Implementasi pembelajaran sejarah berbasis paradigma pedagogi reflektif melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik.

(1)

viii

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF MELALUI PEMANFAATAN

MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE,

CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS XI IPS 2 SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

Oleh

Filipus Dimas Darumurti Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aspek competence, conscience, dan compassion siswa setelah implementasi pembelajaran sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) melalui pemanfaatan multimedia pada materi revolusi Amerika, revolusi Perancis, dan revolusi Rusia serta pengaruhnya bagi Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan model penelitian Kemmis dan McTaggart berbasis PPR. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik sebanyak 28 siswa. Obyek penelitian adalah aspek competence, conscience, dan compassion (3C) siswa, pembelajaran sejarah berbasis PPR dan pemanfaatan multimedia. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, kuesioner, observasi dan wawancara. Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aspek 3C siswa. (1)Peningkatan competence siswa dilihat dari segi KKM dari keadaan awal sebanyak 17 siswa atau 60,71%, pada siklus 1 menjadi 19 siswa atau 67,86% dan pada siklus 2 menjadi 23 siswa atau 82,14%. (2) Peningkatan skor rata-rata conscience siswa dari 159,75 dengan kategori cukup meningkat menjadi 165,75 dengan kategori tinggi. Dari segi tanggung jawab meningkat dari 57,14% menjadi 92,86%; kejujuran dari 39,28% menjadi 42,86%; nasionalisme dari 67,86% menjadi 89,28%; perjuangan dari 82,14% menjadi 89,28% dan kedisiplinan dari 46,43% menjadi 5,57%. (3) Peningkatan skor rata-rata compassion siswa dari 172,18 dengan kategori tinggi meningkat menjadi 178,71 dengan kategori tinggi. Dari segi kerjasama meningkat dari 75% menjadi 85,71%; kepedulian dari 46,43% menjadi 57,14%; keterlibatan dalam kelompok dari 25% menjadi 67,86%; menghargai perbedaan dari 35,71% menjadi 71,43% dan rela berkorban dari 46,43% menjadi 64,28%.


(2)

ix

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF LEARNING HISTORY BASED ON REFLECTIVE PEDAGOGICAL PARADIGM THROUGH THE USE OF

MULTIMEDIA TO INCREASE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND

COMPASSION VALUES ON STUDENTS OF GRADE XI IPS 2 SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

by

Filipus Dimas Darumurti Universitas Sanata Dharma

2014

This study aims to improve students’competence, conscience, and compassion values after the Implementation of Historical Learning Based on Reflective Pedagogical Paradigm (PPR) by the Use of Multimedia on the topic of American Revolution, French Revolution, and Russian Revolution and also those effects toward Indonesia.

This study uses Class Action Research with a research model adopted

from Kemmis and McTaggart’s research on PPR basis. The subjects of this study

were the students of Grade XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik which involved 28

students. The objects of this study were students’ competence, conscience and compassion (3C) values and the historical learning based on Reflective Pedagogical Paradigm and use of multimedia. The data were collected by tests, questionnaires, observations and interviews. The data analysis uses descriptive percentage analysis.

The results show the improvement on students’ 3C values. (1) Competence value improved, viewed from the Minimum Passing Grade level, from 17 students (60,71%) to 19 students (67,86%) on the Ist cycle; on the 2nd cycle became 23 students (82,14%). (2) Conscience average level improved from 159,75, categorized as average, to 165,75, categorized as higher. Responsibility valued higher from 57,14% to 92,86%; honesty improved from 39,28% to 42,86%; nasionalism improved from 67,86% to 89,28%; diligence improved from 82,14% to 89,28%; and discipline improved from 46,43% to 5,57%. (3) Compassion average score improved from 172,18, categorized as high, to 178,71 which is categorized as high. Team-work improved from 75% to 85,71%; compassion from 46,43% to 57,14%; In-Group contribution from 25% to 67,86%; awareness of differences from 35,71% to 71,43% and altruism from 46,43% to 64,28%.


(3)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF MELALUI PEMANFAATAN

MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE,

CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS XI IPS 2 SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

FILIPUS DIMAS DARUMURTI NIM: 091314021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF MELALUI PEMANFAATAN

MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE,

CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS XI IPS 2 SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

FILIPUS DIMAS DARUMURTI NIM: 091314021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Allah Bapa yang selalu memberikan perlindungan dan kekuatan dalam hidupku

2. Kedua orangtua ku tercinta dan adikku tersayang yang selalu mendukung ku dalam segala hal

3. Saudara-saudara ku tercinta, Pacar-ku dan sahabat-sahabat serta teman-temanku yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku.

4. Teman – teman pendidikan sejarah, khususnya angakatan 2009 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan selama kuliah.


(8)

v

MOTTO

Jadilah manusia yang historis, jangan menjadi manusia yang a historis (Rm. Sunu)

Mengenal, menerima, mengampuni, menguasai, menghargai, mengembangkan diri sendiri, menjadi diri sendiri, dan membagikan diri sendiri, menjadi “manusia bagi sesama”

(FX. Prajasuta, MSF).

Berpikirlah secara bebas dan menjadi manusia yang bebas, tetapi tetap bertanggung jawab.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, penulis: Nama : Filipus Dimas Darumurti

NIM : 091314021

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Implementasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui Pemanfaatan Multimedia

untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Sepanjang pengetahuan penulis, skripsi ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang diambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Yogyakarta, Januari 2014 Penulis,


(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Filipus Dimas Darumurti

NIM : 091314021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Implementasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui Pemanfaatan Multimedia untuk Meningkatkan Competence Conscience dan Compassion Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: Januari 2014


(11)

viii

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF MELALUI PEMANFAATAN

MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE,

CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS XI IPS 2 SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

Oleh

Filipus Dimas Darumurti Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aspek competence, conscience, dan compassion siswa setelah implementasi pembelajaran sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) melalui pemanfaatan multimedia pada materi revolusi Amerika, revolusi Perancis, dan revolusi Rusia serta pengaruhnya bagi Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan model penelitian Kemmis dan McTaggart berbasis PPR. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik sebanyak 28 siswa. Obyek penelitian adalah aspek competence, conscience, dan compassion (3C) siswa, pembelajaran sejarah berbasis PPR dan pemanfaatan multimedia. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, kuesioner, observasi dan wawancara. Analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aspek 3C siswa. (1)Peningkatan competence siswa dilihat dari segi KKM dari keadaan awal sebanyak 17 siswa atau 60,71%, pada siklus 1 menjadi 19 siswa atau 67,86% dan pada siklus 2 menjadi 23 siswa atau 82,14%. (2) Peningkatan skor rata-rata conscience siswa dari 159,75 dengan kategori cukup meningkat menjadi 165,75 dengan kategori tinggi. Dari segi tanggung jawab meningkat dari 57,14% menjadi 92,86%; kejujuran dari 39,28% menjadi 42,86%; nasionalisme dari 67,86% menjadi 89,28%; perjuangan dari 82,14% menjadi 89,28% dan kedisiplinan dari 46,43% menjadi 5,57%. (3) Peningkatan skor rata-rata compassion siswa dari 172,18 dengan kategori tinggi meningkat menjadi 178,71 dengan kategori tinggi. Dari segi kerjasama meningkat dari 75% menjadi 85,71%; kepedulian dari 46,43% menjadi 57,14%; keterlibatan dalam kelompok dari 25% menjadi 67,86%; menghargai perbedaan dari 35,71% menjadi 71,43% dan rela berkorban dari 46,43% menjadi 64,28%.


(12)

ix

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF LEARNING HISTORY BASED ON REFLECTIVE PEDAGOGICAL PARADIGM THROUGH THE USE OF

MULTIMEDIA TO INCREASE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND

COMPASSION VALUES ON STUDENTS OF GRADE XI IPS 2 SMA

NEGERI 2 NGAGLIK

by

Filipus Dimas Darumurti Universitas Sanata Dharma

2014

This study aims to improve students’competence, conscience, and compassion values after the Implementation of Historical Learning Based on Reflective Pedagogical Paradigm (PPR) by the Use of Multimedia on the topic of American Revolution, French Revolution, and Russian Revolution and also those effects toward Indonesia.

This study uses Class Action Research with a research model adopted from Kemmis and McTaggart’s research on PPR basis. The subjects of this study were the students of Grade XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik which involved 28 students. The objects of this study were students’ competence, conscience and compassion (3C) values and the historical learning based on Reflective Pedagogical Paradigm and use of multimedia. The data were collected by tests, questionnaires, observations and interviews. The data analysis uses descriptive percentage analysis.

