219 Sebaliknya, orang miskin itu sendiri melayani fungsi-fungsi
sosial tertentu. Orang miskin memperoleh cap menyimpang untuk mengesahkan norma-norma masyarakat yang dominan.
Orang miskin memberikan persembahan kepada kelas atas sebagai jalan bagi altruisme, belas kasihan, dan amal. Orang
miskin juga memberikan pembenaran kepada kaum elit dan kelas menengah yang memiliki waktu luang untuk melakukan
kegiatan-kegiatan pengumpulan dana sukarela dan amal.
Fungsi budaya dari kemiskinan ialah memberikan pekerjaan kepada seni budaya dan bentuk-bentuk seni seperti orkes
dangdut, yang dinikmati oleh banyak orang dari strata sosial yang lebih tinggi. Fungsi politik dari kemiskinan ialah titik
perlombaan bagi kelompok-kelompok politik. Di Indonesia misalnya, semua partai politik berlomba-lomba dengan
berbagai cara untuk memenangkan hati “uwong cilik” baca: orang miskin demi perolehan suara pada Pilkada dan Pilpres
yang akan datang.
Menurut perspektif konflik, perbedaan akses kepada kekuasaan dan status memperburuk ketidakadilan. Konflik
terjadi ketika suatu kelompok menantang ketidaksetaraan kekuasaan yang dipertahankan oleh kelompok lain.
Keteraturan social ialah suatu produk dari kekuasaan kekerasan dari orang-orang yang memiliki posisi status yang
tinggi di dalam hierarkhi masyarakat.
Selanjutnya, persaingan atas sumberdaya-sumberdaya yang langka dapat mendorong sikap-sikap prasangka buruk.
Kelompok yang dominan dapat mengeksploitasi kaum miskin untuk mendapatkan suatu keuntungan atau melakukan kendali
atas kelompok-kelompok yang tidak berdaya. Sebagai contoh, sementara praktek-praktek yang menegaskan
antidiskriminasi telah berhasil dalam mempengaruhi perubahan, mereka tidak sepenuhnya melaksanakan praktek-
praktek penerimaan karyawan yang setara. Persaingan atas pekerjaan, terutama ketika lowongan kerja langka, sering
menimbulkan sikap-sikap negatif dan konflik.
3. Teori-teori psikologi
Pakar psikologi sosial menyatakan barangkali ada alasan- alasan lain yang mendorong orang untuk cenderung
Di unduh dari : Bukupaket.com
220 menyalahkan korban. Orang-orang menyalahkan korban
sehingga mereka dapat menjamin diri sndiri bahwa mereka tidak akan dapat mengindari bencana yang sama. Dengan
kata lain, apabila mereka mengaitkan masalah-masalah orang lain dengan sebab-sebab pribadi, mereka dapat menentukan
bahwa orang-orang ini sebaliknya mengendalikan solusi- solusinya secara pribadi. Dengan demikian mereka merasa
aman apabila mengetahui bahwa apabila orang lain dapat mengendalikan dampak maka mereka juga pasti dapat.
Teori pertalian attribution theory berfokus pada cara orang menyimpulkan sebab-sebab perilaku. Teori ini menyatakan
bahwa orang-orang menggunakan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda tentang sebab bergantung pada perspektif
mereka sndiri atau pandangan orang lain. Pada umumnya orang-orang mengaitkan sebab-sebab masalahnya sendiri
dengan situasi-situasi eksternal. Mereka juga mengaitkan masalah-masalah orang lain dengan kurangnya kemampuan
atau lemahnya karakter mereka.
Teori psikologi lain menyatakan bahwa orang-orang menyalahkan korban untuk melindungi diri sendiri atau
bahkan menutupi kemarahan mereka. Suatu sikap pertahanan ego ego defensive terjadi apabila orang-orang mencari setitik
debu di mata orang lain, namun mengbaikan seonggok batang di mata orang lain. Pertahanan ego berkembang dari konflik-
konflik internal dan lebih berkaitan dengan kebutuhan- kebutuhan pribadi daripada karakter aktual dari korban yang
disalahkan itu.
Sama seperti semua keyakinan-keyakinan, sikap-sikap prasangka buruk sulit berubah, dan sikap-sikap sedemikian
bahkan membahayakan diri sendiri. Penelitian dalam bidang psikologi kognitif menunjukkan bahwa informasi yang
diproses dan disimpan oleh manusia di dalam memori jangka panjang ialah informasi yang konsisten dengan harapan-
harapan Macrae Bodenhausen, 2000, dalam DuBois Miley, 2005: 151. Dengan kata lain, informasi yang sesuai
dengan kerangka referensi kita sendiri lebih siap dipahami dan diingat daripada informasi yang tidak sesuai.
“Keyakinan-keyakinan cenderung mengubah apa yang kita cari, apa yang kita sadari, bagaimana kita
Di unduh dari : Bukupaket.com
221 menginterpretasikan, dan bagaimana kita merespons terhadap
interpretasi ini” Walsh, 1989: 160, dalam DuBois Miley, 2005: 151. Apabila kita yakin kita adalah korban dari situasi
kita yang tidak memiliki jalan keluar, kita dapat menerima asumsi yang membatasi diri sendiri ini sebagai kebenaran. Ini
mendorong kita untuk menyimpulkan bahwa tidak ada yang kita dapat lakukan untuk membantu diri kita sendiri.
Lingkaran setan yang sama terjadi apabila keyakinan- keyakinan kita melakukan tindakan yang menyalahkan,
merendahkan, dan mendehumanisasikan orang lain. Sistem keyakinan mendorong suatu pengaruh yang sangat kuat
bagaimana kita memproses informasi.
4. Menyalahkan korban