Optimasi Fase Gerak Ekstrak Kental Rimpang Kunyit

rimpang kunyit. Bobot ekstrak kental rimpang kunyit yang didapat yaitu 135,4 gram dengan rendemen 14,72. Pemerian ekstrak kental rimpang kunyit yaitu: warna kuning kecoklatan, bentuk ekstrak kental, bau khas, rasa pahit.

2. Susut pengeringan ekstrak

Hasil susut pengeringan ekstrak rimpang kunyit yaitu 8,81 pada replikasi pertama, 10,77 pada replikasi kedua, dan 10,77 pada replikasi ketiga sehingga rata – rata susut pengeringan yang diperoleh pada penelitian ini adalah 10,12. Nilai 10,12 yang didapatkan ini menyatakan jumlah maksimal senyawa yang mudah menguap atau hilang pada proses pengeringan.

C. Optimasi Fase Gerak Ekstrak Kental Rimpang Kunyit

Pemilihan fase gerak dalam analisis dengan metode kromatografi didasarkan pada kemampuannya dalam melarutkan senyawa yang diinginkan sehingga dapat memisahkannya dengan senyawa – senyawa lain. Penelitian ini menggunakan KLT dengan fase diam silika gel 60 F 254 sehingga polaritas suatu campuran fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi suatu senyawa yang juga berarti akan menentukan nilai Rf. Pada umumnya, fase gerak berisi campuran satu atau lebih pelarut karena adanya kemungkinan pemisahan yang terjadi lebih baik dari fase gerak yang hanya berisikan satu macam pelarut. Selain itu, komposisi fase gerak yang berbeda dapat memberikan perbedaan interaksi antara senyawa campuran dengan fase gerak dan fase diam. Penelitian ini diawali dengan menggunakan 3 macam komposisi fase gerak yang dipilih berdasarkan perbedaan kepolarannya. Fase gerak pertama adalah fase gerak yang paling polar diantara ketiga fase gerak yang lain yaitu etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100 : 11 : 11 : 20 vv. Hal ini dikarenakan pada fase gerak pertama mengandung asam dan air dalam komposisinya sedangkan pada kedua fase gerak lainnya tidak mengandung asam ataupun air. Fase gerak kedua adalah kloroform : metanol 7 : 3 vv yang memiliki sifat semipolar. Fase gerak ketiga adalah n-heksan : etil asetat 2 : 3 vv yang bersifat non – polar dibandingkan dengan kedua fase gerak yang lain. Gambar 3. Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm 1 = penotolan pertama, 2 = penotolan kedua, 3 = penotolan ketiga. A Fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100 : 11 : 11 : 20 vv. B Fase gerak kloroform : metanol 7 : 3 vv. C Fase gerak n-heksan : etil asetat 2 : 3 vv Gambar 3A dengan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air 100 : 11 : 11 : 20 vv, tidak terjadi pemisahan senyawa karena seluruh sampel terbawa oleh fase gerak. Pada gambar 3B dengan fase gerak kloroform : metanol 7 : 3 vv mulai terlihat terjadinya pemisahan dua senyawa akan tetapi pemisahan yang terjadi tidak sempurna karena kedua senyawa tersebut terlalu berhimpitan. Pada gambar 3C dengan fase gerak n-heksan : etil asetat 2 : 3 vv terlihat pemisahan yang baik tetapi hanya menunjukkan dua bercak. C B A 1 1 1 0,5 0,5 0,5 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Pemisahan pada ekstrak kunyit seharusnya mengandung lebih dari 2 bercak karena kandungan pada rimpang kunyit sebagian besar adalah kurkuminoid yang tersusun atas bisdemetoksi kurkumin, demetoksi kurkumin, dan kurkumin. Oleh sebab itu, peneliti menambahkan dua komposisi fase gerak yaitu kloroforom : metanol 9 : 1 vv dan kloroform : metanol 95 : 5 vv untuk melihat adanya kemungkinan bercak lain yang timbul. Gambar 4. Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm A = fase gerak kloroform : metanol 9 : 1 vv; B = fase gerak kloroform : metanol 95 : 5 vv Gambar 4 menunjukkan mulai adanya pemisahan 4 senyawa yang belum sempurna pada fase gerak kloroform : metanol 9 : 1 vv. Pemisahan mulai terlihat sempurna pada fase gerak kloroform : metanol 95 : 5 vv dimana terlihat 4 zona bercak pada lempeng KLT. Gambar 4B menunjukkan zona bercak pertama hingga ketiga terlihat berwarna kuning dan zona bercak keempat hanya terlihat pada UV 254 nm. Oleh sebab itu, fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah fase gerak kloroform : metanol 95 : 5 vv karena menunjukkan pemisahan yang terbaik diantara keempat fase gerak yang lain. B A 1 0,5 1 0,5 1 2 3 4

D. Identifikasi Golongan Senyawa dengan Reagen Semprot pada Ekstrak

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Siwak (Salvadora persica) sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar terhadap Enterococcus faecalis (Secara In Vitro)

3 56 77

Efek Antibakteri Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Porphyromonas gingivalis secara in Vitro

15 175 58

Formulasi Sediaan Gel dan Krim dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)”.

24 174 112

ANTIDEPRESAN NON-PSIKOTROPIK KOMBINASI EKSTRAK AIR RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN EKSTRAK Antidepresan Non-Psikotropik Kombinasi Ekstrak Air Rimpang Kunyit (Curcuma Longa L.) Dan Ekstrak Aseton Kulit Pisang (Musa Paradisisaca L.) Sebagai Moodboost

0 3 18

Isolasi dan identifikasi senyawa aktif penangkap radikal bebas dpph, uv protection, dan antibakteri ekstrak bunga kenanga (cananga odorata (lmk.) Hook.F.

8 37 129

Isolasi dan identifikasi golongan senyawa aktif penangkap radikal bebas, ultraviolet protection, dan antibakteri pada ekstrak etanolik daun pegagan (centella asiatica (l.) urban.).

1 7 120

Isolasi dan identifikasi senyawa aktif penangkap radikal bebas, uv protection dan antibakteri ekstrak kacang hijau (vigna radiata (l.) R. Wilczek).

13 48 140

Isolasi dan identifikasi senyawa aktif penangkap radikal bebas dpph, uv protection, dan antibakteri ekstrak rimpang temugiring (Curcuma heyneana Val.

1 7 118