The results show the improvement on students’ 3C values. (1) Competence value improved, viewed from the Minimum Passing Grade level, from 17 students (60,71%) to 19 students (67,86%) on the Ist cycle; on the 2nd cycle became 23 students (82,14%). (2) Conscience average level improved from 159,75, categorized as average, to 165,75, categorized as higher. Responsibility valued higher from 57,14% to 92,86%; honesty improved from 39,28% to 42,86%; nasionalism improved from 67,86% to 89,28%; diligence improved from 82,14% to 89,28%; and discipline improved from 46,43% to 5,57%. (3) Compassion average score improved from 172,18, categorized as high, to 178,71 which is categorized as high. Team-work improved from 75% to 85,71%; compassion from 46,43% to 57,14%; In-Group contribution from 25% to 67,86%; awareness of differences from 35,71% to 71,43% and altruism from 46,43% to 64,28%.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingan-Nya skripsi yang berjul ”Implementasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui Pemanfaatan

Multimedia untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion

Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Ngaglik” ini dapat terselesaikan dengan baik. Bagi penulis penyusunan skripsi ini telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berguna dalam penyusunan sebuah karya ilmiah.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. Theresia Sumini., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah dan dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan informasi dan bimbingan kepada penulis.

4. Drs. A.K. Wiharyanto., M.M. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

5. Ibu Siti Aptinah selaku guru mata pelajaran sejarah SMA N 2 Ngaglik yang telah memberikan arahan dan juga saran-saran yang berguna.


(14)

xi

6. Siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 7. Bapak, Ibu dan Adik yang tercinta, terimakasih atas segala doa serta

dukungannya selama ini sehingga bisa selalu bersemangat.

8. Teman-teman kelompok payung dan sahabat-sahabat ku (Ika, Tiara, Roy, Gilang, Martin, Sugi, Adit, Bruder Vembri, Angga, Brurry, Ius, Gradi) serta pacar ku Dessy Candra Kurnia yang selalu memberikan dukungan motivasi, semangat dan kerjasama dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman kakak angkatan yang telah membantu dan memberikan informasi yang berguna bagi penulis selama kuliah dan selama pengerjaan skripsi ini.

10.Seluruh teman-teman Pendidikan sejarah, khususnya angkatan 2009 yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi

11.Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Halaman Motto... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... vii

Abstrak ... viii

Abstract ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran ... xix

Bab I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Pemecahan Masalah ... 9


(16)

xiii

G. Manfaat Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 12

Bab II Kajian Teori ... 13

A. Deskripsi Teori ... 13

1. Pembelajaran Sejarah berbasis PPR ... 13

2. Multimedia Pembelajaran ... 22

3. Competence, Conscience, Compassion (3C) ... 24

4. Penelitian Tindakan Kelas... 29

B. Materi Pembelajaran ... 33

C. Kaitan antara penerapan PPR melalui pemanfaatan multimedia dengan PTK dalam pembelajaran sejarah ... 38

D. Penelitian yang Relevan ... 40

E. Kerangka berpikir... 40

F. Hipotesis Penelitian ... 42

Bab III Metode dan Metodologi Penelitian ... 43

A. Jenis penelitian ... 43

B. Setting Penelitian ... 43

C. Subyek dan obyek ... 44

D. Desain penelitian ... 44

E. Definisi Operasionel Variabel ... 45

F. Sumber data ... 47

G. Metode Pengumpulan data ... 48


(17)

xiv

I. Analisis data ... 54

J. Prosedur penelitian ... 60

K. Indikator keberhasilan ... 67

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 68

A. Hasil penelitian... 68

B. Komparasi ... 130

C. Pembahasan ... 143

Bab V Penutup ... 153

A. Kesimplan ... 153

B. Saran ... 156

Daftar Pustaka ... 157


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Hasil uji reliabilitas instrumen... 54

Tabel 2: Kriteria penentuan hasil belajar berdasarkan PAP 1 ... 55

Tabel 3: Instrumen penilaian pengamatan siklus 1 ... 55

Tabel 4: Instrumen penilaian pengamatan siklus 2 ... 56

Tabel 5: Skor kuesioner untuk pernyataan positif ... 57

Tabel 6: Skor kuesioner untuk pernyataan negatif ... 57

Tabel 7: Analisis nilai kuesioner aspek conscience (suara hati) ... 57

Tabel 8: Analisis nilai kuesioner aspek compassion (bela rasa) ... 58

Tabel 9: Tingkat kategori nilai ... 59

Tabel 10: Tingkat kategori nilai berdasarkan PAP 1... 59

Tabel 11: Indikator keberhasilan ... 67

Tabel 12: Hasil wawancara guru ... 68

Tabel 13: Hasil observasi aktivitas guru di kelas ... 71

Tabel 14: Hasil observasi aktivitas siswa... 73

Tabel 15: Data keadaan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) awal siswa ... 75

Tabel 16: Frekuensi data keadaan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) awal siswa ... 76

Tabel 17: Data keadaan aspek conscience (suara hati) awal siswa ... 78

Tabel 18: Data keadaan aspek compassion (bela rasa) awal siswa ... 80


(19)

xvi

Tabel 20: Rangkuman hasil rumusan aksi siswa pertemuan 1 siklus1 ... 86

Tabel 21: Rangkuman hasil refleksi siswa pertemuan 2 siklus 1... 89

Tabel 22: Rangkuman hasil rumusan aksi siswa pertemuan 2 siklus 1 ... 91

Tabel 23: Hasil pengamatan aspek competence/penilaian proses siklus 1 . 93 Tabel 24: Hasil tes siklus 1 ... 94

Tabel 25: Nilai final siklus 1 ... 95

Tabel 26: Frekuensi data keadaan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) siswa siklus 1 ... 97

Tabel 27: Hasil pengamatan aspek conscience (suara hati) siklus 1 ... 98

Tabel 28: Hasil pengamatan aspek compassion ( bela rasa) siklus 1 ... 100

Tabel 29: Rangkuman hasil refleksi siswa pertemuan 1 siklus 2... 107

Tabel 30: Rangkuman hasil rumusan aksi siswa pertemuan 1 siklus 2 ... 108

Tabel 31: Rangkuman hasil refleksi siswa pertemuan 2 siklus 2... 110

Tabel 32: Rangkuman hasil rumusan aksi siswa pertemuan 2 siklus 2 ... 111

Tabel 33: Hasil pengamatan aspek competence/penilaian proses siklus 2 . 113

Tabel 34: Hasil tes siklus 2 ... 114

Tabel 35: Nilai final siklus 2 ... 115

Tabel 36: Frekuensi data keadaan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) siswa siklus 1 ... 117

Tabel 37: Hasil pengamatan aspek conscience (suara hati) siklus 2 ... 118

Tabel 38: Data keadaan akhir aspek conscience (suara hati) siswa setelah tindakan ... 120


(20)

xvii

Tabel 40: Data keadaan akhir aspek compassion (bela rasa) siswa

setelah tindakan ... 124 Tabel 41: Rangkuman hasil refleksi siswa secara keseluruhan

setelah tindakan ... 127 Tabel 42: Komparasi aspek competence (pengetahuan, keterampilan

dan sikap) siswa ... 131 Tabel 43: Hasil Komparasi aspek conscience (suara hati) siswa

keadaan awal dengan keadaan akhir ... 133 Tabel 44: Hasil komparasi pengamatan aspek conscience (suara hati)

siswa siklus 1 dengan siklus 2 ... 136 Tabel 45: Hasil komparasi prosentase pencapaian aspek conscience

(suara hati) per indikator... 137 Tabel 46: Hasil Komparasi aspek compassion (bela rasa) siswa

keadaan awal dengan keadaan akhir ... 138 Tabel 47: Hasil komparasi pengamatan aspek compassion (bela rasa)

siswa siklus 1 dengan siklus 2 ... 140 Tabel 48: Hasil komparasi prosentase pencapaian aspek compassion


(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 31 Gambar II. Kerangka Berpikir ... 41 Gambar III. Desain model Kemmis dan McTaggart berbasis PPR ... 45 Gambar IV. Diagram perbandingan data keadaan awal competence siswa 77 Gambar V. Diagram perbandingan data keadaan awal conscience siswa 79 Gambar VI. Diagram perbandingan data keadaan awal compassion siswa 81 Gambar VII. Diagram perbandingan data keadaan competence

siswa siklus 1 ... 97 Gambar VIII. Diagram perbandingan data keadaan competence

siswa siklus 2 ... 118 Gambar IX. Diagram perbandingan data keadaan conscience

akhir siswa ... 122 Gambar X. Diagram perbandingan data keadaan compassion akhir siswa 126 Gambar XI. Diagram Hasil komparasi aspek competence siswa ... 133 Gambar XII. Diagram Komparasi conscience siswa awal dan akhir

setelah tindakan ... 135 Gambar XIII. Diagram Komparasi pencapaian conscience per indikator . 138 Gambar XIV. Diagram Komparasi compassion siswa awal dan akhir

setelah tindakan ... 140 Gambar XV. Diagram Komparasi pencapaian compassion per indikator 143


