Pengembangan tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

(1)

i PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH

YANG MELIBATKAN UANG UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elizabeth Vania Melati NIM. 131134146

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

ii SKRIPSI

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH

YANG MELIBATKAN UANG UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR


(3)

iii SKRIPSI

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH

YANG MELIBATKAN UANG UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR


(4)

iv PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK

Tuhan Yesus Kristus

Kedua Orangtua saya, Bapak Saimin dan Ibu Yasinta Marsinah yang selalu memberikan doa dan dukungan

Adik Edmund Ranu Noveriansa yang selalu memberikam semangat Keluarga besar Mbah Landung atas segala doa, dukungan, dan semangat yang

diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini

Teman-teman mahasiswa angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(5)

v MOTTO

“Jangan menyesali apa yang telah menjadi pilihanmu”

(Penulis)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan

dibukakan bagimu”


(6)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Februari 2017


(7)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Elizabeth Vania Melati Nomor Mahasiswa : 131134146

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH YANG MELIBATKAN UANG UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di intrenet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 7 Februari 2017 Yang menyatakan,


(8)

viii Abstrak

Melati, Elizabeth Vania (2017). Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pembulatan dan Penaksiran Serta Pemecahan Masalah yang

Melibatkan Uang Untuk Siswa Kelas IV Sekola h Dasar. Skripsi. Yogyakarta:

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Latar belakang penelitian ini adalah adanya potensi dan masalah yang dihadapi guru mengenai pembuatan tes hasil belajar serta kebutuhan guru akan soal yang telah memiliki karakteristik kualitas butir soal yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar matematika dengan materi penaksiran dan pembulatan serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD (2) Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar dengan materi penaksiran dan pembulatan serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD.

Penelitian pengembangan tes hasil belajar ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall yang telah dimodifikasi menjadi 7 tahapan. Subjek penelitian ini adalah 60 siswa kelas IV SDN Bhayangkara Yogyakarta.

Hasil penelitian dan pengembangan ini menunjukkan (1) tahapan penelitian dan pengembangan melalui 7 tahapan yaitu (a) potensi dan masalah (b) pengumpulan data (c) desain produk (d) validasi desain (e) perbaikan desain (f) uji coba produk (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) 48.3% soal valid (b) soal termasuk reliabel (c) daya beda butir tes kategori cukup baik 54% dan sangat baik 46% (d) tingkat kesukaran butir tes diperoleh 21% kategori mudah, kategori sedang 52% dan kategori sukar 21% (e) terdapat 6 option yang tidak berfungsi dan dilakukan revisi. Soal yang telah memenuhi karakteristik kualitas butir soal yang baik kemudian disusun menjadi satu dalam sebuah prototype.

Kata kunci: pengembangan, tes hasil belajar, validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, analisis pengecoh.


(9)

ix

Abstract

Melati, Elizabeth Vania (2017). The Development of Math Achievement

Test aboutRounding, Estimating, and Problem Solving Materials Which Involves

Money for 4th Grade Elementary School Students. Thesis. Yogyakarta: Elementary

School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

The background of this research are potentials and problems which are faced by teachers related to achievement test designing and the teachers' need for test items which have characteristic of good quality test items. This research aims for (1) developing achievement test for Mathematics subject about rounding,

estimating, and problem solving which involves money for 4th grade elementary

school students, (2) describing the quality of achievement test containing materials about rounding, estimating, and problem solving which involves money

for 4th grade elementary school students

This research about the development of achievement test is used the research and development (R&D) method from Borg and Gall which has been adapted into 7 steps. The subjects of this research are 60 4th grade students of SD N Bhayangkara Yogyakarta.

The result of this research and development showed that (1) the research and development were conducted through 7 phases which are; (a) defining potential and problem, (b) data gathering, (c) designing the product, (d) validating the design, (e) revising the design, (f) testing the product, (g) revising the product, (2) the result of test items analysis of 60 test items shows that; (a) 48.3% of test items are valid, (b) test items are reliable, (c) the discrimination index of test showed that 54% are good and 46% are very good, (d) the difficulty index of test items showed that 21% are easy category, 52% are intermediate category, and 21% are difficult category, (e) there a re 6 options which are unusable and revised. Test item that have characteristic of good item then complied into one prototype.

Keywords: development, achievement test, validity, reliability, discrimination index, difficulty index, distractor analysis.


(10)

x KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan berkatnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATERI PEMBULATAN DAN PENAKSIRAN SERTA PEMECAHAN MASALAH YANG MELIBATKAN UANG UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan programa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma dan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai dengan baik karena adanya bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Cristiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendorong peneliti dari awal sampai akhir penelitian sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 6. Bapak I Nyoman Arcana dan Bapak Aleksandrea Tri Amboro, S.Pd.,

selaku validator ahli matematika yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini.


(11)

xi 7. Ibu Susana Wiji Astuti, Bapak Asor, S.Pd., dan Bapak Bayu Kurdiantara, selaku validasi guru yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini.

8. Bapak/Ibu guru SD Negeri Bhayangkara yang telah menerima dan memberikan waktu bagi peneliti untuk melakukan uji coba di kelas.

9. Siswa/siswa SDN Bhayangkara yang telah bersedia memberikan waktu dan kerjasama yang baik selama pengujian tes hasil belajar dilaksanakan. 10.Para dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Sanata Dharma yang telah membimbing dan mendidik peneliti dari semester satu hingga peneliti menyelesaikan gelas S1.

11.Bapak dan Ibu tersayang yang telah merawat, mendoakan, dan memberikan kasih sayang serta selalu memberikan kata-kata penyemangat kepada peneliti.

12.Adik Edmund yang terus memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti.

13.Sahabat seperjuangan Lilis Suryani dan Rigia Tirza Hardini yang selalu memberikan bantuan dan semangat.

14.Hangouts Group, Lilis, Gia, Albertin, Ulan, dan Jupe yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

15.Teman-teman PPL SD Karitas Nandan, Lilis, Vo, Dicky, Bintang, dan Edo yang saling memberikan dukungan dan semangat.

16.Teman-teman mahasiswa PGSD angkatan 2013 yang selalu membantu dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

17.Teman-teman cluster dan payung R&D THB yang saling membantu dan bekerjasama selama penyusunan skripsi ini.

18.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini.


(12)

xii Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti meminta maaf bila ada beberapa kesalahan baik dalam penyajian ataupun isi. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk membantu perbaikan skripsi yang telah peneliti kerjakan.

Peneliti


(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

Abstrak ... viii

Abstract ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 7

G. Spesifikasi Produk ... 8

BAB II ... 10

LANDASAN TEORI ... 10

A. KAJIAN PUSTAKA ... 10

1. Tes Hasil Belajar ... 10

a. Definisi Tes ... 10


(14)

xiv

c. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar ... 12

d. Bentuk Tes Hasil Belajar ... 14

e. Macam-Macam Tes Hasil Belajar ... 16

f. Tes Pilihan Ganda ... 21

g. Pedoman dalam Pembuatan Soal Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda . 23 h. Kekuatan dan Kelemahan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda ... 26

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 30

a. Validitas ... 30

b. Reliabilitas ... 33

c. Karakteristik Butir Soal ... 36

1) Daya Beda ... 36

2) Tingkat kesukaran ... 37

3) Efektivitas Pengecoh ... 38

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 39

4. Matematika ... 43

a. Definisi Matematika ... 43

b. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 44

5. Materi Pembulatan dan Penaksiran serta Pemecahan Masalah yang Melibatkan Uang ... 45

a. Penaksiran ... 45

b. Pembulatan... 46

c. Pemecahan masalah ... 47

6. TAP (Test Analysis Program) ... 47

7. Taksonomi Tes Hasil Belajar ... 48

a. Mengingat ... 48

b. Memahami ... 49

c. Mengaplikasikan ... 49

d. Menganalisis ... 50

e. Mengevaluasi ... 50

f. Mencipta ... 50

B. Penelitian Relevan ... 51


(15)

xv

D. Pertanyaan Penelitian ... 59

BAB III ... 60

METODE PENELITIAN ... 60

A. Jenis Penelitian ... 60

1. Potensi dan Masalah ... 62

2. Mengumpulkan Informasi ... 62

3. Desain Produk ... 62

4. Validasi Desain ... 63

5. Perbaikan Desain ... 63

6. Uji Coba Produk ... 63

7. Revisi Produk ... 63

8. Uji Coba Pemakaian ... 63

9. Revisi Produk ... 64

10. Pembuatan Produk Masal ... 64

B. Setting Penelitian ... 64

1. Tempat Penelitian ... 64

2. Waktu Penelitian ... 64

3. Subjek Penelitian ... 64

4. Objek Penelitian ... 65

C. Prosedur Pengembangan ... 65

1. Potensi dan Masalah ... 66

2. Pengumpulan Data ... 67

3. Desain Produk ... 67

4. Validasi Desain ... 68

5. Perbaikan Desain ... 68

6. Uji Coba Produk ... 69

7. Revisi Produk ... 69

D. Teknik Pengumpulan Data ... 69

1. Wawancara ... 69

2. Kuesioner ... 70

3. Tes ... 71


(16)

