang representatif. Adapun faktor penghambatnya adalah pekerjaan yang menyebabkan keterbatasan waktu dan kelelahan, serta keterbatasan pemahaman agama; 3) Hasil yang dicapai adalah anak pertamanya mendapatkan prestasi akademik, memiliki kemandirian, pengalaman agama dan perilaku sosial yang baik. Sedangkan anak keduanya dapat menjadi balita yang terbiasa dengan ketidakhadiran orangtua di sisinya namun tetap mengenalinya, dapat tumbuh secara normal dan selalu terawat.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Lutfiatun So’imah (2012:1) dengan judul “Hubungan Antara Perhatian Orangtua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD/MI di Kelurahan Mandisari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
(43)
perhatian orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas V SD/Mi di Kelurahan Mandisari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah koesioner dan dokumen. Alat penelitian yang digunakan yaitu angket untuk mencari skor perhatian orangtua dan dokumen yang diambil dari prestasi belajar siswa semester gasal. Validitas dan reliabilitas instrument penelitian ini dengan menggunakan expert judgement dari dosen ahli dan uji coba di SD N Wacakumpul dengan jumlah responden 33 siswa. Penelitian ini termasuk penelitian populasi, yaitu seluruh siswa kelas V SD/MI di Kelurahan Mandisari dan 24 siswa dari MI Mandisari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas V SD/MI di Kelurahan Mandisari. Hubungan perhatian orangtua dengan melihat skor koefisien korelasi sebesar t = 0,532, termasuk kategori sedang.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ananto Nurhasan (2013: 1) dengan judul “Peranan Perhatian Orangtua Terhadap Kedisiplinan Belajar pada Siswa Kelas XI Program Keahlian Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam”. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui disiplin belajar siswa kelas XI Program Keahlian Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam; 2) mengetahui perhatian orangtua terhadap siswa kelas XI Program Keahlian Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam dalam hal pendidikan; dan 3) mengetahui pengaruh perhatian orangtua terhadap kedisiplinan belajar siswa
(44)
kelas XI Program Keahlian Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 135 siswa. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran angket atau koesioner. Teknik analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif, regresi sederhana dengan uji determinasi, uji F dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam tahun ajaran 2012/2013 memperoleh perhatian orangtua yang tergolong tinggi, yaitu sebanyak 44 siswa (37,64). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa disiplin belajar pada mayoritas siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam tahun ajaran 2012/2013 juga tergolong tinggi dengan jumlah sebanyak 47 siswa (40,24). Analisis regresi memberikan hasil yang menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari perhatian orangtua terhadap disiplin belajar siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam tahun ajaran 2012/2013. Uji determinasi menunjukkan bahwa peranan perhatian orangtua terhadap disiplin belajar siswa sebesar 81,2%. Pengujian hipotesis membuktikan bahwa hipotesis penelitian dapat diterima, yaitu “terdapat pengaruh positif dan signifikan dari perhatian orangtua terhadap disiplin belajar siswa pada kelas XI Program Keahlian Teknik Otomotif SMK Muhammadiyah 1 Salam tahun ajaran 2012/2013”.
(45)
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada karena belum ada peneliti yang melakukan penelitian ini, meskipun ada beberapa penelitian yang cukup relevan. Pada penelitian ini, peneliti memperdalam dan mengkaji keberhasilan pendidikan di SD Muhammadiyah Demangan, peran edukatif orangtua, faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pendidikan anak, dan faktor pendukung serta penghambat orangtua dalam melaksanakan peran edukatif untuk keberhasilan pendidikan anak. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Peneliti menggali informasi dan mendeskripsikan data berdasarkan hasil wawancara.
D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan paparan kajian teori dan kajian hasil penelitian yang relevan, maka dapat disusun kerangka pikir yang dapat menuntun jalannya penelitian ini menjadi lebih sistematis. Kerangka pikir ini disusun dengan memperhatikan adanya keterkaitan antar konsep yang terbangun menjadi suatu kerangka teori yang mencerminkan adanya saling hubungan antar konsep secara komprehensif. Bangunan teori ini berupaya menjelaskan peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak. Implementasi peran edukatif orangtua dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak karena anak membutuhkan dukungan orangtua dalam melaksanakan kegiatan kesehariannya, terutama dalam pendidikan.
