Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

18 3 Sumber daya alam yang dapat diperbaharui, seperti berbagai jenis tumbuhan dan hewan merupakan sumber daya alam yang dapat dibentuk lagi jika rusak atau habis. Menurut jenisnya, SDA dibagi menjadi dua sebagai berikut. 1 Sumber daya alam nonhayati, meliputi segala sesuatu yang bukan makhluk hidup, seperti udara, batu bara, logam, dan lain – lain. 2 Sumber daya alam hayati, meliputi berbagai makhluk hidup, seperti berbagai mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan. b Hubungan Sumber Daya Alam dengan Teknologi Sumber daya alam merupakan kekayaan alam yang diciptakan oleh Tuhan untuk kesejahteraan manusia. Semua yang ada dialam merupakan sumber daya yang dibutuhkan oleh manusia, kemajuan teknologi sangat membantu manusia dalam mengolah sumber daya alam untuk mendatangkan manfaat yang sebanyak-banyaknya sumber daya alam ada yang dimanfaatkan secara langsung, ada pula yang harus diolah terlebih dahulu. c Upaya-upaya untuk Pelestarian Lingkungan antara lain sebagai berikut. 1 Tebang pilih, yaitu cara penebangan hutan dengan tujuan agar produksi kayu yang dijual tidk terus menurun dan menyelamatkan tanah dan air. 2 Penanaman bibit baru untuk setiap pohon yang ditebang. 3 Penangkapan musiman untuk ikan untuk menghindari kepunahgan dengan mengatu waktu penangkapan ikan. 19 4 Keanekaragaman bahan pangan untuk mengurangi gangguan yang dapat merusak persediaan semua jenis pangan. d Pelestarian SDA hayati dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut. 1 Pelestarian dihabitat asli pelestarian in situ. 2 Pelestarian diluar habitat aslinya pelestarian ex situ. 2. Hubungan Teknologi Subak dengan Kehidupan Masyarakat. Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali Wikipedia, 2010. Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali. Revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, dimana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya 20 ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini. Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz, sedangkan J. Stephen Lansing telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini. Pada tahun 2012 ini UNESCO, mengakui Subak Bali Cultur Landscape, sebagai Situs Warisan Dunia, pada sidang pertama yang berlangsung di Saint Petersburg, Rusia. 3. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru TN-BTS adalah taman nasional di Jawa Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Taman yang bentangan barat-timurnya sekitar 20- 30 kilometer dan utara-selatannya sekitar 40 km ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas wilayahnya sekitar 50.276,3 ha Wikipedia, 2010. Di kawasan ini terdapat kaldera lautan pasir yang luasnya ±6290 ha. Batas kaldera lautan pasir itu berupa dinding terjal, yang ketinggiannya antara 200-700 meter. 21 Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, daerah Tengger merupakan kawasan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam dan hutan wisata. Kawasan hutan ini berfungsi sebagai hutan lindung dan hutan produksi. Melihat berbagai fungsi tersebut, Kongres Taman Nasional Sedunia mengukuhkan kawasan Bromo Tengger Semeru sebagai taman nasional dalam pertemuan yang diselenggarakan di Denpasar, Bali, pada tanggal 14 Oktober 1982 atas pertimbangan alam dan lingkungannya yang perlu dilindungi serta bermacam-macam potensi tradisional kuno yang perlu terus dikembangkan. Pada tanggal 12 November 1992, pemerintah Indonesia meresmikan kawasan Bromo Tengger Semeru menjadi taman nasional. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru TN-BTS memiiki berbagai kekayaan flora dan fauna. Tumbuhan di saana memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun antara lain cemara gunung, jamuju, edelweis, berbagai jenis anggrek dan rumput langka. Pada dinding yang mengelilingi TN-BTS terdapat banyak rerumputan, mentigi, akasia, cemara, dan sebagainya. Sedangkan satwa yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak Paradoxurus hermaphroditus, rusa Rusa timorensis, kera ekor panjang Macaca fascicularis, kijang Muntiacus muntjak, ayam hutan merah Gallus gallus, macan tutul Panthera pardus melas, ajag Cuon alpinus javanicus; dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung Accipiter virgatus, rangkong Buceros 22 rhinoceros silvestris, elang ular bido Spilornis cheela bido, srigunting hitam Dicrurus macrocercus, elang bondol Haliastur indus, dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo. 4 Keaktifan Siswa SD dalam Pembelajaran IPA