xvi

1. Data Kualitatif ... 71

2. Data Kuantitatif ... 73

a. Kuesioner ... 73

b. Instrumen Tes ... 75

F. Teknik Analisis Data ... 77

1. Data Kualitatif ... 78

2. Data Kuantitatif ... 78

a. Kuesioner ... 78

b. Analisis Butir Soal ... 80

BAB IV ... 92

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Hasil Penelitian ... 92

1. Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 92

a. Potensi dan Masalah ... 92

b. Pengumpulan Data ... 93

c. Desain Produk ... 94

d. Validasi Desain ... 94

e. Revisi Desain ... 95

f. Uji Coba Produk ... 96

g. Revisi Produk ... 97

2. Kualitas Produk Tes Hasil belajar... 98

a. Hasil Uji Validitas ... 98

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 100

c. Hasil Uji Daya Pembeda ... 100

d. Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 103

e. Hasil Uji Pengecoh ... 105

B. Pembahasan ... 108

1. Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 108

a. Potensi dan Masalah ... 108

b. Pengumpulan Data ... 109

c. Desain Produk ... 110


(17)

xvii

e. Revisi Desain ... 112

f. Uji Coba Produk ... 113

g. Revisi produk ... 114

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar ... 116

a. Analisis Uji Validitas ... 116

b. Analisis Uji Reliabilitas ... 117

c. Analisi Uji Daya Pembeda ... 118

d. Analisis Uji Tingkat Kesukaran ... 119

e. Analisis Pengecoh ... 120

3. Produk Akhir ... 122

a. Soal dengan Kualitas Baik ... 122

b. Sampul Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika ... 123

c. Isi Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika... 124

BAB V ... 126

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Keterbatasan Pengembangan ... 127

C. Saran ... 128


(18)

xviii DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kebutuhan Pengembangan Tes Hasil

Belajar ... 72

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi oleh Ahli dan Guru ... 74

Tabel 3. 3 Indikator Soal Tes Hasil Belajar ... 76

Tabel 3. 4 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Menggunakan Skala 4 Menurut Widoyoko ... 79

Tabel 3. 5 Kriteria Validitas ... 81

Tabel 3. 6 Kriteria Reliabilitas ... 84

Tabel 3. 7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 87

Tabel 3. 8 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 89

Tabel 4. 1 Rekapitulasi Nilai Validasi Desain...94

Tabel 4. 2 Komentar Ahli Matematika Beserta Revisi ... 95

Tabel 4. 3 Pengecoh yang Perlu Diperbaiki ... 97

Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 98

Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Tipe B ... 99

Tabel 4. 6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 100

Tabel 4. 7 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 102

Tabel 4. 8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tipe A ... 103

Tabel 4. 9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tipe B... 104

Tabel 4. 10 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe A ... 105

Tabel 4. 11 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe B ... 106

Tabel 4. 12 Revisi Pengecoh ... 115

Tabel 4. 13 Nomor Soal Produk Akhir ... 116


(19)

xix DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Literature Map Penelitian Yang Relevan ... 55

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berpikir ... 58

Gambar 3. 1 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg and Gall...61

Gambar 3. 2 Langkah-Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 66

Gambar 3. 3 Hasil validitas pada TAP (Test Analysis Program) ... 82

Gambar 3. 4 Hasil uji reliabilitas pada TAP (Test Analysis Program) ... 85

Gambar 3. 5 Hasil uji daya pembeda pada TAP (Test Analysis Program) ... 87

Gambar 3. 6 Hasil tingkat kesukaran pada TAP (Test Analysis Program) ... 90


(20)

xx DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 133

Lampiran 2 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 134

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 135

Lampiran 4 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 136

Lampiran 5 Tabel Spesifikasi... 140

Lampiran 6 Soal Tipe A ... 157

Lampiran 7 Soal Tipe B ... 166

Lampiran 8 Hasil Validasi Ahli Matematika 1 ... 175

Lampiran 9 Hasil Validasi Ahli Matematika 2 ... 178

Lampiran 10 Hasil Validasi Guru SD Karitas Nandan ... 181

Lampiran 11 Hasil Validasi Guru SDN Bhayangkara ... 184

Lampiran 12 Hasil Validasi Guru SDN Bhayangkara ... 187

Lampiran 13 Rekapan Jawaban Siswa Soal Tipe A... 190

Lampiran 14 Rekapan Jawaban Siswa Soal Tipe B ... 191

Lampiran 15 Daftar Presensi Siswa Kelas IVA yang Mengikuti Uji Coba Tes . 192 Lampiran 16 Daftar Presensi Siswa Kelas IVB yang Mengikuti Uji Coba Tes . 193 Lampiran 17 Daftar Presensi Siswa Kelas IVC yang Mengikuti Uji Coba Tes . 195 Lampiran 18 Hasil Analisis Data Menggunakan TAP Soal Tipe A ... 196

Lampiran 19 Hasil Analisis Data Menggunakan TAP Soal Tipe B ... 202

Lampiran 20 Foto-Foto Validasi Lapangan ... 208


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Bab I, peneliti membahas tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk.

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 204) pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Pelaksanaan pendidikan ini tentu saja memiliki tujuan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dikemukakan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dengan diselenggarakannya pendidikan diharapkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia


(22)

2 semakin meningkat. Sumber Daya Manusia yang berkualitas akan mendukung Negara menjadi lebih baik dan lebih mampu bersaing dengan negara-negara lain.

Dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pelaksanaan pendidikan maka diperlukan pendidik yang profesional. Pendidik yang dimaksud adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Guru sebagai pendidik profesioanl harus memiliki empat kompetensi guru yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Selain itu guru juga memiliki tugas antara lain mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi. Sulistyorini (2009: 50) mengungkapkan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Sulistyorini (2009: 50) menjelaskan lebih lanjut mengenai evaluasi pendidikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan teknik tes maupun non-tes. Tes diartikan sebagai alat dan memiliki prosedur sistematis yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai suatu pengetahuan atau


(23)

3 penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu (Hamzah 2014: 100). Tes memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan karena tes memiliki prosedur yang komperhensif, sistematis, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran. Mengingat pentingnya peranan tes dalam dunia pendidikan maka dalam penyusunannya hendaknya memperhatikan pedoman penyusunan tes. Dengan memperhatikan pedoman penyusunan tes dalam pembuatan tes maka tes yang dihasilkan akan memenuhi kriteria tes yang baik. Purwanto (2016: 114) mengemukakan bahwa sebuah tes hasil belajar sebagai alat ukur yang baik, harus memiliki dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Widoyoko (2014: 131) menambahkan bahwa karakteristik butir soal mencakup taraf kesukaran, daya pembeda, serta analisis pengecoh, sebagai syarat tes dapat dikatakan baik.

Tes yang disusun berdasarkan pedoman penyusunan tes akan memberikan gambaran yang jelas mengenai pemahaman siswa akan materi yang telah dipelajari. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD Karitas Nandan pada tanggal 28 Juli 2014. Guru melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi dalam pelajaran. Guru sudah memiliki pengalaman dalam menyusun sendiri tes khususnya dalam mata pelajaran matematika. Namun langkah penyusunan tes yang dilakukan guru belum sesuai dengan pedoman penyusunan tes yang baik. Guru terkadang mengambil soal dari buku atau sumber lain dalam melakukan penyusunan tes. Kesulitan yang dialami guru selama


(24)

4 penyusunan soal adalah penentuan besarnya angka yang akan dimasukkan ke dalam soal. Soal yang telah disusun oleh guru juga belum dilakukan analisis untuk mengetahui kualitas butir soalnya. Guru juga mengungkapkan mengalami kesulitan dalam membuat soal matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah tentang uang yang soalnya bervariasi. Dari wawancara ini diperoleh informasi mengenai kebutuhan guru akan contoh tes hasil belajar matematika yang valid dan reliabel serta diketahui karakteristik butir soalnya yang meliputi daya beda, tingkat kesukaran dan pengecoh yang berkualitas baik.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, maka peneliti terdorong untuk mengembangkan tes hasil belajar matematika dengan melakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Pembulatan Dan Penaksiran Serta Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”

Hasil dari penelitian dan pengembangan tes ini dapat membantu guru untuk mendapatkan contoh tes hasil belajar matematika yang sudah dianalisis butir soal serta diketahui kualitas butir soal. Tes yang dikembangkan berpedoman pada ranah kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

B. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:


(25)

5 2. Alat ukur yang dikembangkan hanya mengukur mata pelajaran matematika pada materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.