Cara orangtua dalam mendidik anak sangat mempengaruhi kepribadian atau karakter anak, sehingga orangtua memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak dan keberhasilan pendidikan. Upaya orangtua dalam membantu
(46)
anak u pembe contoh memb tanggu memb pengaw mendi keluar anak kerang E. Pertan menge dapat d 1. Ba untuk merai entukan kar h dan me
eri doronga ung jawab,
eri kesemp wasan dan idik anak ter rga dan men memiliki p gka berpikir nyaan Pene Berdasark etahui pera disusun per agaimanaka ih keberhasi rakter anak enyuruh m
an, menyuru memberi patan menco pengeceka rsebut, juga nerapkan po prestasi dan r yang telah
Ga elitian kan rumusa an edukatif rtanyaan pen ah keberhasi ilan pendid k memerluk mencontoh,
uh dan mel bimbingan oba, mencip an. Selain a diperlukan ola asuh ya n memiliki h dibuat oleh
ambar 1. A
an masalah orangtua nelitian seb ilan akadem
ikan yang m kan bebera membiasak larang, berd dan penyu ptakan situa menerapka n penerapan ang baik. A karakter y h peneliti:
Alur Berpik
h dalam pe dalam keb agai berikut mik (prestasi meliputi pre apa teknik, kan, memb diskusi, me uluhan, me asi yang ba an beberap n pendidikan Anak dikatak yang baik. kir enelitian in berhasilan p
t: i) anak? estasi belaja yaitu mem beri penjel emberi tuga engajak ber aik, mengad pa teknik d n karakter d kan berhasi
Berikut s
ni, maka u pendidikan ar dan mberi lasan, s dan rbuat, dakan dalam dalam il jika skema untuk anak
(47)
2. Bagaimanakah keberhasilan non-akademik (karakter) anak?
3. Bagaimanakah cara orangtua mendidik anak dalam meraih keberhasilan akademik (prestasi)?
4. Bagaimanakah cara orangtua mendidik anak dalam meraih keberhasilan non-akademik (karakter)?
5. Faktor pendukung dan penghambat apakah yang dirasakan anak dalam meraih keberhasilan pendidikan?
6. Apakah faktor pendukung dan penghambat orangtua dalam mendidik anak?
(48)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jamal Ma’mur Asmani (2011: 40) mengatakan penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang, sedangkan menurut Lexy J. Moleong (2007:11), deskriptif merupakan suatu metode penyajian data dengan menggunakan kata-kata, gambar, dan bukan angka.
Basrowi dan Suwandi (2008:20) berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi dan implementasi model secara kualitatif. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain. Pendekatan ini merupakan suatu metode penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan suatu deskripsi tentang ucapan, tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam suatu setting tertentu pula. Kesemuanya itu dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik.
Peneliti memilih penelitian deskriptif ini karena penelitian ini menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, melukiskan dan menggambarkan peran edukatif orangtua dalam
(49)
keberhasilan pendidikan anak, sehingga penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Demangan. Peneliti memilih SD Muhammadiyah Demangan karena ingin mengetahui siswa berprestasi dan siswa yang kurang berprestasi. Kemudian sekolah ini juga mudah dijangkau tempatnya dan belum banyak penelitian yang dilakukan pada SD Muhammadiyah Demangan, sehingga peneliti mempunyai peluang cukup besar untuk melaksanakan penelitian di SD Muhammadiyah Demangan.
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari awal bulan Maret sampai dengan awal bulan Mei 2014.
C. Subjek Penelitian
Lexy J. Moleong (2006: 132) mengatakan subjek penelitian adalah informan. Informan adalah “orang-dalam” pada latar penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau tempat) penelitian. Penentuan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive atau berdasarkan tujuan tertentu.
Subjek penelitian ini adalah orangtua karena orangtua merupakan orang yang melaksanakan peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak. Informan dalam penelitian ini adalah 5 guru kelas yang terdiri dari guru kelas 3, guru kelas 4A, guru kelas 4B, guru kelas 5A, guru
(50)
kelas 5B, 10 orangtua yang terbagi menjadi 2, yaitu 5 orangtua anak yang berhasil dan 5 orangtua anak yang belum berhasil dalam pendidikan, serta 5 anak berprestasi dan 5 anak belum berprestasi. Guru kelas dalam penelitian ini merupakan informan untuk mengetahui anak yang berhasil dan belum berhasil dalam pendidikan, sedangkan orangtua merupakan informan untuk mengetahui bagaimana cara mereka melaksanakan peran edukatifnya untuk keberhasilan pendidikan anak dan anak untuk mengetahui peran edukatif orangtua yang diinginkan anak.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2007: 62) mengungkapkan teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan yaitu dengan melakukan berbagai teknik sebagai berikut:
a. Wawancara mendalam (Indepth Interview), merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstribusikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2007: 72). Wawancara dilakukan untuk mengetahui peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak dan pencapaian prestasi anak
b. Dokumentasi, merupakan cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta ijazah, raport, peraturan perundang-undangan, dan lain-lain yang memiliki keterkaitan
(51)
dengan masalah yang diteliti (Pohan, 2007: 74). Dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data dari teknik wawancara.