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA ... 160 Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 161 Lampiran 3: Silabus ... 162 Lampiran 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis PPR ... 173 Lampiran 5: Rangkuman Hasil Kuesioner pra Tindakan Penelitian ... 192 Lampiran 6: Kisi-kisi Kuesioner Aspek Concience Siswa ... 194 Lampiran 7: Kuesioner pra Penelitian Aspek Conscience ... 195 Lampiran 8: Hasil Analisis Validitas Kuesioner Conscience ... 200 Lampiran 9: Hasil Reliabilitas Kuesioner Conscience ... 202 Lampiran 10: Kuesioner Conscience Awal dan Akhir Penelitian ... 204 Lampiran 11: Kisi-kisi Kuesioner Aspek Compassion ... 209 Lampiran 12: Kuesioner pra Penelitian Aspek Compassion ... 211 Lampiran 13: Hasil Analisis Validitas Kuesioner Compassion ... 216 Lampiran 14: Hasil Reliabilitas Kuesioner Compassion ... 218 Lampiran 15: Kuesioner Compassion Awal dan Akhir Penelitian ... 220 Lampiran 16: Kisi-kisi Soal Tes Sejarah Siklus 1 ... 225 Lampiran 17: Soal Tes/Ulangan Siklus 1 ... 230 Lampiran 18: Lembar Jawab Tes/Ulangan Siklus 1 ... 236 Lampiran 19: Kisi-kisi Soal Tes Sejarah Siklus 2 ... 237 Lampiran 20: Soal Tes/Ulangan Siklus 2 ... 242 Lampiran 21: Lembar Jawab Tes/Ulangan Siklus 2 ... 249


(23)

xx

Lampiran 22: Jadwal Penelitian ... 250 Lampiran 23: Lampiran Foto ... 251


(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting bagi generasi muda, tanpa adanya suatu pendidikan bangsa Indonesia tidak akan pernah maju dan berkembang. Pendidikan bisa dilakukan di mana saja, tetapi pendidikan yang dianggap baik untuk mengembangkan semua aspek adalah pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang dilakukan dengan terjadinya interaksi antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa lain yang biasanya terjadi dalam proses pembelajaran. Pada hakekatnya kegiatan pembelajaran adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di sekolah. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu peran guru juga untuk mendidik, terutama untuk mendidik secara kreatif sehingga yang diterima siswa bukan hanya materi saja tetapi pengembangan aspek yang lain juga sangat diperlukan seperti pengembangan karakter diri.

Pengembangan karakter diri ini didukung dengan penyampaian nilai-nilai kemanusian dan karaker di dalam kelas, tetapi yang terjadi adalah penyampaian nilai-nilai yang dilakukan oleh guru belum maksimal. Dari faktor siswa juga diketahui bahwa walaupun guru sudah menyampaikan nilai-nilai karakter tersebut, siswa belum bisa memperhatikan dan menerapkannya dalam kehidupan


(25)

sehari-hari, nilai-nilai kemanusiaan dan karakter tersebut hanya didengar saja dan tidak diaplikasikannya.1 Hal ini menyebabkan pendidikan nilai dalam diri anak menjadi sangat kurang sehingga perkembangan karakter siswa juga tidak maksimal. Banyak fakta terlihat bahwa sekarang telah terjadi banyak korupsi, tawuran antar pelajar atau antar organisasi, perusakan lingkungan, kurangnya kepedulian sosial dan lain sebagainya sebagai contoh merosotnya moral manusia jaman sekarang. Hal semacam ini bisa terjadi karena kurangnya penanaman nilai-nilai karakter dan kemanusiaan di sekolah. Supaya hal-hal negatif tersebut tidak terjadi maka diperlukan adanya pendidikan nilai di sekolah dan mengembangkan karakter diri pada siswa meliputi aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa).2

Pendidikan nilai di sekolah salah satu caranya bisa diterapkan melalui mata pelajaran sejarah, karena sejarah merupakan mata pelajaran yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan terutama nilai-nilai karakter dan kemanusiaan. Jadi mata pelajaran sejarah itu sarat dengan nilai-nilai positif. Mata pelajaran sejarah sangat sarat dengan nilai-nilai karena sejarah itu mempelajari tentang segala peristiwa yang sudah terjadi sehingga bisa diambil makna dan nilai-nilainya kemudian bisa direfleksikan dan nilai-nilai yang baik itu kemudian diterapkan pada kehidupan sehari-hari di masa sekarang. Hal-hal positif yang sudah terjadi pada masa lalu bisa diambil dan dijadikan pedoman untuk melakukan kegiatan di masa sekarang, sehingga hasilnyapun juga akan baik. Sedangkan nilai-nilai yang

1

Data diambil pada observasi dan menyebar kuesioner yang dilakukan pada tanggal 12 April 2013 di kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik.

2


(26)

negatif bisa disingkirkan dan diperbaiki supaya bisa berguna bagi masa kini dan masa mendatang.

Nilai-nilai mata pelajaran sejarah yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah yaitu nilai kemanusiaan, kerja keras, semangat, kedisiplinan, percaya diri, kerjasama, nasionalisme, kepedulian, moral, tanggungjawab dan lain sebagainya. Tetapi sayangnya kebanyakan siswa masih belum bisa menyadari dan memahami pentingnya nilai-nilai tersebut. Selain itu, mata pelajaran sejarah sendiri yang masih kurang diminati oleh kebanyakan siswa karena berbagai alasan, misalnya persepsi tentang mata pelajaran sejarah yang penuh dengan hafalan, mata pelajaran sejarah yang tidak di UN kan, sejarah tidak membuat orang menjadi kaya dan cara guru mengajar yang kurang menarik berakibat penanaman nilai-nilai karakter dan kemanusiaan pada pelajaran sejarah sulit untuk disampaikan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik, dengan melakukan pengamatan dan penyebaran kuisioner tentang pandangan siswa terhadap mata pelajaran sejarah hasilnya adalah sebagaian besar siswa menganggap penting dan suka pada pelajaran sejarah, tetapi juga tergantung materi dan cara guru mengajar. Tentang keaktifan dan antusias siswa dalam pelajaran sejarah hasilnya adalah beberapa siswa aktif dalam pembelajaran sejarah dan sebagaian besar siswa kadang-kadang aktif tergantung dari cara mengajar guru. Tentang cara mengajar guru 80% siswa mengatakan guru hanya berceramah dan bercerita, kadang-kadang dengan diskusi dan presentasi, sehingga membuat siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Hal ini menyebabkan siswa


(27)

tidak minat dan malas pada pelajaran sejarah. Siswa juga mengatakan yang menarik bagi siswa yaitu dengan metode yang lain seperti diskusi, presentasi, video, permainan, dan multimedia.3 Mengenai keadaan prestasi siswa bisa dikatakan dalam keadaan cukup karena berdasarkan nilai ulangan harian sebesar 60,71% siswa sudah tuntas dengan KKM 75 dan rata-rata nilai siswa yaitu 72,2.

Berdasarkan data-data tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya siswa-siswa tersebut senang dan menyukai pelajaran sejarah karena bisa mempelajari masa lalu. Mereka juga mengatakan bahwa sebenarnya pelajaran sejarah itu sangat penting bagi kehidupan mereka, hanya saja mereka belum terlalu paham seberapa penting sejarah itu. Tetapi, mereka kadang menjadi tidak berminat dan malas belajar sejarah dikarenakan guru mata pelajaran yang belum menggunakan metode yang bervariasi, guru hanya sering berceramah dan bercerita. Hal ini membuat para siswa cenderung jenuh terhadap pelajaran sejarah karena mereka merasa bosan mendengar guru berceramah di depan kelas. Keadaan semacam itu menyebabkan siswa tidak memperhatikan saat pelajaran sejarah, sehingga kegunaan sejarah untuk menanamkan nilai kehidupan sulit untuk dilakukan dan prestasi siswa menjadi kurang memuaskan.

Supaya pembelajaran sejarah bisa berhasil dengan baik guna menanamkan nilai-nilai karakter dan kemanusiaan, maka diperlukan suatu pembelajaran yang mampu digunakan untuk membangun ingatan historis dan ingatan emosional siswa. Ingatan historis merupakan ingatan tentang fakta-fakta sejarah yang ada sedangkan ingatan emosional adalah ingatan yang terbentuk dengan melibatkan

3

Data diambil pada observasi dan menyebar kuesioner yang dilakukan pada tanggal 12 April 2013 di kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik.


(28)

emosi sehingga bisa menumbuhkan kesadaran dan minat dalam diri siswa untuk memahami dan memaknai berbagai peristiwa sejarah.4 Setelah siswa minat pada sejarah dan sadar akan makna penting dari peristiwa sejarah, maka siswa bisa mengambil nilai-nilai karakter dan kemanusiaan yang berguna bagi kehidupan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pembelajaran yang mendukung yaitu salah satunya dengan melaksanakan Paradigma PedagogiReflektif yang disingkat PPR melalui pemanfaatan multimedia pembelajaran.