3. Tes yang dilakukan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika dengan materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD? 2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar dengan materi pembulatan

dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD?

D. Tujuan Penelitian

1. Memaparkan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika dengan materi materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD. 2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar dengan materi

pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV SD.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan mengenai pembuatan soal yang sesuai dengan pedoman penyusunan soal tes pilihan ganda dan menggali kemampuan


(26)

6 siswa berdasarkan materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengembangkan dan menganalisis soal tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang. b. Bagi Guru

Memberikan contoh soal tes hasil belajar yang sudah diketahui kualitas butir soalnya pada materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.

c. Bagi Siswa

Memperoleh pengalaman dalam mengerjakan soal tes hasil belajar matematika yang sesuai dengan ranah kognitif mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi hingga mencipta pada materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.

d. Bagi sekolah

Menambah bahan bacaan terkait pengembangan tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang.


(27)

7 F. Batasan Istilah

1. Tes hasil belajar adalah alat atau prosedur yang sistematis untuk mengumpulkan dan mengukur kemampuan dan pencapaian siswa atas apa sudah dipelajari dalam suatu mata pelajaran.

2. Matematika adalah disiplin ilmu tentang pola berpikir, perorganisasian bukti yang logik, pola dan hubungan, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

3. Penaksiran adalah cara yang dilakukan untuk memperkirakan hasil perhitungan suatu bilangan yang sesuai untuk digunakan dalam konteks tertentu.

4. Pembulatan adalah mengganti bilangan tertentu dengan bilangan lain yang cukup dekat dan bisa dihitung dengan mudah.

5. Pemecahan masalah adalah adalah proses penerapan pengetahuan yang telah diperoleh siswa ke dalam situasi yang baru.

6. Validitas adalah ketepatan suatu instrumen dalam mengukur yang hendak diukur.

7. Reliabilitas adalah kekonsistenan suatu alat ukur dalam memberikan hasil yang digunakan berulang kali.

8. Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal tes untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

9. Tingkat kesukaran adalah kemampuan peserta tes dalam menjawab benar soal dalam tes.


(28)

8 G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Produk tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban.

2. Produk tes hasil belajar matematika dilengkapi dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, soal, pilihan jawaban, kunci jawaban, ranah kognitif yang diukur dan tingkat kesukaran.

3. Produk tes hasil belajar matematika sudah divalidasi melalui validasi ahli (expert judgment) dan dinyatakan layak untuk digunakan/diujicobakan dengan perbaikan sesuai saran.

4. Produk tes hasil belajar matematika sudah diuji validitas empiris melalui ujicoba lapangan.

5. Produk tes hasil belajar matematika memenuhi kriteria valid atas dasar taraf signifikan 5%.

6. Produk tes hasil belajar matematika reliabel.

7. Produk tes hasil belajar matematika memiliki daya pembeda kategori cukup baik dan sangat baik yaitu pada rentang 0.31 – 1.00.

8. Produk tes hasil belajar memiliki tingkat kesukaran mudah dengan rentang 0.71- 1.00 , sedang dengan rentang 0.31 – 0.70 dan sukar dengan rentang 0.00 – 0.30.

9. Produk tes hasil belajar matematika memiliki pengecoh yang berfungsi. Pengecoh dapat dikatakan berfungsi jika dipilih oleh 5% peserta tes.


(29)

9 10. Produk tes hasil belajar matematika disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baku serta penulisan huruf kapital, kata depan, akhiran, singkatan, angka dan lambang bilangan yang sesuai EYD.


(30)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II, peneliti membahas empat hal yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

A. KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka pada penelitian ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian yaitu, tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, matematika, materi, taksonomi Bloom.

1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes

Cronbach (dalam Yusuf 2015: 93) mengemukakan bahwa tes adalah sebuah prosedur sistematis untuk mengamati tingkah laku seseorang dan digambarkan dengan bantuan skala angka atau sistem kategori. Friedenberg (dalam Yusuf 2015: 93) juga mengemukakan bahwa tes adalah jenis asesmen yang menggunakan prosedur spesifik untuk memperoleh informasi dan mengubahnya menjadi angka atau skor. Hamzah (2014: 100) mengartikan tes sebagai alat dan memiliki prosedur sistematis yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai suatu pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu. Dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa tes memiliki dua ciri khas yaitu penggunaan suatu prosedur secara spesifik atau sistemastis dan penskoran respon. Prosedur secara


(31)

11 spesifik atau sistematis ini merujuk pada penyusunan butir soal yang harus mengikuti aturan penyusunan instrumen yang benar.

Sudijono (2011: 67) serta Jihad dan Haris (2012: 67) mengemukakan pemikiran yang serupa mengenai tes yaitu cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan aspek pengetahuan dan keterampilan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta tes sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta tes dengan membandingkannya dengan nilai standar tertentu. Purwanto (2008: 65) menambahkan bahwa dalam penyelenggaraan tes, siswa didorong untuk memberikan penampilan maksimalnya dalam hal keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, bakat dan sebagainya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk pengukuran dan penilaian dalam bidang pendidikan yang dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau sistem kategori.

b. Definisi Tes Hasil Belajar

Rakhmat dan Suherdi (2001: 56) serta Yusuf (2015: 182) mengemukakan pendapat yang serupa mengenai tes hasil belajar yaitu sebagai alat atau prosedur sistematik untuk mengumpulkan serta mengukur data tentang kemajuan dan/atau memberi nilai peserta didik dalam belajar. Hasil belajar siswa tercermin dalam aspek kognitif yang


(32)

12 meliputi mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreativitas; aspek afektif; dan aspek psikomotor. Hill (dalam Yusuf, 2015: 184) berpendapat bahwa tes hasil belajar dirancang untuk mengukur apa yang telah dipelajari dalam bidang studi/mata pelajaran yang bersifat formal. Hamzah (2014: 101) juga mengungkapkan definisi tes hasil belajar yaitu tes yang bertujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian pembelajaran atau hasil belajar. Tes hasil belajar telah dimulai sejak seseorang mulai berinteraksi dalam kegiatan belajar sampai dengan akhir belajar dan dilakukan secara berkelanjutan. Tes hasil belajar menekankan pada kemajuan yang telah dicapai oleh seseorang terhadap suatu bidang yang telah dibelajarkan dan dipelajari, bukan kemampuan untuk masa datang dan bukan pula sekali jadi (Yusuf 2015: 183). Tes hasil belajar bukan hanya untuk mengukur kemampuan peserta didik namun dapat juga digunakan untuk mengetahui kesiapan dan kesulitan peserta didik dalam belajar serta untuk perbaikan pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar merupakan alat atau prosedur yang sistematis untuk mengumpulkan dan mengukur kemampuan siswa atas apa yang sudah dipelajari dalam bidang studi/mata pelajaran serta untuk mengungkap tingkat pencapaian pembelajaran atau hasil belajar. c. Jenis-jenis Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar bukan hanya dilakukan pada akhir semester/tahun ajaran tetapi juga dilakukan dalam dan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu tes hasil belajar dapat berupa:


(33)

13 1. Tes hasil belajar yang telah distandardisasikan

Tes standar dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan

dikerjakan dengan mengikuti petunjuk

yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula (Arikunto 2012: 158). Tes standar ini juga dimaksudkan untuk prestasi sekarang/saat ini yang dilaksanakan secara seragam baik diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan perseorangan maupun dalam kelompok. Tes biasanya dibuat oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk membuat tes standar. Butir-butir tes yang digunakan adalah butir-butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisis dan direvisi sebelum menjadi sebuah tes. Berdasarkan hal tersebut maka tes standar ini memiliki reliabilitas yang tinggi. Dibutuhkan waktu yang lama untuk menyusun tes standar karena harus melalui prosedur penyusunan, uji coba, analisis, revisi dan edit. Tes standar ini digunakan untuk membuat perbandingan baik perbandingan antar siswa untuk setiap bidang studi, perbandingan prestasi belajar atau perbandingan prestasi setelah digunakan dua metode yang berbeda.