E. Pengabsahan Data
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi. Sugiyono (2007: 83) berpendapat triangulasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam pengabsahan data di sini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode untuk menemukan dan memperkuat hasil wawancara dan dokumentasi yang telah dilakukan. Triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang dilakukan melalui informan yang berbeda, sedangkan triangulasi metode yaitu cara mengecek kebenaran data yang diperoleh dari informan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda (Lexy J. Moleong, 1994: 178).
F. Instrumen Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mendukung kegiatan wawancara dan lembar dokumentasi data untuk mendukung kegiatan dokumentasi.
G. Teknik Analisis Data
Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 297) berpendapat analisis adalah suatu upaya mengurai menjadi bagian-bagian (decomposition),
(52)
sehing jelas d lebih j Suwan memil perma ini dan diguna Huber Data C pengum gga susunan dan karenan jernih dime ndi (2008: lah, memb asalahan pok n seberapa j
Dalam pe akan yaitu d rman (1992:
Ga
Pada gamb Collection,
mpulan dat
n atau tatan nya bisa sec engerti dudu
192), ana mbuang, m kok tentang auh data-da elaksanaan p dengan men : 20), sebag
ambar 2. A
bar analisis yaitu prose a penelitian
an bentuk s ara lebih te uk perkaran alisis data menggolongk
g tema apa ata ini dapat penelitian k nggunakan l ai berikut:
nalisis Dat
data di atas s memasuk n. sesuatu yan erang ditang nya. Sedang merupakan kan data yang dapat t menyokon kualitatif in langkah yan
a Miles and
s dapat dije ki lingkunga
ng diurai itu gkap makna gkan menu n usaha (p untuk m t ditemukan ng tema ters ni, teknik an
ng ditempuh
d Huberma
laskan seba an penelitian
u tampak de anya atau de rut Basrow proses) mem
menjawab n pada data sebut. nalisis data
h oleh Mile
an
agai berikut: n dan melak
engan engan wi dan milih, dua a-data yang es dan : kukan
(53)
Data Reduction, yaitu proses pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan.
Data Display, yaitu penyajian informasi untuk membarikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Conclusion Drawing/Verifying, yaitu penarikan kesimpulan dari data yang telah dianalisis.
(54)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN 1. Profil SD Muhammadiyah Demangan
SD Muhammadiyah Demangan berdiri pada tahun 1979 dengan gedung yang berada di tanah wakaf dan kepala sekolah ibu Siti Asma’. Pada tahun 1987 kepala sekolah diganti oleh bapak Jafarudi sampai tahun 2007. Kemudian tahun 2007 sampai sekarang SD Muhammadiyah Demangan dipimpin oleh ibu Sunarsih, S.Pd dengan pendidikan terakhir S1 program studi Administrasi Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta dan telah mempunyai pengalaman kerja selama 30 tahun. Pada tanggal 1 Juli 1994 SD Muhammadiyah Demangan pindah di tanah perserikatan Muhammadiyah dengan luas tanah 960 x 246 m2, luas bangunan 730 x 232 m2 dan memiliki gedung permanen/tembok yang terdiri dari 2 lantai. SD Muhammadiyah ini terletak di Jl. Jatayu GKI/226 Kelurahan Demangan, kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta dengan Kode Pos 55221. SD Muhammadiyah Demangan berada di tengah pemukinan warga masyarakat dan berada di dekat Taman Kanak-kanak (TK). Sekolah ini juga berada di lingkungan yang mudah dijangkau dan berada di lingkungan yang tenang serta nyaman karena jauh dari jalan raya.
(55)
2. Visi dan Misi SD Muhammadiyah Demangan
SD Muhammadiyah Demangan memiliki visi dan misi untuk menunjang kemajuan peserta didik. Visi sekolah ini yaitu “Pintar menegakkan ajaran islam, unggul dalam prestasi berlandaskan IMTAQ dan IPTEK”. Sedangkan misi SD Muhammadiyah Demangan yaitu:
1. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Islam sebagai sumber perilaku.
2. Melaksanakan bimbingan sholat dan baca tulis Al-Qur’an. 3. Menciptakan suasana sekolah yang berkarakter islami.
4. Menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sehingga potensi siswa dapat berkembang secara optimal.
5. Melaksanakan bimbingan belajar mengajar terus-menerus dan menyeluruh sesuai dengan potensi siswa.
6. Menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif, sehingga dapat menumbuhkan semangat untuk belajar dan kerja yang tinggi pada semua warga sekolah.