PPR merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang kritis dan memiliki nilai kemanusiaan. Dalam pelaksanaan PPR ini ada tahapan yang dilakukan secara terus menerus yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Siswa diajak untuk memahami konteks dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk memahami nilai-nilai kehidupan, kemudian dalam pembelajaran sejarah siswa akan mengalami sendiri secara nyata pentingnya proses dalam kehidupan, sehingga pengalaman itu muncul dengan sendirinya melalui proses pembelajaran di kelas dan juga tindakan nyata dalam kehidupan. Setelah itu berdasarkan pengalaman yang ada siswa melakukan refleksi untuk menemukan nilai-nilai yang berguna dalam kehidupannya, kemudian refleksi itu akan dituangkan dalam aksi nyata pada kehidupan sehari-harinya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan yang sudah terjadi dan sudah dilakukan siswa. Dalam pembelajaran sejarah yang berbasis PPR ini akan mengarahkan siswa untuk bisa meningkatkan karakter mereka terutama dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap atau aspek

4


(29)

competence, mengembangkan hati nurani/suara hati atau aspek conscience, dan mengembangkan bela rasa terhadap sesama atau aspek compassion ( 3C ).

Supaya penerapan pembelajaran sejarah berbasis PPR ini bisa lebih menarik maka diperlukan suatu alat pendukung. Dalam hal ini peneliti menggunakan alat pendukung berupa multimedia pembelajaran sehingga dalam menyampaikan pelajaran sejarah, metode yang digunakan guru tidak konvensional. Siswa pasti menjadi lebih tertarik dan antusias untuk mengikuti pelajaran sejarah karena metode untuk penyampaian materi lebih menarik, sehingga minat siswa pada mata pelajaran sejarah akan bertambah. Multimedia juga membantu siswa untuk memahami materi dan dapat menangkap nilai-nilai yang diperjuangkan dalam materi sejarah yang diajarkan sehingga mata pelajaran sejarah yang sangat sarat dengan nilai-nilai karakter dan kemanusiaan dapat dimengerti siswa dan nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi, siswa banyak mengatakan bahwa pelajaran sejarah akan menarik jika metode yang digunakan bervariasi misalnya dengan menggunakan multimedia sehingga siswa menjadi tidak bosan, tidak malas dan bisa aktif serta antusias dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Dengan seperti itu maka dapat menunjang dalam penanaman nilai-nilai karakter dan kemanusiaan yang sangat banyak terkandung dalam pelajaran sejarah.

Berdasarkan atas permasalahan yang telah diuraikan, maka peneliti akan melakukan penelitian di SMA N 2 Ngaglik kelas XI IPS 2 dengan penerapan PPR melalui pemanfaatan multimedia pembelajaran pada mata pelajaran sejarah. Peneliti memilih SMA N 2 Ngaglik karena merupakan sekolah milik pemerintah


(30)

atau sekolah Negeri yang belum pernah menerapkan PPR. Di sekolah ini penyampaian nilai-nilai karakter terutama tentang 3C juga belum maksimal khususnya pada mata pelajaran sejarah. Walaupun sudah mulai di sampaikan nilai-nilai karakter dan kemanusiaan, tetapi siswa-siswa belum memperhatikan dan memahami akan pentingnya nilai-nilai tersebut sehingga siswa juga belum menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa) dalam diri siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pembelajaran yang ada saat ini adalah :

1. Prestasi siswa pada mata pelajaran sejarah dalam keadaan cukup sehingga harus ditingkatkan.

2. Cara mengajar guru yang membosankan, mereka menjadi malas belajar sejarah.

3. Rendahnya kemauan siswa dalam menghargai proses pembelajaran.

4. Kurang dikembangkannya nilai-nilai karakter dan nilai-nilai kemanusiaan pada siswa, sehingga perlu adanya penanaman nilai-nilai bagi kehidupan. 5. Pembelajaran sejarah yang kurang menarik, karena media pembelajaran


(31)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian yaitu pada peningkatan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa) siswa dengan pendekatan PPR melalui pemanfaatan multimedia pada materi peristiwa-peristiwa penting di dunia (revolusi Amerika, revolusi Perancis, dan revolusi Rusia) serta pengaruhnya bagi Indonesia di kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah implementasi pembelajaran sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui pemanfaatan multimedia dapat meningkatkan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) siswa kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik?

2. Apakah implementasi pembelajaran sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui pemanfaatan multimedia dapat meningkatkan aspek conscience (suara hati) siswa kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik?

3. Apakah implementasi pembelajaran sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui pemanfaatan multimedia dapat meningkatkan aspek compassion (bela rasa) siswa kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik?


(32)

E. Pemecahan Masalah

Permasalahan untuk meningkatkan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa) siswa dipecahkan dengan pembelajaran reflektif atau PPR melalui pemanfaatan multimedia pembelajaran sesuai dengan prosedur PTK yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran sejarah berbasis PPR melalui pemanfaatan multimedia sebagai cara untuk meningkatkan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa) pada siswa. Pendekatan ini digunakan karena kemampuan siswa yang perlu ditingkatkan terutama dalam hal prestasi dan juga kemampuan tentang pengolahan suara hati dan bela rasa karena hal ini berhubungan dengan pendidikan karakter untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang utuh, peduli sesama dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan PPR semua aspek kompetensi siswa dapat berkembang karena PPR membantu siswa untuk menyadari bahwa usaha yang sudah dilakukan dapat membantu untuk mengembangkan diri, siswa juga bisa dilatih untuk memilih mana hal yang baik dan benar serta membantu siswa dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat atau aksi nyata.

2. Konsep yang digunakan dalam PPR melalui pemanfaatan multimedia pembelajaran ialah guru menyampaikan materi sejarah berbasis PPR yang didasarkan pada konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Dalam pendekatan


(33)

PPR guru dan siswa sama-sama belajar tentang konteks yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari melalui pengalaman dalam pembelajaran. Pengalaman yang sudah di dapat itu kemudian direfleksikan dan hasilnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga perbuatan siswa mengarah pada hal yang positif. Kemudian cara pengajarannya melalui pemanfaatan multimedia pembelajaran yang inovatif karena dengan multimedia siswa lebih mudah memahami materi dan memaknai nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam materi pelajaran sejarah.

F. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian yang dicapai yaitu:.

1. Untuk meningkatkan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) siswa setelah penerapan pembelajaran sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui pemanfaatan Multimedia Pembelajaran.

2. Untuk meningkatkan aspek conscience (suara hati) siswa setelah penerapan pembelajaran sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui pemanfaatan Multimedia Pembelajaran.

3. Untuk meningkatkan aspek compassion (bela rasa) siswa setelah penerapan pembelajaran sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif melalui pemanfaatan Multimedia Pembelajaran.


(34)

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini juga memberikan manfaat bagi universitas Sanata Dharma yaitu untuk menambah koleksi karya ilmiah dan membantu dalam sosialisasi visi-misi USD yang berorientasi pada Pedagogi Reflektif. 2. Bagi Sekolah

Sebagai umpan balik dan memberi sumbangan dalam meningkatkan aspek kompetensi, bela rasa, dan suara hati siswa dan meningkatkan kinerja serta kreatifitas guru guna meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

3. Bagi Guru dan Calon Guru

Penelitian ini memberikan manfaat bagi guru yaitu untuk meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran sejarah, terutama untuk meningkatkan prestasi siswa serta untuk mengembangkan aspek karakter pada siswa terutama dalam hal bela rasa dan suara hati. Selain itu juga sebagai alternatif untuk mengembangkan model pembelajaran di kelas.

4. Bagi Siswa

Dari penelitian ini, siswa dapat memperoleh manfaat yaitu dapat meningkatkan prestasinya pada mata pelajaran sejarah. Siswa juga bisa mengembangkan karakter diri dalam hal bela rasa dan suara hati sehingga kedepannya bisa menjadi manusia yang utuh dan humanis.


(35)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi dengan judul implementasi pembelajaran sejarah berbasis PPR melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XI IPS 2 SMA N 2 Ngaglik terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I : Berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

Bab II : Berupa kajian teori yang memaparkan teori-teori pendukung dalam penelitian ini, materi pembelajaran, kaitan antara penerapan PPR melalui pemanfaatan multimedia dengan PTK dalam pembelajaran sejarah, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

Bab III : Menjelaskan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, setting penelitian, subyek dan obyek penelitian, desain penelitian, definisi opereasional variabel, sumber data, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, analisis data, prosedur penelitian, dan indikator keberhasilan.

Bab IV : Berupa hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini dipaparkan data 3C dari keadaan awal sampai siklus 2 dan komparasinya.