2. Tes Hasil Belajar Buatan Guru

Tes buatan guru adalah tes yang disusun oleh guru dan hanya berlaku untuk tujuan tertentu dan dalam kelas/sekolah yang terbatas. Tes buatan guru digunakan untuk menentukan


(34)

14 tingkat pemahaman siswa atas materi yang diberikan dalam waktu tertentu, sebagai penentu keberhasilan suatu tujuan pembelajaran serta untuk memperoleh suatu nilai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes buatan guru adalah tujuan pembelajaran, petunjuk yang jelas, penilaian bagi setiap bagian tes, kesesuaian dengan kemampuan membaca dari peserta tes, alternatif tes bagi siswa berkebutuhan khusus serta batas waktu pengerjaan tes.

d. Bentuk Tes Hasil Belajar 1. Tes Subjektif

Tes subjektif sering disebut juga sebagai tes uraian. Hasan dan Zainul (1991: 33) mengemukakan bahwa tes uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan tugas tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran siswa. Arikunto (2012: 177) juga mengemukakan mengenai tes subjektif sebagai sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan atau simpulkan dan sebagainya. Sudijono (2011: 100) menambahkan bahwa pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada peserta tes untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, dan membedakan. Dalam pengerjaannya, peserta tes bebas untuk


(35)

15 menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Butir soal dalam tes uraian juga terbatas yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir soal dalam waktu kira-kira 90 sampai dengan 120 menit. Tes uraian ini lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi dalam kawasan kognitif, seperti menggunakan, menganalisis, menilai dan, berpikir kreatif; sebab melalui tes tipe ini peserta didik diajak untuk dapat menerangkan, mengungkapkan, menciptakan, membandingkan, maupun menilai suatu objek evaluasi (Yusuf 2015: 207).

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes subjektif atau yang biasa disebut tes uraian adalah tes dimana butir soalnya berbentuk pertanyaan atau perintah yang menuntut peserta tes untuk menjawab atau mengerjakannya dengan mengekspresikan pikiran peserta tes dalam bentuk uraian.

2. Tes Objektif

Widodo (2009: 49) memaparkan bahwa tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Pilihan jawaban telah disediakan dan dibatasi oleh penyusun tes objektif. Keterbatasan pilihan jawaban yang disediakan menyebabkan hanya ada satu jawaban benar dari kemungkinan yang disediakan (Hasan dan Zainul 1991: 49). Sudijono (2011: 106)


(36)

16 mengungkapkan tes objektif adalah butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh siswa dimana kemungkinan jawaban telah disediakan oleh pengkonstruksi butir soal. Hamzah (2014: 119) juga mengungkapkan definisi tes objektif yaitu pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas kemampuan siswa dengan soal jelaskan jawaban yang benar atau yang salahnya soal dengan bobot nilai yang tetap. Menurut pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan pengertian tes objektif yaitu bentuk tes yang terdiri dari butir soal yang mengandung kemungkinan jawaban yang dijawab dengan cara memilih satu jawaban paling benar dari kemungkinan jawaban yang disediakan oleh pengkonstruksi tes.

e. Macam-Macam Tes Hasil Belajar 1. Tes Subjektif

Hasan dan Zainul (1991: 38) mengemukakan bahwa tes bentuk uraian secara kasar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes uraian bebas dan tes uraian terbatas. Dalam tes uraian bebas tidak ada batasan bagi siswa untuk memberikan jawabannya. Siswa bebas dalam mengorganisasikan dan mengemukakan pikiran dan gagasannya dalam menjawab. Sementara itu, dalam tes uraian terbatas siswa lebih dibatasi oleh rambu-rambu yang ditentukan dalam butir soal yang mencakup format, isi, dan ruang lingkup


(37)

17 jawaban. Namun siswa tetap mempunyai kebebasan untuk memberikan jawabannya menurut pola kognitifnya sendiri.

Zainol (dalam Harijanto 2006: 18) mengemukakan alasan tes uraian digunakan yaitu:

1) Jika jumlah peserta tes terbatas

2) Waktu yang dipunyai guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas

3) Tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib

4) Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes

5) Guru ingin memperoleh hasil pengalaman belajar siswanya

Tes uraian ini memiliki kebaikan dan kelemahan. Yusuf (2015: 209) menjabarkan beberapa kebaikan dan kelemahan tersebut. Beberapa kebaikan tes uraian dalam menilai hasil belajar sebagai berikut:

1) Pendidik mudah menyusun pertanyaan.


(38)

18 3) Tidak membutuhkan fasilitas yang banyak, seperti

fasilitas untuk menstensil, kertas dan alat tulis lainnya. Sementara itu, kelemahan tes jenis ini adalah:

1) Sering disertai unsur-unsur subjektif dalam penilaian. 2) Kurangnya kemampuan peserta didik dalam memahami

isi atau kurang konsisten dalam menerjemahkan suatu butir sehingga tes yang diberikan kepada peserta didik menjadi kurang tepat.

3) Membutuhkan waktu yang lama dalam menskor.

4) Harus diperiksa oleh orang yang ahli dalam materi atau bahan yang diberikan.

5) Jawaban yang mudah dibaca, sering dihargai lebih tinggi nilainya dari jawaban yang sukar dibaca.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes subjektif terbagi menjadi dua bentuk yaitu tes uraian bebas dan tes uraian terbatas dimana kedua bentuk tersebut memberikan kebebasan bagi peserta tes untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan pola kognitifnya.

2. Tes Objektif

Arikunto (2012: 181-193) membagi tes objektif menjadi 4 macam yaitu:

1) Tes Benar-Salah

Soal tes benar-salah berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar dan salah. Peserta


(39)

19 tes bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataan itu salah menurut pendapatnya. Bentuk benar-salah ini ada 2 macam yaitu dengan pembetulan dimana peserta tes diminta membetulkan bila ia memilih jawaban salah dan tanpa pembetulan dimana peserta tes hanya diminta melingkari huruf B atau S. 2) Tes Pilihan Ganda

Tes ini terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan bagian kemungkinan jawaban. Untuk melengkapinya peserta tes diminta untuk memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh. Tes bentuk ini paling banyak digunakan karena banyak materi yang dapat dicakup.

3) Menjodohkan

Tes menjodohkan terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban dimana masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan


(40)

20 menempatkan jawaban sehingga jawaban sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.

4) Tes isian

Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagian yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh peserta tes ini adalah merupakan pengertian yang diminta dari peserta tes.

Tes objektif memiliki kebaikan dan kelemahan. Sulistyorini (2009: 101) mengemukakan beberapa kebaikan tes objektif sebagai berikut:

1) Tes objektif lebih representatif dalam mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.

2) Lebih mudah dan cepat dalam memeriksa karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

3) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.

4) Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

Sulistyorini juga mengemukakan kelemahan tes objektif sebagai berikut:


(41)

21 1) Persiapan tes objektif jauh lebih sulit daripada tes asai

atau tes subjektif.

2) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan. 4) “kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal

tes lebih terbuka.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes objektif terbagi menjadi 4 bentuk yaitu tes benar-salah, tes pilihan ganda, menjodohkan, dan tes isian. Tes benar-salah terdiri dari dua macam yaitu dengan pembetulan dan tanpa pembetulan. Tes pilihan ganda adalah tes yang meminta peserta tes untuk memilih satu dari kemungkinan jawaban yang disediakan. Menjodohkan adalah tes yang meminta peserta tes mencari dan menempatkan jawaban sehingga jawaban sesuai atau cocok dengan pertanyaannya. Sementara itu, tes isian adalah tes yang meminta peserta tes untuk mengisi bagian yang dihilangkan.

f. Tes Pilihan Ganda

Hasan dan Zainul (1991: 55) mengemukakan bahwa jenis butir soal pilihan ganda adalah yang paling popular dalam kelompok butir soal objektif. Anzwar (2016: 29) menyampaikan bahwa item tipe pilihan ganda tersusun dari suatu statemen mengenai materi yang diujikan, dalam bentuk kalimat pertanyaan atau kalimat pernyataan


(42)

22 yang tidak selesai, diikuti oleh beberapa pilihan kata atau kalimat yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan atau merupakan penyelesaian dari statemen tersebut. Azwar (2016: 29) sependapat dengan Yusuf (2015: 216) yang menyatakan bahwa tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian yaitu stem dan option. Stem adalah pertanyaan atau pernyataan yang lengkap maupun yang belum selesai yang menampilkan masalah tertentu. Sementara itu, option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan. Salah satu di antara alternatif adalah jawaban yang benar yang merupakan kunci sedangkan yang lain adalah jawaban yang salah yang merupakan distraktor (Azwar 2016: 29). Distraktor ini dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat seperti jawaban yang sesungguhnya. Dalam satu item pilihan ganda terdapat paling tidak 2 distraktor. Arikunto (2012: 183) mengemukakan pendapatnya bahwa tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya peserta tes harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan. Butir soal pilihan ganda ini memiliki alternatif jawaban berkisar antara empat sampai lima.