7. Melaksanakan pembelajaran komputer dan internet kepada siswa sesuai potensi siswa.
8. Menerapkan dan mendorong partisipasi aktif kepada warga sekolah dan komite sekolah.
9. Menumbuhkembangkan kreativitas siswa sesuai dengan kemampuan dan bakat masing-masing siswa.
(56)
3. Fasilitas di SD Muhammadiyah Demangan
SD Muhammadiyah Demangan memiliki fasilitas sekolah atau sarana prasarana yang cukup memadai, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Fasilitas atau Sarana di SD Muhammadiyah Demangan No. Sarana/Ruang Jumlah Kondisi
1. Ruang Belajar 14 Baik
2. Perpustakaan 1 Baik
3. Masjid 1 Baik
4. Laboratorium Sains 1 Baik
5. Laboratorium Komputer 1 Baik
6. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
7. Ruang Guru 1 Baik
8. Koperasi 1 Baik
9. Gudang 1 Baik
10. UKS 1 Baik
11. Kamar Mandi 8 Baik
12. Parkiran 1 Baik
13. OHP 2 Baik
14. Televisi 2 Baik
15. Tape Recorder 1 Baik
16. Tustel 1 Baik
17. Komputer 25 Baik
18. VCD/DVD Player 1 Baik
19. CD Pembelajaran 2 set Baik
20. Sound Sistem 1 set Baik
21. Scanner 2 Baik
22. Mesin Ketik Manual 1 Baik
(Profil SD Muhammadiyah Demangan)
4. Pembinaan Bakat dan Minat di SD Muhammadiyah Demangan
SD Muhammadiyah Demangan melaksanakan proses belajar mengajar berdasarkan pada Kurikulum Dinas, Kurikulum Muhammadiyah dan pembinaan bakat serta minat. Pembinaan bakat dan minat yang dilaksanakan yaitu antara lain sebagai berikut:
a. Tapak Suci b. Batik
(57)
c. Pramuka d. Drumb Band e. Komputer f. Qori’ah g. Seni Tari h. Seni Lukis i. TPA j. Seni Suara
k. English Conversation Club (ECC) l. Seni Musik.
B. HASIL PENELITIAN
1. Keberhasilan Pendidikan Anak di SD Muhammadiyah Demangan Keberhasilan pendidikan di SD Muhammadiyah Demangan cukup baik yang dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa guru sebagai berikut:
a. Prestasi Anak SD Muhammadiyah Demangan
Tabel 2. Prestasi yang Diraih SD Muhammadiyah Demangan
No. Kejuaraan Tingkat Tahun
1. Juara II OSN Kecamatan 2013/2014
2. Juara II Olimpiade IPA UPT 2013/2014
3. Juara I MHQ Provinsi 2013/2014
4. Maju ke semifinal Olimpiade Matematika
(58)
Peserta didik SD Muhammadiyah Demangan tidak semuanya telah berhasil meraih keberhasilan yang berupa prestasi. Keberhasilan ini dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Berikut adalah perbedaan prestasi antara anak yang telah berhasil dan belum berhasil.
“Keberhasilan pendidikan atau prestasi anak baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor berbeda antara anay yang berhasil dan belum berhasil dalam pendidikan. Untuk anak yang berhasil memiliki kognitif, afektif dan psikomotor baik. Sedangkan anak yang belum berhasil memiliki kognitif dan afektif cukup, tetapi psikomotornya bagus, karena anak ini pandai menggambar dan menciptakan ide, terampil dan telaten dalam mengerjakan tugas kerajinan. Prestasi yang berhasil diraih oleh anak yang berhasil dalam pendidikan yaitu mendapat peringkat 1 di kelas dan dapat maju ke semifinal Olimpiade Matematika tingkat Kota Yogyakarta. Sedangkan untuk anak yang belum berhasil belum pernah mendapat prestasi.” (GrKls3/150314)
Guru kelas lain juga mengungkapkan bahwa keberhasilan masing-masing anak berbeda, yaitu sebagai berikut:
“Keberhasilan pendidikan atau prestasi anak dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor berbeda antara anak yang berhasil dan belum berhasil. Anak yang berhasil memiliki kognitif, afektif dan psikomotor baik. Sedangkan anak yang belum berhasil memiliki kognitif, afektif dan psikomotor sedang atau cukup. Anak yang dikatakan berhasil dalam pendidikan adalah anak yang berprestasi. Anak ini telah berhasil meraih peringkat 1 di kelas. Sedangkan anak yang belum berhasil dalam pendidikan belum pernah mendapat prestasi.” (GrKls4A/220314)
“Keberhasilan pendidikan atau prestasi anak baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor berbeda antara anak yang berhasil dan belum berhasil dalam pendidikan. Untuk anak yang berhasil memiliki kognitif, afektif dan psikomotor baik. Sedangkan anak yang belum berhasil memiliki kognitif, afektif, dan psikomotor cukup. Anak yang berhasil dalam pendidikan,