(36)

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Sejarah berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif

Pembelajaran dapat diartikan sebagai Kompetensi Belajar Mengajar di mana guru dan siswa langsung berinteraksi. Dalam hal ini desain pembelajaran menentukan seluruh aspek strategi dalam proses belajar mengajar tersebut. Dalam pembelajaran ada beberapa proses kegiatan yaitu meliputi kegiatan pengajar untuk memotivasi siswa, kegiatan penyajian materi yang dilakukan pengajar, menilai hasil belajar, dan memberikan tugas terkait supaya kemampuan bertambah.1 Istilah pembelajaran merupakan pengembangan istilah dari proses belajar mengajar, jadi pemaknaan ini lebih ditekankan pada prosesnya yaitu proses antara guru dan siswa. Pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya. Dalam proses ini anak menjadi obyek sekaligus subyek belajar, sedangkan guru dan lingkungan belajar lainnya menjadi kondisi penting yang menyertai dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran lebih banyak sebagai fasilitator supaya anak mengalami proses belajar.2 Pembelajaran akan menghasilkan sesuatu perubahan pada diri seseorang yang belajar ke arah yang lebih baik karena pembelajaran itu membuat siswa untuk

1

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta, Penada Media Group, 2007, hlm. 19.

2

Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter: kajian teori dan praktik di sekolah, Bandung, PT, Remaja Rosdakarya., 2012, hlm. 108-109.


(37)

belajar dan mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini yang dicapai yaitu tujuan untuk pengembangan diri yang meliputi aspek kompetensi, suara hati dan bela rasa siswa yang akan dikembangkan melalui pembelajaran sejarah.

Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.3 Sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajaratun“ yang berarti “pohon“ atau “keturunan”. Makna kata pohon, pada masa lalu biasanya selalu dihubungkan dengan keturunan atau asal-usul keluarga raja/silsilah yang bila dilihat bentuknya seperti pohon terbalik4. Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menjelaskan bahwa sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu.5

Menurut Sutrasno sejarah adalah segala kegiatan manusia dan segala kejadian yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga mempunyai akibat adanya perubahan politiok, sosial, ekonomi dan kebudayaan, dan kesemuanya itu ditinjau dari sudut-sudut perkembangannya (berjalan dalam tempat dan waktu atau adanya saling hubungan dalam tempat dan waktu)6.

Dalam hal ini yang menjadi faktor utama sejarah adalah segala kegiatannya yang membawa perubahan di segala bidang kehidupan manusia.

Berkaitan dengan sejarah, Widja menyatakan bahwa “pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang didalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini, sebab dengan kemasakiniannyalah masa

3

Nana Supriyatna, Sejarah untuk kelas XI SMA, Jakarta, Grafindo Media Pratama, 2007, hlm. 45.

4

Magdalia Alvian, dkk, Sejarah untuk SMA dan Ma kelas X, Jakarta, Esis, 2007, hlm. 3.

5

Aman, Model Evaluasi pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2011, hlm. 13.

6

Sutrasno, Sejarah Ilmu Pengetahuan ( History and Science) , Jakarta: Pradnya Paramitha, 1975, hlm. 8.


(38)

lampau itu baru merupakan masa lampau yang penuh arti”. Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental dalam kaitannya dengan guna atau tujuan dari belajar sejarah, melalui pembalajaran sejarah dapat juga dilakukan penilaian moral saat ini sebagai ukuran menilai masa lampau.7

Pembelajaran sejarah harus bisa mendorong manusia untuk bisa berfikir kritis berdasarkan masa lampau untuk dikembangkan di masa kini sehingga pembelajaran sejarah bisa berguna untuk kehidupan masa kini. Oleh karena itu dengan belajar sejarah kita bisa mengetahui berbagai peristiwa sejarah yang bisa menjadi pedoman untuk melakukan kegiatan kita di masa kini. Pembelajaran sejarah juga berfungsi untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsanya, tentunya dengan syarat bahwa siswa harus bisa memahami makna-makna yang terkandung dalam peristiwa sejarah tersebut.8

Menurut pendapat Sartono Kartodirdjo fungsi sejarah itu mencakup beberapa hal yaitu, untuk membangkitkan minat kepada sejarah tanah airnya; untuk mendapat inspirasi dari sejarah; memberi pola berpikir ke arah berpikir yang rasional, kritis, dan empiris; dan mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan.9 Hal ini sejalan dengan fungsi PPR yang akan diterapkan pada mata pelajaran sejarah untuk meningkatkan aspek nilai-nilai kemanusiaan terutama kejujuran dan kerjasama. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajarn sejarah yaitu suatu proses belajar mengajar di mana terjadi interaksi antara pengajar dan siswa yang sedang mempelajari tentang peristiwa masa lampau. Pembelajaran sejarah

7

http://www.scribd.com/doc/60003402/2/B-Belajar-dan-Pengajaran-Sejarah diunduh tanggal 23Februari 2013.

8

Aman, op. cit., hlm. 100.


(39)

juga bisa dimaksudkan untuk menggali nilai-nilai kearifan serta nilai-nilai kemanusiaan yang ada guna mendukung pengembangan karakter siswa terutama dalam hal kejujuran dan kerjasama.

a. Karakteristik Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran sejarah sangat menekankan tentang pendidikan nilai-nilai karakter dan kemanusiaan. Pengetahuan tentang masa lampau dalam pelajaran sejarah tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Karakteristik pembelajaran sejarah yaitu:

1. Pembelajaran sejarah mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, patriotisme, nasionalisme dan pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian siswa

2. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.

3. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

4. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestraian lingkungan hidup.10

b. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah

Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang bisa digunakan untuk proses belajar mengajar sejarah dan juga untuk mengembangkan nilai-nilai moral serta karakter diri. Konstruktivisme adalah aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi dari orang yang sedang belajar.11 Jadi setiap manusia mengalami suatu proses untuk membentuk suatu

10Ibid.,

hlm. 56-57.

11

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-nilai Karakter, Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 161.


(40)

pengetahuan dengan cara belajar dan karena adanya pengalaman yang didapatnya. Menurut Glasersfeld, dalam konstruksi diperlukan beberapa kemampuan yaitu, kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan, dan kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lainnya.12 Pemikiran konstruktivisme ini dapat diambil manfaatnnya bagi proses belajar peserta didik yaitu:

1. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri baik secara personal maupun sosial

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pendidik ke peserta didik, kecuali hanya dengan keaktifan peserta didik sendiri untuk menalar 3. Peserta didik aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu

terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah

4. Pendidik sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi peserta didik berjalan mulus.13

Di dalam dunia pendidikan, konstruktivisme ini sangat penting karena diperlukan dalam proses belajar mengajar. Seorang pendidik yang menyampaikan pengetahuannya kepada peserta didik harus bisa dikonstruksi oleh peserta didik supaya pengetahuan tersebut bisa diterima dengan baik. Jadi proses konstruksi ini sangat penting supaya peserta didik bisa memahami dan mengerti materi yang diajarkan oleh pendidik. Selain itu peserta didik juga harus bisa mengonstruksi segala macam pengalaman yang ia temui dalam proses belajar sehingga pengetahuannya bisa terbentuk menjadi lebih baik.

12

Paul Suparno, Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius, 1997, hlm. 20

13Ibid.,


(41)

Ada tiga macam konstruktivisme berdasarkan apa dan siapa yang menentukan dalam pembentukan pengetahuan yaitu konstruktivisme psikologis personal lebih menekankan bahwa pribadi manusia sendirilah yang mengkonstruksi pengetahuan, konstruktivisme sosiologis lebih menekankan masyarakat sebagai pembentuk pengetahuan dan konstruktivisme sosiokulturalisme menggunakan konstruksi personal dan sosial yang saling berkaitan.14 Tiga macam kontruktivime ini digunakan dalam pembelajaran sejarah.

Dalam proses pembelajaran sejarah teori konstruktivisme juga sangat diperlukan karena sejarah itu mempelajari peristiwa masa lampau. Untuk mempelajari peristiwa masa lampau tentunya kita harus bisa mengkonstruksi segala macam peristiwa yang sudah berlalu supaya pengetahuan tentang peristiwa sejarah tersebut dapat kita ketahui dengan benar, tepat dan lengkap. Dengan konstruktivisme peserta didik dapat melakukan konstruksi atas peristiwa masa lampau berdasarkan apa yang telah ia pelajari dan juga berdasarkan pengalaman mereka atas fakta-fakta yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari terutama dari tempat-tempat bersejarah. Dengan konstruksi tersebut peserta didik dapat melakukan pemaknaan atas peristiwa sejarah tersebut, dengan seperti itu maka nilai-nilai karakter dan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung dalm suatu peristiwa sejarah juga dapat di temukan dan diserap oleh peserta didik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Teori konstruktivisme ini juga sejalan dengan model pembelajaran PPR yang juga bisa membangun manusia untuk memaknai suatu peristiwa sehingga bisa mengambil nilai-nilai karakter dan kemanusiaan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehri-hari. PPR dan konstruktivisme sama-sama membangun pengetahuan dari pengalaman peserta didik itu

14Ibid.,


(42)

sendiri berdasarkan proses yang ia jalani dalam pembelajaran di sekolah khususnya dalam hal ini adalah pembelajaran sejarah.

c. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) paradigma memiliki pengertian sebagai kerangka berfikir atau model dari teori ilmu pengetahuan atau perubahan model. Jadi istilah paradigma dapat diartikan sebagai sebuah model atau teori pembelajaran. Kemudian pedagogi merupakan cara para pengajar mendampingi para siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pedagogi merupakan ilmu dan seni mengajar yang meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi terpelajar.15 Refleksi merupakan suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang di inginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari.16 Jadi reflektif bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bisa melihat kembali apa yang telah dilkukannya untuk menemukan nilai-nilai kehidupan dari refleksinya tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa PPR merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang kritis dan memiliki nilai kemanusiaan. Dengan penerapan PPR dalam

15

Subagya, Paradigma Pedagogi Reflektif, Yogyakarta, Kanisius, 2010, hlm. 22

16

LPM USD, Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian, Yogyakarta, LPM USD, 2012, hlm. 18.