Tes pilihan ganda memiliki beberapa variasi diantaranya item pilihan ganda dengan empat pilihan yang stemnya berupa kalimat tidak selesai; item pilihan ganda dengan empat pilihan yang stemnya berupa kalimat pertanyaan; item pilihan ganda yang memiliki lima pilihan yang menghendaki subjek untuk memilih satu jawaban atau satu kombinasi jawaban yang benar dari empat pernyataan; item pilihan


(43)

23 ganda bentuk soal perbandingan yang menghendaki subjek menentukan hasil dari perbandingan antara dua kuantitas.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah suatu tes mengenai materi yang diujikan yang terdiri dari stem yang berupa kalimat pertanyaan atau pernyataan tidak selesai dan option yang merupakan kemungkinan jawaban berupa kata atau kalimat sejumlah empat sampai lima pilihan jawaban. Untuk melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan, para peserta tes diminta untuk memilih satu dari empat sampai lima pilihan jawaban yang disediakan.

g. Pedoman dalam Pembuatan Soal Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda Yusuf (2015: 217 - 220) mengemukakan beberapa pedoman dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda yaitu:

1) Stem hendaklah dirumuskan atau dinyatakan dengan jelas sebagai suatu masalah atau pernyataan yang perlu dijawab. 2) Masukkan sebanyak mungkin hal ke dalam stem.

3) Jangan dibebani stem dengan pernyataan yang tidak berarti atau arti yang tidak jelas.

4) Masalah yang ditampilkan dalam stem harus sedemikian rupa sehingga benar-benar hanya ada satu jawaban yang benar. 5) Stem hendaklah dinyatakan dengan bahasa yang jelas.

6) Hindari memakai kalimat yang panjang dan usahakan panjang kalimat semua alternatif jawaban tidak berbeda jauh.


(44)

24 8) Semua kemungkinan jawaban yang diberikan hendaknya

masuk akal.

9) Hidari adanya hubungan asosiasi verbal antara stem dan kemungkinan jawaban.

10)Pilihan jawaban yang diberikan janganlah menunjuk kepada kunci jawaban. Usahakan semua alternatif jawaban hampir sama tetapi hanya satu jawaban yang paling tepat.

11)Pilihan jawaban yang benar jangan diletakkan secara sistematis tetapi letakkan secara acak dalam keseluruhan soal.

12)Usahakan alternatif jawaban yang disajikan agak homogen baik ditinjau dari isi maupun bentuknya.

13)Bahasa yang dipakai hendaknya sederhana dan mudah dipahami peserta didik/peserta ujian.

14)Petunjuk yang diberikan harus jelas sehingga peserta ujian tidak ragu-ragu dalam mengerjakannya.

Widoyoko (2014: 109-114) mengemukakan beberapa petunjuk penyusunan tes bentuk pilihan ganda sebagai berikut:

1) Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal.

2) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. 3) Hindari rumusan kata yang berlebihan. Rumusan yang baik


(45)

25 4) Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan ditengah-tengah kalimat.

5) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana. Cara menyusun alternatif jawaban disusun berderet dari atas ke bawah.

6) Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar.

7) Hindari jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban yang salah.

8) Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar. 9) Gunakan tiga atau lebih pilihan jawaban.

10)Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak pasti, misalnya: kebanyakan, seringkali, kadang-kadang.

11)Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas maka dapat disimpulkan pedoman dalam pembuatan soal tes pilihan ganda sebagai berikut 1) stem hendaklah berisi inti permasalahan, 2) stem hendaknya dibuat dengan rumusan kata yang berisi, padat, dan jelas, 3) stem hendaknya dibuat dengan rumusan kalimat yang bermakna pasti, 4) pilihan jawaban yang disediakan sebaiknya tiga sampai lima pilihan jawaban, 5) susunan pilihan jawaban dibuat teratur, sederhana, dan panjang


(46)

26 kalimat tidak berbeda jauh, 6) gunakan pernyataan yang bersifat positif, 7) hindari adanya petunjuk yang menunjuk pada kunci jawaban, 8) pilihan jawaban yan disediakan hendaknya homogen, 9) petunjuk pengerjaan tes harus dibuat dengan jelas.

h. Kekuatan dan Kelemahan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Hasan dan Zainul (1991: 56) memaparkan keunggulan dan kelemahan tes pilihan ganda. Beberapa keunggulan tes pilihan ganda yaitu:

1) Butir soal jenis pilihan ganda dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur segala jenjang tujuan instruksional, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

2) Penskoran hasil kerja peserta dapat dikerjakan secara objektif maka tidak ada unsur objektivitas pemeriksa masuk ke dalam skor hasil ujian.

3) Jenis butir soal ini dapat dikonstruksi untuk mengukur kemampuan siswa dalam membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

4) Jumlah option yang disediakan lebih dari dua sehingga dapat mengurangi keinginan siswa untuk menebak.

5) Jenis butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik.

6) Tingkat kesukaran butir soal terkendali dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Makin


(47)

27 homogen alternatif jawaban maka makin tinggi tingkat kesukarannya.

7) Informasi yang diberikan lebih kaya terutama bila butir soal itu memiliki homogenitas yang tinggi.

Sementara itu, kelemahan tes pilihan ganda yaitu:

1) Sukar dikonstruksi terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen.

2) Ada kencederungan bahwa guru mengkonstruksi butir soal jenis ini hanya menguji atau mengukur aspek ingatan yang merupakan aspek paling rendah dalam ranah kognitif.

3) “Test-wise” mempunyai pengaruh yang berarti terhadap

hasil tes peserta. Jadi makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes pilihan ganda, makin besar kemungkinan ia memperoleh skor yang lebih baik.

Widoyoko (2014: 107-109) juga mengungkapkan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda. Kelebihan tes pilihan ganda sebagai berikut:

1) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level pengetahuan, mulai dari yang paling sederhana seperti pengetahuan konsep, sampai dengan yang paling kompleks seperti analisis.

2) Setiap perangkat tes yang menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat menggunakan jumlah butir


(48)

28 soal yang relatif banyak dan pokok bahasan yang akan diujikan lebih luas.

3) Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif.

4) Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

5) Jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua sehingga mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak.

6) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik.

7) Tingkat kesulitan butir soal dapat diatur, dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Semakin homogen alternatif jawaban maka makin tinggi tingkat kesulitannya, dan sebaliknya.

8) Informasi yang diberikan lebih kaya.

Sementara itu, kekurangan tes pilihan ganda menurut Widoyoko sebagai berikut:

1) Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan menyusun butir soal tipe pilihan ganda ini terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen.

2) Ada kecenderungan bahwa guru menyusun butir soal tipe ini dengan hanya menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek paling rendah dalam ranah kognitif.


(49)

29 3) Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk

pilihan ganda terhadap hasil tes peserta.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan kelebihan dan kelemahan tes pilihan ganda. Kelebihan tes pilihan ganda yaitu 1) butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur level pengetahuan mulai dari pengetahuan konsep hingga analisis, 2) penskoran hasil tes dilakukan secara objektif, 3) perangkat tes pilihan ganda dapat memuat jumlah soal yang relatif banyak, 4) perangkat tes pilihan ganda dapat memuat pokok bahasan yang lebih luas sehingga informasi yang disampaikan lebih kaya, 5) jumlah pilihan jawaban lebih dari dua sehingga mengurangi kemungkinan peserta tes untuk menebak, 6) tingkat kesukaran soal dapat diubah dengan mengatur tingkat homogentinas pilihan jawaban.

Kekurangan tes pilihan ganda yaitu 1) relatif sukar dalam penyusunan butir soal terutama dalam menyusun pilihan jawaban yang homogen, 2) ada kecenderungan guru menyusun butir soal pilihan ganda dengan hanya menguji aspek ingatan yang merupakan aspek paling rendah dalam ranah kognitif, 3) terdapat pengaruh kebiasaan peserta tes dalam mengerjakan tes pilihan ganda dengan hasil tes peserta tes.