(59)
kelas. Sedangkan untuk anak yang belum berhasil belum pernah mendapat prestasi.” (GrKls4B/290314)
Dari hasil wawancara dengan ketiga guru kelas, yaitu guru kelas 3, guru kelas 4A dan guru kelas 4B, maka dapat diketahui bahwa anak yang telah berhasil meraih pendidikan adalah anak yang memiliki aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang bagus dan berimbang. Selain itu, mereka adalah anak-anak yang berhasil meraih prestasi baik mendapat rangking 1 di kelas maupun mengikuti lomba Olimpiade antar sekolah. Hal ini dapat diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan guru kelas lain, yaitu sebagai berikut:
“Keberhasilan pendidikan atau prestasi anak baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor hampir sama antara anak yang berhasil dan belum berhasil dalam meraih pendidikan. Untuk anak yang berhasil memiliki kognitif, afektif dan psikomotor yang baik. Sedangkan anak yang kurang berhasil memiliki kognitif yang cukup, afektif baik dan psikomotor sangat baik. Anak yang berhasil dalam pendidikan memiliki prestasi yaitu mendapat rangking 1 di kelas dan Juara II Olimpiade IPA tingkat UPT Wilayah Yogyakarta Utara. Sedangkan anak yang kurang berhasil tidak mendapat rangking 1 di kelas, tetapi anak yang belum berhasil dalam pendidikan menjadi juara I Renang Gaya Bebas dan juara I Olimpiade Renang tingkat Kota Yogyakarta.” (GrKls5A/050414)
Wawancara yang terakhir adalah dengan guru kelas 5B yang mengungkapkan tentang keberhasilan pendidikan anak sebagai berikut:
“Keberhasilan pendidikan atau prestasi anak kelas 5B baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomor berbeda antara anak yang berhasil dan belum berhasil dalam pendidikan. Untuk anak yang berhasil memiliki kognitif, afektif dan psikomotor yang baik. Sedangkan anak yang belum berhasil memiliki kognitif cukup, afektif baik dan psikomotor cukup. Prestasi yang telah diraih anak yang berhasil dalam pendidikan adalah
(60)
meraih rangking 1 di kelas. sedangkan anak yang belum berhasil belum pernah meraih prestasi.” (GrKls5B/120414)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru kelas, maka dapat diketahui bahwa anak yang berhasil dalam meraih pendidikan adalah anak yang memiliki kognitif, afektif dan psikomotor yang baik dan seimbang, sedangkan anak yang belum berhasil meraih pendidikan kognitif, afektif dan psikomotornya belum seimbang karena masih menonjol pada salah satu dari ketiga aspek yang ada. Selain itu, anak yang berhasil dalam pendidikan adalah anak yang meraih rangking 1 di kelas atau menjadi juara dalam olimpiade antar sekolah. Sedangkan anak yang belum berhasil belum pernah meraih prestasi, tetapi ada juga anak yang meraih juara dalam olimpiade renang karena menurut guru kelas 5A anak ini memiliki psikomotor yang sangat baik.
b. Karakter Anak SD Muhammadiyah Demangan
Keberhasilan pendidikan karakter peserta didik SD Muhammadiyah Demangan sama halnya dengan prestasi, yaitu memiliki perbedaan antara anak yang berhasil dan belum berhasil dalam pendidikan. Perbedaan ini dapat dilihat dari segi sikap atau perilaku, emosi, kepercayaan diri, serta kebiasaan dan kemauan anak. Berikut adalah hasil wawancara dengan guru kelas.
“Anak yang berhasil dalam pendidikan karakter itu memiliki sikap atau perilaku yang baik. Anak ini mempunyai rasa percaya diri yang baik, tanggung jawab dan patuh terhadap
(61)
kemauan atau motivasi yang baik mbak, tetapi untuk anak yang belum berhasil itu memiliki sikap atau perilaku yang kurang baik. Anak ini belum bisa mengontrol emosi, kurang disiplin dan kurang memiliki motivasi atau kemauan untuk belajar karena terkadang itu mudah menyerah dan putus asa mbak.” (GrKls3/150314)
Selain wawancara dengan guru kelas kelas 3, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa guru lain. Berikut hasil wawancara dengan guru kelas 4A.