1. Karakteristik Siswa SD

Satuan pendidikan tingkat SD merupakan jenjang pendidikan yang paling awal dan sebagai dasar kemampuan siswa dalam meneruskan pendidikan mereka ke jenjang berikutnya. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru perlu memperhatikan karakteristik siswa agar pencapaian hasil belajar dapat tercapai dengan optimal. Hal ini menjadi sangat penting karena kemampuan dan pemahaman siswa harus mulai dipupuk sejak dini sebagai bekal pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi agar dapat mencapai cita-cita. Usia siswa SD berkisar pada usia 6 atau 7 tahun hingga usia 12 atau 13 tahun. Pada masa ini, anak sudah matang untuk belajar atau sekolah. Pada masa usia ini juga sering disebut sebagai masa intelektual keserasian karena secara relatif siswa lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Piaget Usman Samatowa, 2006: 8 menjelaskan bahwa karakteristik perkembangan kognitif pada siswa SD berkisar pada usia 6 atau 7 tahun sampai dengan 11 atau 12 tahun. Pada usia ini siswa masuk ke dalam kategori operasional konkret sehingga pada periode ini siswa memiliki kemampuan mengklasifikasikan angka atau bilangan dan mulai 23 mampu berpikir kritis meskipun masih terbatas dengan objek-objek yang terikat atau terlihat. Maslichah Asy’ari 2006: 38 menjelaskan bahwa pada umumnya sifat siswa dalam kisaran usia SD antara lain: 1 rasa ingin tahu yang kuat dalam diri siswa, 2 merasa senang bermain atau suasana yang gembira, mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba, 3 memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi, 4 mereka akan belajar dengan efektif jika merasa senang dengan situasi yang ada, serta 5 dengan cara bekerja dan saling mengajarkan apa yang mereka tahu kepada teman yang lain. Usman Samatowa 2006: 7-8 membagi masa ini dalam dua fase, yaitu: a masa kelas rendah, sekitar usia 6 atau 7 hingga 8 atau 9 tahun sehingga di tingkat SD termasuk dalam kelas 1 hingga 3 dan b masa kelas tinggi, sekitar usia 9 atau 10 hingga 12 atau 13 tahun sehingga di tingkat SD termasuk dalam kelas 4 hingga 6, yang akan dijelaskan di bawah ini. Pada masa kelas rendah, siswa memiliki sifat-sifat khas meliputi : a adanya korelasi antara pertumbuhan fisik dengan prestasi, b sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan tradisional, c cenderung memuji diri sendiri dan membandingkannya dengan orang lain, d kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting, e nilai rapor tidak dilihat melalui prestasi yang telah dicapai, f kemampuan mengingat memory dan berbahasa berkembang sangat cepat dan mengagumkan, g hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami 24 daripada abstrak, dan h kehidupan adalah bermain karena sesuatu yang dibutuhkan dan dianggap serius sehingga masih tidak dapat membedakan dengan jelas antara bermain dengan belajar. Pada masa kelas tinggi, siswa memiliki sifat-sifat khas, meliputi : a adanya minat terhadap kehidupan nyata sehari-hari yang konkret, b sangat realistis, ingin tahu, dan ingin belajar, c menjelang akhir masa ini, ada minat terhadap hal-hal yang menonjol, d setelah melewati usia 11 tahun, siswa sudah mampu menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri, e memandang nilai rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi, f gemar membentuk kelompok sebaya, serta g peran tokoh idola pada umumnya sangat penting sehingga guru sering dianggap sebagai orang yang paling tahu. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di SD merupakan jenjang paling awal dan sebagai dasar kemampuan siswa sehingga guru harus memperhatikan karakter siswa yaitu kategori operasional konkret. Pada periode ini siswa memiliki kemampuan memahami suatu hal dan mulai mampu berpikir kritis meskipun masih terbatas. Oleh karena itu, guru sebaiknya mampu mengaitkan konsep- konsep yang dipelajari dengan menggunakan materi atau benda-benda yang ada di sekitarnya termasuk lingkungan dimana mereka hidup dan tinggal. 25

2. Keaktifan Siswa SD

Siswa merupakan sasaran utama dalam pendidikan dan pengajaran sehingga harus diberi kesempatan agar dapat bersikap aktif dalam pembelajaran. Stern Dimyati dan Mudjiono, 2002: 62 mengungkapkan bahwa guru berperan sebagai organisator agar siswa memiliki kesempatan dalam kegiatan belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar menjadi kondusif dengan mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan memilih potensi yang dimiliki dengan tepat. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan karena akan ada interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa itu sendiri. Sardiman 2007: 98 mengungkapkan bahwa keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik dan mental karena berupa perbuatan dan pikiran sebagai suatu rangkaian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Siswa bersikat aktif secara fisik dengan membuat suatu hal dengan bermain dan bekerja sehingga tidak hanya duduk, melihat, dan mendengarkan selama kegiatan pembelajaran. Siswa bersifat aktif secara mental dengan pemahaman dan penalaran dari materi yang dipelajari. Keaktifan siswa dalam KBM sangat berpengaruh pada fisik dan mental- emosional, hingga intelektual siswa. Sardiman 2007: 101 membagi keaktifan menjadi beberapa jenis, antara lain: a keaktifan visual, merupakan kegiatan aktif dengan melihat dan mengamati suatu objek atau tulisan, misalnya membaca, melihat gambar, mengamati

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV Peningkatan keaktifan dan hasil belajar ipa melalui Model snowball throwing pada siswa kelas iv Di sd muhammadiyah 10 tipes Tahun 2015/2016.

0 3 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV Peningkatan keaktifan dan hasil belajar ipa melalui Model snowball throwing pada siswa kelas iv Di sd muhammadiyah 10 tipes Tahun 2015/2016.

0 4 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI Peningkatan Keaktifan Belajar Ipa Melalui Strategi Scramble Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sambiduwur 2 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 18

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 2 305

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1 1 355

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA SISWA KELAS III B SD SAWIT BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 315

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IIIB SD NEGERI PANGGANG, SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA.

0 0 245

PEMANFAATAN LINGKUNGAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA.

0 0 278

peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran ips mengenai koperasi melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar bab 1

0 0 8

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI PEMANFAATAN ALAM SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD

0 0 11