(50)

30 2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

a. Validitas

Yusuf (2015: 61) mengemukakan bahwa konsep validitas merujuk pada kesesuaian, kebermaknaan, dan kebergunaan kesimpulan-kesimpulan yang dapat dibuat berdasarkan skor instrumen. Semakin tinggi validitas suatu instrumen berarti semakin baik kesimpulan yang diambil dan makin baik pula tingkat kebermaknaan maupun kegunaannya. Oleh karena itu, suatu instrumen dikatakan valid kalau instrumen tersebut benar-benar mengukur sesuatu yang hendak diukur. Hamzah (2014: 216) mengungkapkan definisi validitas yaitu derajat yang menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur tes atau nontes dalam melakukan fungsi ukurnya benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Sugiyono (2015: 173) dan Waridjan (1991: 342) mengemukakan pemikiran yang serupa bahwa suatu tes hasil belajar sebagai alat ukur dinyatakan valid apabila tes hasil belajar itu hanya mengukur variabel yang memang seharusnya diukur, tidak mengukur variabel-variabel lain yang memang seharusnya tidak diukur. Waridjan (1991: 342) menambahkan validitas suatu tes dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal tes. Faktor eksternal tes mencakup penetapan kunci jawaban, penetapan skor dan ketersediaan waktu pengerjaan tes. Faktor internal tes mencakup kejelasan petunjuk pengerjaan tes, kejelasan rumusan soal, kesesuaian materi soal dengan materi belajar-mengajar dan tingkat kesukaran soal. Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut maka dapat disimpulkan


(51)

31 bahwa validitas adalah ketepatan suatu instrumen dalam mengukur yang hendak diukur. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur sesuatu yang hendak diukur.

Arikunto (2012: 80-84) memaparkan secara garis besar ada dua macam validitas yaitu:

1) Validitas Logis

Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi merujuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Bila instrumen sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen maka instrumen tersebut secara logis sudah valid. Jadi validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen yaitu:

a) Validitas isi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi sering disebut sebagai validitas kurikuler karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum.


(52)

32 b) Validitas Konstruksi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Sekarang Tujuan Instruksional Khusus dikenal dengan istilah Indikator. Validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam Tujuan Instruksional Khusus. 2) Validitas Empiris

Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Validitas empiris terdiri dari dua macam yaitu:

a) Validitas Ada Sekarang

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas ada sekarang jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Istilah “sesuai” merujuk pada dipasangkannya hasil tes dengan hasil pengalaman dimana pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang).


(53)

33 b) Validitas Prediksi

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada dua macam validitas menurut Arikunto yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis dan validitas empiris kemudian dibagi lagi menjadi masing-masing dua macam. Dua macam validitas logis adalah validitas isi dan validitas konstruksi. Sementara itu, dua macam dari validitas empiris adalah validitas ada sekarang dan validitas prediksi.

b. Reliabilitas

Ancok (dalam Warijan 1991: 362) mengungkapkan reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama. Hasan dan Zainul (1991: 134) mengungkapkan konsep reliabilitas secara umum dapat diartikan sebagai sejauh mana suatu alat ukur dapat diyakini memberikan informasi yang konsisten dan tidak mendua tentang karakter peserta tes yang diujikan. Basuki dan Hariyanto (2014: 99) serta Sulistyorini (2009: 166) sependapat bahwa reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan dan sebuah tes dikatakan dapat dipercaya atau memiliki taraf kepercayaan yang tinggi apabila hasil yang diperoleh dari tes


(54)

34 tersebut tetap serta konsisten atau ajeg dan tidak menunjukkan perubahan-perubahan yang berarti. Hamzah (2014: 230) mengungkapkan bahwa suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah kekonsistenan alat ukur dalam memberikan hasil yang relatif sama meski dilakukan beberapa kali pengukuran dengan gejala dan alat ukur yang sama.

Arikunto (2012: 104-108) mengemukakan kriterium yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas yaitu:

1) Metode Bentuk Paralel (Equivalent)

Tes paralel atau tes equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda yang diujikan kepada sekelompok siswa yang sama yang kemudian hasilnya dikorelasikan. Kebaikan metode ini adalah tidak

ada practice-effect dan carry-over effect karena peserta tes

dihadapkan pada dua macam tes. Sementara itu, kelemahan metode ini adalah beratnya pekerjaan pengetes yang harus menyusun dua seri tes dan dibutuhkan waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.


(55)

35 2) Metode Tes Ulang (Test-retest Method)

Metode ini menggunakan satu seri tes yang diujikan sebanyak dua kali dan kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.

3) Metode Belah Dua (Split-half Method)

Dalam metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Terdapat dua cara dalam membelah butir soal ini yaitu:

a) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap.

b) Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah pada nomor-nomor awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diketahui bahwa ada tiga kriterium yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas ada yang berada di luar tes dan pada tes menurut Arikunto yaitu metode bentuk paralel, metode tes ulang, dan metode belah dua yang memiliki 2 cara dalam membelah butir soal yaitu belahan ganjil-genap dan belahan awal-akhir.


(56)

36 c. Karakteristik Butir Soal

1) Daya Beda

Widoyoko (2014: 136) mengemukakan daya beda butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan antara peserta tes yang pandai (kelompok atas) dengan peserta tes yang kurang pandai (kelompok bawah) diantara peserta tes. Suatu soal dikatakan tidak memiliki daya pembeda jika soal tersebut dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai serta soal yang tidak dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Anzwar (2016: 123) mengungkapkan secara prinsip daya beda item dicerminkan oleh perbedaan jawaban terhadap item diantara kelompok subjek yang cerdas, atau kelompok subjek yang berbakat dan tidak berbakat, atau antara kelompok yang sudah berhasil dan yang belum berhasil dalam belajar. Waridjan (1991: 385) mengungkapkan bahwa suatu soal tes hasil belajar dinyatakan mempunyai jenjang daya pembeda yang maksimum positif apabila soal tes itu tidak dapat dikerjakan oleh seluruh peserta tes dari kelompok berprestasi belajar rendah tetapi dapat dikerjakan secara benar oleh seluruh peserta tes dari kelompok berprestasi belajar tinggi. Waridjan (1991: 386) menambahkan bahwa daya pembeda soal tes hasil belajar dapat direntang ke dalam jenjang-jenjang daya pembeda, mulai dari jenjang berdaya pembeda maksimum negatif


(57)

37 (-1) dimana soal dapat dikerjakan dengan benar oleh seluruh peserta tes berprestasi belajar rendah namun tidak dapat dikerjakan dengan benar oleh seluruh peserta tes berprestasi belajar tinggi; jenjang tidak berdaya pembeda (0) dimana suatu soal dapat dikerjakan dengan benar baik semua peserta tes berprestasi rendah maupun semua peserta berprestasi tinggi; sampai dengan jenjang berdaya pembeda maksimum positif (+1). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes untuk membedakan antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah. 2) Tingkat kesukaran

Widoyoko (2015: 132) mengungkapkan bahwa tingkat kesulitan adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu butir soal. Arikunto (2012: 222) mengungkapkan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan bila soal dibuat terlalu sukar maka akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Arikunto 2012: 222). Sulistyorini (2009: 173-174) menekankan bahwa kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Waridjan (1991: 383) menambahkan bahwa kesukaran soal-soal tes hasil belajar dapat


(58)

38 direntang mulai dari soal-soal yang mudah, soal-soal yang sedang sampai dengan soal-soal yang sukar. Sebuah soal masuk ke dalam kategori soal mudah jika dapat dikerjakan oleh hampir sebagian besar peserta tes. Sementara itu, soal masuk ke dalam kategori sukar jika dapat dikerjakan secara benar hanya sebagian kecil dari peserta tes. Penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar merupakan suatu hal yang penting dalam analisis tingkat kesukaran. Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3 yang artinya 30% soal berkategori mudah, 40% soal berkategori sedang dan 30% soal berkategori sukar. Perbandingan juga dapat dibuat 3-5-2 yang artinya 30% soal berkategori mudah, 50% soal berkategori sedang , dan 20% berkategori sukar. Selain itu, perbandingan dapat juga dibuat 25-50-25 yang artinya 25% soal berkategori mudah, 50% soal berkategori sedang, dan 25% soal berkategori sukar. Widoyoko (2014: 165) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar. Berdasarkan pemaparan para ahli tesebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah kemampuan atau kesanggupan peserta tes dalam memberikan jawaban benar dalam tes.

3) Efektivitas Pengecoh

Item yang baik tidak saja memiliki daya diskriminasi yang tinggi dan tingkat kesukaran yang sesuai tapi juga memiliki


(59)

distraktor-39 distraktor yang efektif (Anzwar 2016: 140). Pengecoh yang efektif ditunjukkan dengan banyaknya peserta tes berprestasi rendah yang terjebak oleh pengecoh atau distraktor dibandingkan dengan banyaknya peserta tes berprestasi tinggi. Purwanto (2009: 108) mengemukakan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh diadakan untuk menyesatkan siswa agar tidak memilih kunci jawaban. Hal yang perlu diperhatikan agar pengecoh lebih efektif adalah jawaban pengecoh harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan seakan-akan jawaban pengecoh itu merupakan jawaban atau jawaban benar (Waridjan 1991: 387-388). Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes menandakan bahwa pengecoh itu jelek, sebaliknya jika pengecoh mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan maka pengecoh tersebut dikatakan berfungsi dengan baik (Arikunto 2012: 233-234).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban selain kunci jawaban. Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik jika peserta tes berprestasi rendah banyak yang terjebak dan memilih pengecoh dibandingkan dengan banyaknya peserta tes berprestasi tinggi. 3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Arikunto (2012: 167-168) mengemukakan langkah-langkah dalam penyusunan tes yaitu:


(60)

40 1) Menentukan tujuan mengadakan tes.