“anak yang berhasil dalam pendidikan karakter di kelas 4A itu memiliki sikap atau perilaku yang baik. Anak ini mempunyai sikap yang mandiri, tanggung jawab, patuh terhadap aturan, dapat mengontrol emosi, disiplin dan mempunyai kemauan belajar yang baik. Tetapi untuk anak yang belum berhasil cenderung memiliki sikap yang kurang baik. Anak ini kurang bertanggung jawab terhadap tugasnya, belum bisa mengontrol emosi, kurang disiplin dan kurang memiliki motivasi dalam belajar.” (GrKls4A/220314)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua guru kelas di atas, dapat diketahui bahwa karakter antara anak yang berhasil dan belum berhasil dalam pendidikan terdapat perbedaan. Anak yang berhasil memiliki karakter yang baik dan anak yang belum berhasil memiliki karakter yang kurang baik. Uraian ini didukung dengan hasil wawancara dengan guru kelas lain sebagai berikut:
“Anak yang berhasil dalam pendidikan karakter memiliki sikap atau perilaku yang baik. Anak ini pandai memimpin temannya, berwibawa, tegas, percaya diri, tanggung jawab, disiplin dan memiliki kemauan belajar yang baik. Sedangkan untuk anak yang belum berhasil memiliki perilaku yang kurang baik. Anak ini terkadang belum bisa mengontrol emosinya, kurang disiplin, malas, kurang termotivasi untuk sekolah, tetapi dia memiliki kepercayaan diri yang bagus.” (GrKls4B/290314)
(62)
Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas lain, yaitu sebagai berikut:
“Anak yang berhasil dalam pendidikan karakter di kelas 5A itu memiliki perilaku yang baik. Anak ini sopan, dapat mengontrol emosi, tekun, rajin. Anak ini cerdas mbak. Dia memiliki kemauan dan motivasi belajar yang bagus, tetapi dia cenderung memilih teman dalam bergaul mbak. Kalau anak yang kurang berhasil, dia memiliki sikap atau perilaku baik, jujur, sopan, mudah bergaul, dapat mengontrol emosi, tetapi motivasi dalam belajar masih perlu bimbingan lagi mbak.” (GrKls5A/050414)
“Anak yang berhasil dalam pendidikan karakter memiliki sikap atau perilaku yang baik, anak ini dapat mengontrol emosi dan memiliki motivasi belajar yang baik dalam belajar, tetapi untuk anak yang belum berhasil memiliki sikap atau perilaku yang kurang baik, kurang bisa mengontrol emosi dan kurang memiliki motivasi untuk belajar.” (GrKls5B/120414)
Berdasarkan uraian hasil wawancara yang ada, dapat diketahui bahwa anak yang berhasil dalam pendidikan karakter pada intinya memiliki karakter yang baik. Mereka memiliki sikap atau perilaku yang baik, dapat mengontrol emosi, disiplin, tanggung jawab dan memiliki kemauan atau motivasi untuk belajar yang baik, sedangkan untuk anak yang belum berhasil dalam pendidikan karakter cenderung memiliki karakter yang kurang baik. Sikap atau perilaku mereka kurang baik, kurang bertanggung jawab, belum bisa mengontrol emosi, kurang disiplin, malas dan kurang memiliki kemauan atau motivasi dalam belajar, bahkan ada anak yang kurang termotivasi untuk sekolah.
(63)
2. Peran Edukatif Orangtua dalam Keberhasilan Pendidikan Anak Orangtua merupakan orang yang paling dekat anak, karena anak setiap hari tinggal bersama orangtua. Keberhasilan seorang anak akan terlihat baik atau buruk karena cara mendidik orangtua terhadap anak. Hal ini membuktikan bahwa peran orangtua dalam mendidik anak itu sangat penting. Orangtua memiliki cara yang berbeda-beda tetapi pada intinya memiliki tujuan yang sama dalam mendidik untuk keberhasilan pendidikan anak, tetapi pada kenyataannya tidak semua orangtua berhasil membuat anak meraih keberhasilan pendidikan. Setelah melakukan penelitian pada orangtua siswa SD Muhammadiyah Demangan, peneliti mendapatkan beberapa cara orangtua dalam mendidik anak dan beberapa cara mendidik orangtua yang diinginkan anak atau peran edukatif orangtua menurut anak, yaitu sebagai berikut:
a. Peran Edukatif yang Dilakukan Orangtua
Peran edukatif orangtua dalam keberhasilan pendidikan anak baik prestasi maupun karakter dapat dilihat sebagai berikut:
1) Peran Edukatif Orangtua Anak yang Berhasil dalam Menempuh Pendidikan
a) Memberi Contoh dan Memberi Perintah untuk Mencontoh Orangtua dalam melakukan peran edukatifnya harus memberi contoh dan memberi perintah anak untuk mencontoh agar anak dapat melakukan beberapa hal yang telah dicontohkan oleh orangtua. Berikut adalah hasil wawancara
(64)
dengan orangtua terkait hal memberi contoh dan menyuruh mencontoh.
“Kami sebagai orangtua memberikan contoh dan menyuruh anak untuk mencontoh hal-hal yang baik, misalnya tata krama terhadap orangtua.” (OrtuAKls3/190414)
Kemudian menurut orangtua lain yang mendidika anak dengan cara memberi contoh dan menyuruh mencontoh.
“Sebagai orangtua kami memberikan contoh kepada anak dalam bertutur kata dan bersikap.” (OrtuAKls4A/270414)
Berdasarkan data yang ada orangtua memberi contoh dan menyururh mencontoh cenderung lebih ditekankan pada pendidikan karakter atau tata cara untuk berbuat sehari-hari. b) Membiasakan
Orangtua dalam melaksanakan peran edukatifnya untuk keberhasilan pendidikan anak menggunakan metode pembiasaan atau membiasakan. Berikut hasil wawancara dengan orangtua.