(43)

pembelajaran diharapkan akan menjadikan siswa berkembang dalam berbagai aspek terutama berkembangnya aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa).

d. Langkah-langkah Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif

Langkah-langkah pelaksanaan PPR yaitu meliputi konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

1) Konteks

Konteks merupakan keseluruhan dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan diangkat dan dikembangkan. Hal tersebut meliputi nilai-nilai yang akan dikembangkan agar guru, siswa, dan civitas akademika menyadari akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan seperti solidaritas, persaudaraan, kejujuran, kerjasama, pantang menyerah, cinta lingkungan hidup dan kasih.17 2) Pengalaman

Pengalaman dalam PPR adalah pengalaman siswa yang terjadi dari implementasi sebuah teori yang didapat di dalam kelas. Belajar dari Ignatius, sebuah pengalaman pertobatan membuat dia semakin menyadari arti sebuah kehidupan dan pilihan hidup yang sesuai dengan dirinya. Dalam pelaksanaan PPR seorang siswa harus memiliki pengalaman pembelajaran secara nyata yang ada dalam masyarakat dengan hidup bermasyarakat dan terlibat langsung dalam kejadian.

17


(44)

3) Refleksi

Hal yang paling penting dalam PPR adalah refleksi karena refleksi menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Subagya dalam hal ini mengatakan:

Refleksi merupakan tahapan untuk menilai pengalaman yang telah dirasakan oleh siswa di dalam lapangan, mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Siswa diajak untuk selektif dengan meninjau kembali pengalaman yang dialami lewat sudut pandang siswa. Melalui refleksi siswa meyakini makna nilai yang terkandung dalam pengalamannya. Diharapkan siswa membentuk pribadi mereka sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalaman tersebut.18

4) Aksi

Aksi menjadi salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan PPR. Aksi ini harus dilakukan siswa dengan membangun niat untuk tindakan nyatanya berdasarkan pengalaman dan hasil refleksinya. Dengan membangun niat dan perilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk pribadinya agar menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya.19

5) Evaluasi

Tahap terakhir dalam PPR adalah evaluasi. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran. Kemampuan yang dievaluasi tidak hanya terletak pada kemampuan kognitif melalui soal-soal saja, melainkan kemampuan non akademik lewat pengukuran nilai-nilai kehidupan dengan mengajak siswa melihat keputusan-keputusan yang diambil dalam pengambilan keputusan-keputusan. Dengan adanya

18Ibid.,

hlm. 43- 44.

19Ibid.,


(45)

evaluasi ini, siswa mampu melihat perkembangan dirinya dalam pemahaman akan pola pikir, sikap dan tindakan sosial.

e. Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif

PPR tentunya memiliki kelebihan-kelebihan sehingga bisa digunakan secara baik dalam proses pembelajaran. Menurut modul Tim PPR USD Kelebihan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Membantu siswa menyadari sejauh mana usaha yang telah dilakukan dapat efektif dalam membantu mengembangkan dirinya.

2. Membantu siswa berlatih mempertimbangkan dan memilih cara-cara yang paling baik dan benar.

3. Membantu siswa dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat sesuai pengertian dan kemampuannya.

4. Menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Pembelajaran sejarah berbasis PPR merupakan penyampaian materi pelajaran sejarah dengan pola PPR yang meliputi konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Siswa menemukan makna dan nilai-nilai kemanusiaan dalam pelajaran sejarah dengan memahami konteks pembelajaran, melalui pengalaman dan merenungkannya dengan berefleksi kemudian akan dituangkan dalam bentuk aksi nyata. Dengan evaluasi akan membantu siswa mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi sejarah tersebut.

2. Multimedia Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai interaksi yang baik antara guru dan siswa maka diperlukan suatu alat pendukung supaya siswa dapat memahami dengan baik apa yang disampaikan oleh guru. Salah satu alat


(46)

pendukungnya yaitu media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses komunikasi dalam pembelajaran sehingga bisa berlangsung secara optimal. Media dalam pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Media tersebut bisa berfungsi menyampaikan informasi dengan baik atau tidak tergantung dari jenis dan kelebihan media tersebut. Media yang baik dalam pembelajaran sangat bermacam-macam, salah satunya yaitu melalui pemanfaatan multimedia. Multimedia pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu untuk menyalurkan pesan seperti pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akhirnya dapat merangsang pilihan, perasaan, perhatian, kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar yang optimal.20 Multimedia juga dipandang sebagai suatu pemanfaatan banyak media yang digunakan dalam pembelajaran. Tetapi seiring dengan perkembangan TI pemaknaan multimedia mulai bergeser,

Menurut Rosch multimedia dipandang sebagai kombinasi antara komputer dan video, Mc. Cormik menyatakan bahwa multimedia merupakan kombinasi dari gambar, suara dan teks. Robin dan Linda menyebutkan multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video.21

Jadi multimedia pembelajaran adalah suatu perangkat yang dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar supaya bisa menjadi lebih interakftif. Oleh karena itu dalam multimedia pembelajaran harus memiliki

20

Daryanto, Media pembelajaran, Yogyakarta, Gava Media, 2010, hlm. 52.

21


(47)

makna seperti terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan siswa, terjadi aktivitas fisik dan mental dan hasilnya diterima secara langsung. Multimedia dalam pembelajaran juga memiliki manfaat yaitu bahwa proses pembelajaran menjadi lebih menarik, lebih interaktif, kualitas pembelajaran menjadi lebih meningkat dan minat belajar siswa juga bisa meningkat. Dengan seperti itu pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran sangatlah penting terutama untuk mendukung penerapan model pembelajaran yang interaktif, salah satunya sangat mendukung dalam penerapan PPR. Dengan adanya multimedia maka penerapan PPR akan bisa menjadi lebih mudah dan variatif sehingga diharapkan hasilnya juga akan meningkat secara signifikan terutama untuk mengembangkan aspek 3C siswa.

3. Competence, Conscience, Compassion (3C)

3C (Competence, Conscience, Compassion) merupakan hasil yang akan di ukur dalam penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif.

a. Competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap)

Competence merupakan kata lain dari kompetensi atau pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pada Pedagogi Ignasian competence sangat kental bermuatan ranah kognitif dan psikomotorik, namun juga termuat sebagian ranah afektif meskipun terbatas dalam kaitannya dengan akademik.22 Jadi dalam aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) siswa diharapkan dapat berkembang kompetensinya sehingga bisa menghasilkan prestasi yang baik. Siswa diajak untuk meningkatkan kompetensinya supaya

22


(48)

bisa menjadi siswa yang cerdas dan pandai dalam sisi akademik. Kompetensi yang harus dicapai tentunya juga mencakup tiga ranah pengetahuan yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Kognitif merupakan kemampuan berfikir seseorang, hal ini berkaitan dengan kecerdasan otak/berfikir. Psikomotorik berkaitan dengan keterampilan seseorang, dan afektif merupakan kemampuan sikap seseorang jadi karakter dan keterampilan sosial seseorang yang akan diukur.

b. Conscience (suara hati)

Conscience merupakan aspek yang sangat erat kaitannya dengan aspek afektif yaitu tentang sikap. Aspek ini merupakan aspek dalam PPR yang menekankan pada suara hati, terutama untuk pemahaman mengenai nilai-nilai yaitu kejujuran, integritas, keadilan dan kebebasan.23 Suara hati ini sangat digunakan dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia terutama bagi siswa dalam hal untuk mengembangkan nilai-nilai karakter diri. Suara hati digunakan untuk mengetahui bagaimana seseorang bersikap atas apa yang akan dilakukannya untuk memilih mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan hati nuraninya, dan tentunya diharapkan seseorang tersebut akan memilih sesuatu yang benar bukan yang salah. Misalnya saja contohnya adalah tentang kejujuran siswa waktu ujian, yaitu supaya siswa bisa memilih untuk tidak mencontek. Nilai-nilai conscience (suara hati) tersebut meliputi kesadaran, tanggung jawab, disiplin, serius, semangat, nasionalisme, percaya diri, teliti, perjuangan, mandiri dan jujur.