2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes. 3) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan. 4) Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat

pula aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu yang bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki agar tidak terlewati.

5) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. 6) Menuliskan butir-butir soal didasarkan atas indikator-indikator

yang sudah dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.

Tabel spesifikasi seperti yang disebutkan Arikunto (2012: 168) dalam langkah-langkah penyusunan tes digunakan untuk membantu guru dalam mengadakan penilaian terhadap murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya lebih profesional dalam menyusun tes (Sulistyorini 2009: 131). Sulistyorini (2009: 131) menambahkan bahwa tabel spesifikasi atau disebut juga kisi-kisi atau blueprint ini dibuat agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan yang akan dicakup dalam tes.


(61)

41 Siregar dan Nara (2010: 158-159) juga mengungkapkan langkah-langkah dasar untuk menyusun tes yaitu:

1) Menentukan maksud tes

Ada dua maksud utama yaitu memberikan balikan bagi siswa dalam setiap proses belajarnya dan menilai efektivitas sistem pembelajaran secara keseluruhan.

2) Membuat tabel spesifikasi

Tabel spesifikasi ini berisi daftar perilaku atau kata kerja yang terdapat dalam indikator; presentase bobot setiap perilaku; jenis tes untuk setiap indikator; jumlah butir tes yang akan dibuat.

3) Menuliskan butir-butir soal

Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis butir tes adalah macam dan jumlah butir tes sesuai tabel spesifikasi serta menggunakan komponen kondisi dalam indikator sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan.

4) Merakit butir tes

Butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar jenisnya kemudian diberi nomor urut 1 dan seterusnya.

5) Menulis petunjuk untuk setiap jenis tes

Petunjuk sederhana, singkat, dan jelas yang berisi tentang cara mengerjakan soal dan waktu yang disediakan untuk menjawab. 6) Menulis kunci jawaban

Kunci jawaban menunjukkan dua hal yaitu jawaban yang benar dan cara pemberian skor setiap butir tes.


(62)

42 7) Mengujicobakan tes

Uji coba dilakukan untuk melihat (1) kualitas butir tes; (2) kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab; (3) kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan; (4) kelengkapan alat-alat yang harus dibawa siswa seperti kalkulator, tabel, kertas jawaban, pensil , dan sebagainya; (5) kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa dengan yang ditetapkan dalam tes; (6) kejelasan dan kebersihan pengetikan.

8) Menganalisis hasil uji coba

Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas setiap butir soal dan kualitas teknik penulisan dan kualitas fisik.

9) Merevisi tes

Apabila kesembilan langkah ini selesai direncanakan, maka perencanaan pembelajaran dapat mengadministrasikannya dalam bentuk lembar soal atau buku soal.

Yusuf (2015: 200) mengemukakan 11 langkah dalam penyusunan tes sebagai berikut:

1) Menetapkan tujuan penilaian/asesmen. 2) Mengembangkan spesifikasi/blueprint. 3) Mengembangkan ruang lingkup ujian. 4) Memilih tipe item/butir soal.

5) Mempersiapkan penyusunan item/butir soal. 6) Menyusun item/butir soal.


(63)

43 8) Mengadministrasikan tes.

9) Menskor dan mengolah tes. 10)Menginterpretasikan tes.

11)Menggunakan tes untuk perbaikan kegiatan pembelajaran dan

grading.

Menurut pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan langkah-langkah dalam pengembangan tes yaitu 1) menetapkan tujuan penilaian, 2) menyusun blueprint tes, 3) menetapkan tipe soal tes, 4) menyusun butir soal tes, 5) menguji soal tes, 6) menganalisis butir soal tes, 7) merakit tes. 4. Matematika

a. Definisi Matematika

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013: 185). Johnson dan Rising (dalam Ruseffendi 1993: 28) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik. Reys dkk. (dalam Ruseffendi 1993: 28) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di jenjang pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mengemukakan


(1)

204

TITLE: UJICOBA TIPE B COMMENT:

****************************************************************** *********

Quick Options Analysis

****************************************************************** *********

* is keyed answer, # is option that discriminates better than keyed answer

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~

---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 1 TOTAL 9 (0.300) 6 (0.200) 0 (0.000) 15*(0.500) High 1 (0.125) 1 (0.125) 0 (0.000) 6 (0.750) Low 3 (0.375) 2 (0.250) 0 (0.000) 3 (0.375) Diff -2(-0.250) -1(-0.125) 0 (0.000) 3 (0.375) 2 TOTAL 20 (0.667) 2 (0.067) 0 (0.000) 8*(0.267) High 4 (0.500) 0 (0.000) 0 (0.000) 4 (0.500) Low 5 (0.625) 2 (0.250) 0 (0.000) 1 (0.125) Diff -1(-0.125) -2(-0.250) 0 (0.000) 3 (0.375) 3 TOTAL 6*(0.200) 20 (0.667) 4 (0.133) 0 (0.000) High 0 (0.000) 8 (1.000) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 1 (0.125) 5 (0.625) 2 (0.250) 0 (0.000) Diff -1(-0.125) 3#(0.375) -2(-0.250) 0#(0.000) 4 TOTAL 3 (0.100) 2 (0.067) 11 (0.367) 14*(0.467) High 0 (0.000) 0 (0.000) 5 (0.625) 3 (0.375) Low 1 (0.125) 1 (0.125) 3 (0.375) 3 (0.375) Diff -1(-0.125) -1(-0.125) 2#(0.250) 0 (0.000) 5 TOTAL 18 (0.600) 3*(0.100) 4 (0.133) 5 (0.167) High 6 (0.750) 2 (0.250) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 3 (0.375) 0 (0.000) 3 (0.375) 2 (0.250) Diff 3#(0.375) 2 (0.250) -3(-0.375) -2(-0.250) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 6 TOTAL 1 (0.033) 4 (0.133) 4*(0.133) 21 (0.700) High 0 (0.000) 0 (0.000) 3 (0.375) 5 (0.625) Low 1 (0.125) 3 (0.375) 0 (0.000) 4 (0.500) Diff -1(-0.125) -3(-0.375) 3 (0.375) 1 (0.125) 7 TOTAL 13*(0.433) 0 (0.000) 16 (0.533) 1 (0.033) High 3 (0.375) 0 (0.000) 5 (0.625) 0 (0.000) Low 2 (0.250) 0 (0.000) 5 (0.625) 1 (0.125) Diff 1 (0.125) 0 (0.000) 0 (0.000) -1(-0.125) 8 TOTAL 4 (0.133) 18*(0.600) 7 (0.233) 1 (0.033) High 2 (0.250) 5 (0.625) 1 (0.125) 0 (0.000) Low 1 (0.125) 5 (0.625) 1 (0.125) 1 (0.125) Diff 1#(0.125) 0 (0.000) 0 (0.000) -1(-0.125) 9 TOTAL 6 (0.200) 5 (0.167) 19*(0.633) 0 (0.000)


(2)