“Kami membiasakan anak untuk belajar setiap hari dan mengupayakan disiplin terhadap jam belajar serta membiasakan hal-hal yang positif.” (OrtuAKls3/190414)
“Kami membiasakan anak untuk belajar setiap hari sekitar 1-2 jam dan mengerjakan soal latihan serta membiasakan anak berdisiplin waktu.” (OrtuAKls4B/040514)
(65)
“Kami selalu menanamkan belajar dengan rajin dan rutin setiap hari, tepatnya setelah maghrib dan membiasakan anak untuk disiplin.” (OrtuAKls5A/280114)
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa cara orangtua membiasakan anak yaitu dengan membiasakan anak untuk belajar setiap hari dan mengupayakan untuk disiplin terhadap jam belajarnya.
c) Memberi Penjelasan
Menurut orangtua cara memberikan penjelasan mereka kepada anak untuk keberhasilan pendidikan anak yaitu sebagai berikut:
“Kami mendampingi anak belajar dan memberikan penjelasan tentang pelajaran yang belum dia mengerti dan sekalian memberikan tanya jawab supaya selalu ingat untuk pelajaran yang diajarkan disekolah.” (OrtuAKls4B/040514)
Kemudian menurut orangtua yang lain yaitu memberikan penjelasan secara seimbang antara akademik dan non-akademik sebagai berikut:
“Kami selalu memberikan penjelasan bahwa berprestasi adalah kewajiban anak kepada orangtua dan masa depan dirinya, jadi harus dikejar dan diperjuangkan. Kami juga memberi pengertian bahwa akademik dan non-akademik harus ditempa secara berimbang, sehingga menjadi anak yang tangguh.” (OrtuAKls5A/280414)
Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa orangtua memberikan penjelasan kepada anak secara
(66)
menyeluruh dan seimbang antara keberhasilan akademik dan non-akademik yang harus ditempuh dan diperoleh.
d) Memberi Dorongan
Orangtua memberi dorongan atau motivasi kepada anak agar selalu semangat dan tidak mudah menyerah dalam menempuh pendidikan agar berhasil. Berikut cara orangtua memberi dorongan kepada anaknya.
“Kami selalu membimbing, membantu dan megarahkan untuk belajar serta tidak bosan-bosannya mengarahkan dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk anak belajar supaya anak menjadi semangat.” (OrtuAKls3/190414)
Kemudian hal yang hampir sam juga dilakukan oleh orangtua lain untuk memberi dorongan kepada anak.
“Kami selalu mendampingi dan mengarahkan anak dalam belajar di rumah supaya anak bersemangat.” (OrtuAKls4A/270414)
“Kami sebagai orangtua selalu mendampingi anak belajar dan sekalian memberikan tanya jawab supaya anak semangat dan selalu ingat pelajaran yang diajarkan di sekolah.” (OrtuAKls4B/040514)
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa orangtua, maka dapat diketahui bahwa cara orangtua memberikan dorongan kepada anak yaitu dengan cara membimbing dan menemani anak belajar serta membantu dan mengarahkan belajar anak.
(67)
e) Menyuruh dan Melarang
Orangtua selalu menyuruh anak untuk melakukan hal-hal yang baik yang dapat menjadikan anak menjadi baik atau berhasil dalam menempuh pendidikan. Selain itu orangtua juga melarang anak untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya. Berikut hasil wawancara dengan beberapa orangtua.
“Kami selalu menyuruh anak untuk melakukan hal-hal yang positif dan berusaha memberi contoh yang baik supaya anak tidak melakukan hal-hal yang negatif.” (OrtuAKls3/190414)
“Kami sebagai orangtua selalu menyuruh anak untuk belajar agar bisa berhasil dan melarang anak melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya.” (OrtuAKls4B/040514)
”Kami selalu menyuruh anak untuk belajar dan melarang anak menonton TV saat waktunya belajar.” (OrtuAKls5A/280414)
Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua, maka dapat diketahui bahwa orangtua selalu memberi perintah kepada anak untuk melakukan hal positif yang dapat menjadikan anak berhasil dan melarang anak untuk tidak melakukan hal negatif yang dapat menghambat atau merusak masa depan anaknya.
f) Berdiskusi
Orangtua berusaha mengajak anak untuk mendiskusikan hal-hal yang baik dan buruk untuk anak serta
(68)
mendiskusikan atau membicarakan segala hal yang berkaitan dengan anaknya. Berikut adalah hasil wawancara dengan orangtua.