23 Ibid.


(49)

c. Compassion (bela rasa)

Compassion merupakan salah satu aspek yang dikembangkan dalam PPR yang dengan tegas memiliki spirit bahwa perolehan pengetahuan dan keterampilan peserta didik adalah dalam konteks pengabdian pada orang lain dan bukan sekedar untuk pemenuhan kebutuhan diri sendiri.24 Dengan kata lain bahwa aspek ini menekankan pada sikap siswa yaitu bela rasa. Bela rasa lebih mengutamakan sikap kita untuk bisa berkorban demi orang lain karena manusia sebagai makhluk sosial hidup bersama dengan manusia lain dan harus bisa saling hidup bersama dengan penuh rasa kasih sayang. Bela rasa dalam proses pembelajaran lebih ditunjukkan pada sikap siswa untuk bisa saling membantu teman satu sama lain apabila kesulitan dalam pembelajaran. Sikap lain yang akan ditekankan pada penelitian ini berkaitan dengan bela rasa yaitu tentang kerjasama antar siswa dalam hal diskusi kelompok, bagaimana proses satu sama lain untuk bisa bekerja sama dalam satu kelompok. Selain itu pengembangan aspek compassion (bela rasa) juga sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk mengasah kepekaan sosial siswa pada kehidupan masyarakat. Dimana manusia bisa bertindak untuk bisa saling melayani satu sama lain. Nilai-nilai compassion (bela rasa) yang harus dikembangkan meliputi kerjasama, penghargaan pada sesama, kepedulian pada orang lain, kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, keterlibatan dalam kelompok, kemauan untuk berbagi, kerelaan untuk berkorban, kepedulian lingkungan, menghargai perbedaan


(50)

(multikulturalisme), dan rasa hormat. Dengan demikian 3C merupakan suatu hal yang harus dikembangkan dalam diri siswa karena memadukan pengembangan unsur kognitif, psikomotorik dan afektif.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aspek competence

(pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati)

dan aspek compassion (bela rasa) atau 3C

Aspek 3C merupakan kompetensi yang harus dikembangkan oleh siswa supaya bisa menjadi pribadi yang berkembang secara utuh baik prestasi maupun hati nurati dan bela rasa. Perkembangan aspek tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri setiap manusia. Jadi perkembangan aspek 3C siswa dipengaruhi oleh hal dasar yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Faktor internal tersebut meliputi kecerdasan, bakat, minat dan motivasi yang dimiliki oleh siswa.

a) Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.25 Faktor kecerdasan ini sangat mempengaruhi perkembangan prestasi siswa. Selain itu juga orang yang cerdas akan bisa berfikir untuk bisa mengembangkan aspek lain yaitu bela rasa dan menggali suara hatinya.

25


(51)

b) Minat dan Bakat

Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.26 Minat sangat berpengaruh pada competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) siswa, karena kalau siswa sudah minat terhadap sesuatu pasti akan diperjuangkan supaya bisa dicapainya. Demikian juga halnya dengan bakat, seseorang yang sudah mempunyai bakat pasti akan lebih mudah mengembangkannya untuk meraih sukses. Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan.

c) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi tentu saja akan berhasil dalam prestasinya. Demikian hal ini sangat berpengaruh bagi perkembangan aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa) siswa. 2) Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aspek 3C siswa yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor tersebut contohnya yaitu keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan keadaan lingungan masyarakat. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan siswa terutama prestasi, hati nurani dan bela rasa karena

26


(52)

keadaan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat akan membentuk pribadi siswa sesuai dengan karakter lingkungan tersebut. Keadaan lingkungan yang baik pasti akan menjadikan pribadi siswa yang baik pula dan demikian juga sebaliknya.

4. Penelitian Tindakan Kelas

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan kelas atau PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru dan dilakukan oleh siswa, jadi siswa juga berperan aktif dalam PTK.27 Menurut Kemmis dan Mctaggart, penelitian tindakan adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri tetapi dilakukan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri.28 Kegiatan PTK ini ditujukan untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran sehingga akan menciptakan hasil suatu prestasi yang baik. Jadi dapat dikatakan bahwa PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur.29

27

Suharsimi Arikunto, Dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007, hlm. 3-4.

28

Sarwiji Suwandi, M.Pd, PTK dan Penulisan Karya Ilmiah, Surakarta, Yuma Pustaka, 2011, hlm. 10-11.

29Ibid.,


(53)

b. Tujuan dan Manfaat PTK

Tujuan umum PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga proses interaksi antara keduanya biasa berjalan dengan baik dan nantinya bisa menghasilkan sesuatu hal yang baik. Peningkatan kualitas pembelajaran yang dimaksud adalah untuk mengembangkan seluruh aspek competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap), aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa). Tujuan PTK yaitu:

1. Untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi oleh guru terutama dalam permasalahan pengajaran dan pengembangan materi ajar.

2. Untuk memberikan pedoman bagi guru dan civitas akademika guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja supaya lebih baik dan produktif

3. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaruan pada umumnya.

4. Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem sekolah.30

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut maka dapat diketahui beberapa manfaat PTK yaitu:

1. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih variatif dan menarik serta bermanfaat.

2. Guru dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik pembelajaran, situasi, dan kondisi kelas.31

Dengan tujuan dan manfaat PTK yang ada maka diharapkan pembelajaran akan semakin lebih inovatif, kreatif dan mendidik terutama yang diterapkan pada mata pelajaran sejarah oleh peneliti. PTK yang dilakukan oleh peneliti terutama memiliki tujuan untuk melakukan pembaruan dibidang pendidikan yaitu dengan menerapkan PPR. Karena

30Ibid.,

hlm. 16-17.

31


(54)

dengan PPR ini permasalahan akan kurang berkembangnya prestasi maupun karakter siswa akan terpecahkan. PPR akan membantu dalam meningkatkan pengetahuan/prestasi siswa, pengembangan hati nurani dan bela rasa terhadap sesama. PTK juga dapat mengembangkan kemampuan guru maupun kemampuan siswa, bukan hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam bidang yang lain seperti kreatifitas dan karakter diri yaitu aspek conscience (suara hati) dan aspek compassion (bela rasa). Hal ini dapat dikembangkan secara berkelanjutan.

c. Siklus dan Tahap-tahap PTK

Siklus merupakan gambaran langkah-langkah yang akan dilakukan dalam PTK. Siklus ini digunakan sebagai pedoman untuk melakukan tindakan yang meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi dan refleksi.

Gambar I: Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Pada PTK ini ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan minimal melalui dua siklus. Apabila siklus II belum berhasil maka akan dilakukan


(55)

siklus selanjutnya sampai penelitian tersebut berhasil. Tahap-tahap penelitian tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut:32

1) Perencanaan

Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait dengan PTK. Sedangkan perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Hal-hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.

2) Pelaksanaan Tindakan

Tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu rancangan tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya. 3) Observasi

Observasi, pengamatan, atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat observasi pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

32


(56)

4) Refleksi

Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya pelaksanaan tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukan.

B. Materi Pembelajaran

1. Standar Kompetensi:

3. Menganalisis sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-20

2. Kompetensi Dasar:

3.1.Membedakan pengaruh revolusi Perancis, revolusi Amerika, dan revolusi Rusia terhadap perkembangan pergerakan nasional Indonesia

3. Indikator Pembelajaran:

a. Menjelaskan revolusi Amerika, revolusi Perancis dan revolusi Rusia dari keadaan awal sampai dampak yang ditimbulkan.

b. Menjelaskan pengaruh revolusi Amerika, revolusi Perancis dan revolusi Rusia bagi pergerakan nasional Indonesia.

4. Materi Pembelajaran: Peristiwa-peristiwa penting di dunia (revolusi Amerika, revolusi Perancis, revolusi Rusia) serta pengaruhnya bagi Indonesia.

Pada abad 18-19 Indonesia merupakan negara yang masih dijajah oleh bangsa-bangsa asing. Penjajahan di Indonesia ini menjadikan bangsa Indonesia menderita dan miskin. Karena hal tersebut bangsa Indonesia ingin bangkit


(57)

melawan penjajah supaya bisa terbebas dari penjajahan. Perlawanan ini bisa disebut dengan pergerakan nasional Indonesia.

Pergerakan nasional Indonesia ini juga tidak terlepas dari pengaruh asing yaitu peristiwa-peristiwa penting di dunia seperti revolusi di Eropa dan Amerika akibat dari penjajahan. Revolusi-revolusi tersebut meliputi Revolusi Amerika, Revolusi Perancis, dan Revolusi Rusia. Revolusi-revolusi tersebut memberikan pengaruh bagi bangsa Indonesia untuk pergerakan nasional Indonesia melawan penjajahan.