205

High 0 (0.000) 3 (0.375) 5 (0.625) 0 (0.000) Low 5 (0.625) 2 (0.250) 1 (0.125) 0 (0.000) Diff -5(-0.625) 1 (0.125) 4 (0.500) 0 (0.000) 10 TOTAL 7 (0.233) 0 (0.000) 1 (0.033) 22*(0.733) High 2 (0.250) 0 (0.000) 0 (0.000) 6 (0.750) Low 3 (0.375) 0 (0.000) 1 (0.125) 4 (0.500) Diff -1(-0.125) 0 (0.000) -1(-0.125) 2 (0.250) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 11 TOTAL 5 (0.167) 16*(0.533) 9 (0.300) 0 (0.000) High 2 (0.250) 6 (0.750) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 2 (0.250) 3 (0.375) 3 (0.375) 0 (0.000) Diff 0 (0.000) 3 (0.375) -3(-0.375) 0 (0.000) 12 TOTAL 26*(0.867) 1 (0.033) 2 (0.067) 1 (0.033) High 6 (0.750) 0 (0.000) 2 (0.250) 0 (0.000) Low 8 (1.000) 0 (0.000) 0 (0.000) 0 (0.000) Diff -2(-0.250) 0#(0.000) 2#(0.250) 0#(0.000) 13 TOTAL 14*(0.467) 4 (0.133) 2 (0.067) 10 (0.333) High 4 (0.500) 0 (0.000) 0 (0.000) 4 (0.500) Low 4 (0.500) 0 (0.000) 2 (0.250) 2 (0.250) Diff 0 (0.000) 0 (0.000) -2(-0.250) 2#(0.250) 14 TOTAL 4 (0.133) 4 (0.133) 20*(0.667) 2 (0.067) High 0 (0.000) 2 (0.250) 6 (0.750) 0 (0.000) Low 1 (0.125) 2 (0.250) 4 (0.500) 1 (0.125) Diff -1(-0.125) 0 (0.000) 2 (0.250) -1(-0.125) 15 TOTAL 6 (0.200) 5 (0.167) 10*(0.333) 9 (0.300) High 1 (0.125) 0 (0.000) 4 (0.500) 3 (0.375) Low 2 (0.250) 3 (0.375) 1 (0.125) 2 (0.250) Diff -1(-0.125) -3(-0.375) 3 (0.375) 1 (0.125) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 16 TOTAL 9 (0.300) 12*(0.400) 5 (0.167) 4 (0.133) High 1 (0.125) 5 (0.625) 2 (0.250) 0 (0.000) Low 4 (0.500) 2 (0.250) 2 (0.250) 0 (0.000) Diff -3(-0.375) 3 (0.375) 0 (0.000) 0 (0.000) 17 TOTAL 5 (0.167) 18*(0.600) 4 (0.133) 3 (0.100) High 0 (0.000) 8 (1.000) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 3 (0.375) 1 (0.125) 3 (0.375) 1 (0.125) Diff -3(-0.375) 7 (0.875) -3(-0.375) -1(-0.125) 18 TOTAL 5 (0.167) 3 (0.100) 6 (0.200) 16*(0.533) High 0 (0.000) 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (1.000) Low 4 (0.500) 0 (0.000) 3 (0.375) 1 (0.125) Diff -4(-0.500) 0 (0.000) -3(-0.375) 7 (0.875) 19 TOTAL 1 (0.033) 12 (0.400) 11*(0.367) 6 (0.200) High 0 (0.000) 1 (0.125) 7 (0.875) 0 (0.000) Low 0 (0.000) 5 (0.625) 1 (0.125) 2 (0.250) Diff 0 (0.000) -4(-0.500) 6 (0.750) -2(-0.250)


(3)

206

20 TOTAL 13 (0.433) 6*(0.200) 3 (0.100) 8 (0.267) High 4 (0.500) 2 (0.250) 0 (0.000) 2 (0.250) Low 1 (0.125) 0 (0.000) 1 (0.125) 6 (0.750) Diff 3#(0.375) 2 (0.250) -1(-0.125) -4(-0.500) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 21 TOTAL 8 (0.267) 0 (0.000) 20*(0.667) 2 (0.067) High 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (1.000) 0 (0.000) Low 3 (0.375) 0 (0.000) 4 (0.500) 1 (0.125) Diff -3(-0.375) 0 (0.000) 4 (0.500) -1(-0.125) 22 TOTAL 8 (0.267) 3 (0.100) 16*(0.533) 3 (0.100) High 1 (0.125) 0 (0.000) 7 (0.875) 0 (0.000) Low 4 (0.500) 1 (0.125) 1 (0.125) 2 (0.250) Diff -3(-0.375) -1(-0.125) 6 (0.750) -2(-0.250) 23 TOTAL 5*(0.167) 21 (0.700) 3 (0.100) 1 (0.033) High 4 (0.500) 4 (0.500) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 1 (0.125) 4 (0.500) 2 (0.250) 1 (0.125) Diff 3 (0.375) 0 (0.000) -2(-0.250) -1(-0.125) 24 TOTAL 2 (0.067) 3 (0.100) 24*(0.800) 1 (0.033) High 0 (0.000) 0 (0.000) 8 (1.000) 0 (0.000) Low 1 (0.125) 2 (0.250) 5 (0.625) 0 (0.000) Diff -1(-0.125) -2(-0.250) 3 (0.375) 0 (0.000) 25 TOTAL 8*(0.267) 8 (0.267) 11 (0.367) 3 (0.100) High 3 (0.375) 1 (0.125) 1 (0.125) 3 (0.375) Low 2 (0.250) 3 (0.375) 3 (0.375) 0 (0.000) Diff 1 (0.125) -2(-0.250) -2(-0.250) 3#(0.375) ---- --- --- --- --- --- Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- --- 26 TOTAL 8*(0.267) 5 (0.167) 8 (0.267) 9 (0.300) High 5 (0.625) 0 (0.000) 1 (0.125) 2 (0.250) Low 1 (0.125) 2 (0.250) 3 (0.375) 2 (0.250) Diff 4 (0.500) -2(-0.250) -2(-0.250) 0 (0.000) 27 TOTAL 5 (0.167) 2 (0.067) 4 (0.133) 19*(0.633) High 0 (0.000) 0 (0.000) 2 (0.250) 6 (0.750) Low 4 (0.500) 1 (0.125) 0 (0.000) 3 (0.375) Diff -4(-0.500) -1(-0.125) 2 (0.250) 3 (0.375) 28 TOTAL 10 (0.333) 8*(0.267) 10 (0.333) 2 (0.067) High 2 (0.250) 2 (0.250) 4 (0.500) 0 (0.000) Low 2 (0.250) 2 (0.250) 3 (0.375) 1 (0.125) Diff 0 (0.000) 0 (0.000) 1#(0.125) -1(-0.125) 29 TOTAL 13*(0.433) 7 (0.233) 7 (0.233) 3 (0.100) High 5 (0.625) 3 (0.375) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 2 (0.250) 1 (0.125) 4 (0.500) 1 (0.125) Diff 3 (0.375) 2 (0.250) -4(-0.500) -1(-0.125) 30 TOTAL 7 (0.233) 8*(0.267) 10 (0.333) 5 (0.167) High 0 (0.000) 5 (0.625) 2 (0.250) 1 (0.125)


(4)

207

Low 4 (0.500) 2 (0.250) 1 (0.125) 1 (0.125) Diff -4(-0.500) 3 (0.375) 1 (0.125) 0 (0.000) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

TAP: Test Analysis Program (version 14.7.4) Copyright © 2003-2014 Gordon P. Brooks Contact: brooksg@ohio.edu


(5)

208

Lampiran 20 Foto-Foto Validasi Lapangan


(6)

209

Lampiran 21 Biodata Peneliti

CURRICULUM VITAE

Elizabeth Vania Melati merupakan anak pertama dari dua

bersaudara yang lahir pada tanggal 5 Juli 1995 di Bandar

Lampung. Peneliti menempuh pendidikan dasar di SD

Xaverius Panjang pada tahun 2001-2007. Pendidikan

menengah pertama ditempuh di SMP Xaverius Panjang pada

tahun 2007-2010. Peneliti kemudian melanjutkan pendidikan

tingkat menengah atas di SMA Xaverius Bandar Lampung pada tahun 2010-2013.

Peneliti mulai tercatat sebagai mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma sejak

tahun 2013 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

Selama menempuh perkuliahan, peneliti aktif mengikuti berbagai kegiatan untuk

mengembangkan

soft skill.

Di tahun 2014, peneliti mengikuti Pelatihan

Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I dan II. Di tahun yang sama

peneliti juga mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD) pramuka. Peneliti juga aktif

mengikuti organisasi yang ada di universitas. Pada tahun 2013 peneliti mulai

bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Pengabdian Masyarakat. Peneliti

mengikuti berbagai kepanitiaan di lingkungan prodi dan universitas, diantaranya

Inisiasi PGSD pada tahun 2014, Dies Natalis UKM PM ke-14 pada taun 2014,

Malam Kreativitas PGSD pada tahun 2015, Parade Gamelan Anak pada tahun

2015. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menuliskan

tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar

Matematika Materi

Pembulatan Dan Penaksiran Serta Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang


Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 4 245

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi operasi hitung campuran dan memecahkan masalah perhitungan yang berkaitan dengan uang siswa kelas III sekolah dasar.

0 1 147

Pengembangan tes hasil belajar matematika materi pembulatan dan penaksiran serta pemecahan masalah yang melibatkan uang untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1 3 230

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan untuk sIswa kelas IV Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016/2017.

0 0 231

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan dan penaksiran untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 1 209

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi operasi hitung, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 2

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

0 7 269

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 1 243

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 melakukan penaksiran dan pembulatan untuk sIswa kelas IV Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016 2017

0 22 229

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat sifatnya, pembulatan dan penaksiran untuk siswa kelas V sekolah dasar

0 0 207