“Kami sebagai orangtua selalu berusaha membicarakan dan mengkomunikasikan segala sesuatu dengan anak agar tidak ada kesalahpahaman dan pengertian antara orangtua dan anak.” (OrtuAKls3/190414)
Kemudian menurut orangtua yang lain yaitu sebagai berikut:
“Sebagai orangtua kami harus demokratis, karena kami harus menghargai anak untuk berpendapat dan orangtua mengarahkan yang baik.” (OrtuAKls4A/270414)
“Kami Berusaha mengajak anak untuk berdiskusi dan kami perbolehkan anak untuk memberikan pendapat dengan cara sopan dan penuh hormat kepada orangtua.” (OrtuAKls4B/040514)
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa orangtua selalu berusaha mengajak anak untuk berdiskusi dan mengkomunikasikan segala sesuatunya kepada anak dengan cara yang baik agar anak dapat mengerti.
g) Memberi Tugas dan Tanggung Jawab
Setiap orangtua pasti memberikan tugas dan tanggung jawab kepada anak agar anak nantinya dapat mandiri dan bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan. Berikut hasil wawancara dengan orangtua.
“Kami sebagai orangtua memberi tugas kepada anak untuk belajar dan mengerjakan hal-hal yang positif serta
(69)
anak harus bertanggung jawab dengan disiplin terhadap jam belajarnya.” (OrtuAKls3/190414)
“Kami selalu memberikan akan tugas untuk belajar dan disiplin serta bertanggung jawab dengan belajarnya atau dengan apa yang dikerjakan sehari-harinya dengan saling pengertian antara orangtua dan anak.” OrtuAKls4B/040514)
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan dua orangtua, maka dapat diketahui bahwa orangtua memberi tugas anak untuk belajar dan harus disiplin serta bertanggung jawab dengan jam belajarnya maupun dengan apa yang dikerjakan anak dalam kesehariannya.
h) Memberi Bimbingan dan Penyuluhan
Orangtua harus memberi bimbingan dan penyuluhan kepada anak agar anak melakukan hal-hal yang dapat bermanfaat untuk dirinya pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. Berikut pendapat orangtua mengenai hal memberi bimbingan dan penyuluhan, yaitu: “Sebagai orangtua kami membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk belajar.” (OrtuAKls3/190414)
Pernyataan orangtua di atas menunjukkan bahwa orangtua berusaha memberi bimbingan kepada anak untuk belajar dan berusaha memberikan penyuluhan dengan cara mengarahkan belajarnya anak. Kemudian orangtua lain juga mengungkapkan hal yang hampir sama, yaitu sebagai berikut:
(70)
“Kami mendampingi dan mengarahkan anak dalam belajar di rumah. Kami memberikan contoh kepada anak dalam bertutur kata dan bersikap.” (OrtuAKls4A/270414)
Berdasarkan data yang ada, secara tidak langsung menunjukkan bahwa orangtua berusaha memberi bimbingan dan penyuluhan kepada anak dalam belajar di rumah baik dalam hal pendidikan umum maupun karakter.
i) Mengajak Berbuat
Dalam hal mengajak berbuat tanpa disengaja pasti orangtua setiap harinya melakukan hal ini. Orangtua membiasakan anak untuk belajar dan disiplin waktu belajarnya merupakan hal yang dapat dikatakan mengajak berbuat. Berikut hasil wawancara dengan orangtua, yaitu: “Kami selalu membiasakan hal-hal yang positif dan berusaha memberi contoh yang baik.” OrtuAKls3/190414)
Pernyataan yang ada secara tidak langsung menunjukkan bahwa orangtua berusaha mengajak anak untuk Berbuat. Orangtua memberi contoh kemudian menerapkan atau membiasakan pada anak hal-hal yang positif ini merupakan tindakan orangtua yang secara tidak langsung mengajak anak untuk berbuat. Kemudian orangtua lain juga mengungkapkan hal yang hampir sama, yaitu: “Sebagai orangtua kami memberikan contoh kepada anak dalam bertutur kata dan
(71)
Pernyataan ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa orangtua berusaha mengajak anak untuk berbuat dengan memberi contoh terlebih dahulu.
j) Memberi Kesempatan Mencoba
Orangtua tentunya berusaha memberi kesempatan anak untuk mencoba karena dengan mencoba anak dapat memahami suatu hal. Berikut pernyataan orangtua terkait hal memberi kesempatan mencoba.
“Kami memberi kesempatan anak untuk mencoba mengerjakan tugasnya dan kami sebagai orangtua mendampingi dan mengarahkan anak belajar.” (OrtuAKls4A/270414)
”Kami sebagai orangtua tidak pernah mengekang maupun mendidik anak secara keras. Kami biarkan mengalir apa adanya dan kami hanya memantau dan mengoreksi saja.” (OrtuAKls5B/270414)
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa orangtua berusaha memberi kesempatan anak untuk mencoba tanpa ada pengekangan kepada anak dan orangtua hanya memantau dengan cara mendampingi serta mengarahkan dan megoreksi apa yang telah dilakukan anak.
k) Menciptakan Situasi yang Baik
Menciptakan situasi yang baik adalah suatu hal yang dilakukan oleh orangtua agar anak merasa nyaman dan aman saat beraktifitas dengan cara yang berbeda tetapi intinya sama..
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)