 Revolusi Amerika

Setelah Perang Tujuh tahun (1756-1763) antara Inggris dan Perancis, Inggris akhirnya berhasil merebut Kanada dan Lousiana. Akibat perang tersebut. Perancis meninggalkan Amerika, sedangkan Inggris berkuasa sebagai penjajah di Amerika. Pada tahun 1774 meletusnya perang antara rakyat Amerika dengan Inggris. Perang ini disebabkan antara lain sebagai berikut :

a. Pendiri Amerika yaitu orang-oang pelarian Inggris yang menginginkan kebebasan beragama.

b. Paham kebebasan dalam perdagangan.

c. Koloni-koloni di Amerika menginginkan kemerdekaan karena ingin bebas dan terhindar dari kebijakan-kebijakan pajak yang memberatkan. Selanjutnya diadakan kongres di Philadelphia yang dihadiri oleh wakil-wakil 13 daerah (Negara bagian). Mereka sepakat untuk menandatangani sebuah deklarasi yang dikenal dengan declaration of independence. Yang disusun oleh Thomas Jefferson. Tanggal ditandatanganinya deklarasi


(58)

tersebut yaitu 4 Juli 1776 dijadikan hari kemerdekaan Amerika (independensi day). Kongres pun kemudian menyepakati adanya articles of confederation sehingga terbentuklah united states of America (USA). Dalam perjanjian paris tahun 1783 inggris akhirnya mengakui kemerdekaan Amerika. Declaration of independensi 4 juli 1776 sebagai pernyataan kemerdekaan amerika yang mengandung nilai-nilai penghargaan terhadap hak asasi manusia yang dimasukan kedalam UUD menjadi Bill of right. Dampak Revolusi Amerika bagi Indonesia

Penjajahan selama ratusan tahun telah membuat hak asasi bangsa Indonesia terinjak-injak. Golongan terpelajar terinspirasi akan perjuangan rakyat Amerika yang bisa bebas dari pejajahan dan memperjuangkan HAM, hal ini tentunya telah membuka kesadaran akan perlunya hak asasi manusia. Kaum terpelajar berkesimpulan bahwa untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak mungkin diperoleh dari tangan penjajah, melainkan harus diperjuangkan dengan kekuatan sendiri. Anggapan ini diyakini betul oleh organisasi-organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Utomo, Serikat Islam, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan PNI. Tujuan itu akan dicapai dengan asas “percaya pada diri sendiri”.

 Revolusi Perancis

Terbitnya buku II Principe karya Niccolo Machiavelli tahun 1532 seakan memberi dukungan terhadap sistem absolud yang berkembang di Eropa. Intinya ajarannya yaitu metode bagi seseorang raja agar memperoleh dan mempertahankan kekuasaan politik. Absolutisme di Perancis memuncak di saat


(59)

kekuasaan raja Louis XIV yang memiliki ciri-ciri pemerintahan tanpa undang-undang, tanpa dewan parlemen, tanpa hukum, dan tanpa anggaran yang jelas. Revolusi Perancis disebabkan oleh ketidakpuasan rakyat terhadap sikap pemerintahan yang absolut. Beban pajak yang berat, gagal panen dan kas negara yang kosong membuat rakyat menderita tetapi raja dan keluarga hidup bermewah-mewahan.

Atas dasar hal tersebut maka rakyat melakukan protes dan pemberontakan dengan menyerang penjara Bastille pada 14 Juli 1789 karena juga banyak aktivis politik dipenjara di sana. Hasilnya kemudian dibentuk UUD Perancis tahun 1971 oleh dominasi 2 partai yaitu Feuillant dan Jacobin. Kemudian pada 22 September 1792 membentuk Dewan Konvensi Nasional yang menghasilkan keputusan yaitu: mengubah pemerintahan dari monarkhi menjadi republik dan Raja Louis XVI serta Maria Antoinette dijatuhi hukuman mati. Pada 10 November 1799 Napoleon melakukan kudeta dan mengangkat diri menjadi kaisar dan menerapkan sistem pemerintahan terpusat.

Dampak Revolusi Perancis bagi Indonesia

Memberi pengaruh akan kesadaran demokrasi, munculnya pemerintahan republik dan lahirnya semangat nasionalisme terutama di kalangan para pelajar dan semua bangsa Indonesia.

 Revolusi Rusia

Revolusi Rusia 1917 disebabkan oleh ketidaksukaan rakyat terhadap pemerintahan Tsar, adanya perbedaan sosial yang mencolok antara kaum bangsawan dan rakyat, perubahan agraria yang tidak memberikan dampak untuk


(1)

248 19.Proklamsi Amerika yang berjudul Declaration Of Independen terjadi pada

tanggal....

a. 4 Juni 1876 d. 6 Juli 1776

b. 4 Juni 1776 e. 4 Juli 1776

c. 5 Juli 1786

20.Revolusi Rusia mengajarkan kita akan nilai-nilai yang bisa diperjuangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu nilai-nilai....

a. kapitalisme dan evolusioner b. nilai-nilai perjuangan satu partai c. nilai komunisme

d. nilai disiplin

e. nilai kemanusiaan dan perjuangan HAM

II. Lingkarilah pada huruf B jika pernyataan tersebut Benar dan pada huruf S jika pernyataan tersebut Salah pada lembar jawaban!

21.( B / S ) Kaum Bolshevik adalah kaum yang mengadakan revolusi di Rusia yang berasal dari Partai Republik.

22.( B / S ) Bangsa Aztec merupakan suku asli masyarakat Amerika. 23.( B / S ) Keadaan Eropa sebelum revolusi Perancis yaitu para penguasa

bersikap diktator dan kekuasaan yang tak terbatas. Hal tersebut merupakan ciri-ciri pemerintahan yang absolut.

24.( B / S ) Tentara Putih merupakan para pendukung Lenin dan memenangkan pertarungan saat perang saudara berlangsung.

25.( B / S ) Pengaruh Revolusi Rusia bagi Indonesia yaitu salah satunya adalah menyebarnya paham komunis di Indonesia.

26.( B / S ) Pada 25 Oktober 1917 dilaksanakan sidang yang mengangkat Lenin sebagai Kepala Negara.

27.( B / S ) Dampak politik dari revolusi Perancis yaitu melahirkan paham tentang persamaan hak dan kesadaran nasional.

28.( B / S ) Revolusi Amerika secara tidak langsung berpengaruh bagi pergerakan nasional Indonesia yaitu Mendorong munculnya kesadaran akan demokrasi dan kebebasan.

29.( B / S ) Dalam perekonomian internasional dampak revolusi Perancis adalah melahirkan sistem ekonomi kontinental.

30.( B / S ) Banyaknya kebijakan dan peraturan Inggris terhadap ke 13 koloni memberikan keuntungan bagi pihak koloni di Amerika.


(2)

TAHUN AJARAN 2012-2013

Mata Pelajaran : Sejarah

Hari/tanggal : Senin, 17 Mei 2013

Waktu : 45 menit

Kelas : XI IPS

Nama: No: Kelas:

I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E !

1. A B C D E 11. A B C D E

2. A B C D E 12. A B C D E

3. A B C D E 13. A B C D E

4. A B C D E 14. A B C D E

5. A B C D E 15. A B C D E

6. A B C D E 16. A B C D E

7. A B C D E 17. A B C D E

8. A B C D E 18. A B C D E

9. A B C D E 19. A B C D E

10.A B C D E 20. A B C D E

II. Lingkarilah pada huruf B jika pernyataan tersebut Benar dan pada huruf S jika pernyataan tersebut Salah pada lembar jawaban!

1. ( B / S ) 6. ( B / S )

2. ( B / S ) 7. ( B / S )

3. ( B / S ) 8. ( B / S )

4. ( B / S ) 9. ( B / S )


(3)

Lampiran 22

A. Jadwal Penelitian

N o

Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli Agustus September November Desember Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Persiapan

2 Obsevasi 3 Pelaksanaan

siklus I

4 Pelaksanaan siklus II

5 Pengolahan data

6 Penyusunan laporan

7 Ujian dan Keperluan administrasi


(4)

251 Lampiran 23

FOTO-FOTO KEGIATAN PENELITIAN

PROSES KEGIATAN BELAJAR SEJARAH KELAS XI IPS 2

1. Pelaksanaan Tindakan


(5)

252 3. Antusias siswa dalam proses belajar sejarah


(6)

253

4. Pengerjaan tugas kelompok


Dokumen yang terkait

Implementasi paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion mahasiswa.

1 1 11

Analisis implementasi model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berdasarkan unsur competence-conscience-compassion siswa.

0 0 14

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi uang untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.

3 19 299

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi fungsi konsumsi dan tabungan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 0 223

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS X-2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 221

Implementasi pembelajaran sejarah berbasis paradigma pedagogi reflektif melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XI IPA 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu - USD Repository

0 17 271

Implementasi pembelajaran sejarah berbasis pedagogi reflektif melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience dan compasion siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 11 Yogyakarta - USD Repository

1 9 250

Implementasi pembelajaran sejarah berbasis paradigma pedagogi reflektif melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2 Ngaglik - USD Repository

0 3 262

Implementasi pembelajaran sejarah berbasis paradigma pedagogi reflektif melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XB SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta - USD Repository

0 7 221

Implementasi pembelajaran sejarah berbasis paradigma pedagogi reflektif melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis Ix Sedayu - USD Repository

0 0 222