242 Pekerja sosial harus sadar akan dampak agama dan
spiritualitas terhadap pandangan-pandangan dan pilihan- pilihannya sendiri. Demikian juga, mereka harus menyadari
bagaimana pandangan-pandangan keagamaan dan spiritualitas klien mempengaruhi masalah-masalah, isu-isu,
dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Pada akhirnya, pekerja sosial harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran mereka akan spiritualitasnya sendiri dan kliennya
b. Menghormati perbedaan-perbedaan sebagai akibat dari keberagaman keagamaan
c. Mengklarifikasikan hal-hal yang menjadi bias keagamaan dan implikasi bias ini bagi praktek
d. Menghargai signifikansi dan makna metafora keagamaan e. Mengidentifikasikan sumberdaya-sumberdaya kaum
profesional lain yang memiliki kepekaan dan keterampilan untuk ditangani dengan aspek-aspek
tertentu dari keberagaman keagamaan
f. Mengembangkan kemitraan dengan anggota-anggta dari
berbagai masyarakat keagamaan Miley, 1992, dalam DuBois Miley, 2005: 186.
C. Keberagaman Seksual
Salah satu kelompok yang paling beragam di Amerika Serikat ialah kelompok yang didefinisikan karena status minoritas
seksualnya. Kaum gay laki-laki dan lesbian dijumpai di dalam semua strata sosial dan ekonomi, adalah anggota dari semua
kelompok-kelompok ras dan etnis, berafiliasi dengan berbagai partai politik dan organisasi, dan bekerja di semua bidang
profesional dan posisi karir. Namun demikian, masyarakat umum sering mencirikan kaum homoseksual sebagai memiliki
suatu identitas tunggal.
1. Seks dan jender
Identitas seksual adalah kompleks, termasuk komponen seks dan jender. Istilah jender dan seks sering digunakan secara
bertukar; akan tetapi, seks dan jender memiliki makna yang berbeda. Seks mengacu kepada identitas biologis atau
anatomis seseorang sebagai laki-laki atau perempuan.
Sebaliknya, jender mengacu kepada sekumpulan ciri-ciri yang secara budaya berkaitan dengan kelaki-lakian dan
Di unduh dari : Bukupaket.com
243 keperempuanan. Spesifikasi yang tepat tentang maskulinitas
dan femininitas berbeda dari satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain Green, 2000, dalam DuBois Miley,
2005: 187.
2. Homofobia
Homofobia ialah suatu ketakutan yang irasional dan reaksi emosional yang negatif terhadap homoseksualitas yang
menampakkkan dirinya dalam bentuk memandang jijik, menghukum, benci kepada gay laki-laki dan lesbian.
Budaya masyarakat yang dominan mempengaruhi semua manusia termasuk gay laki-laki dan lesbian. Setiap orang
mengalami proses sosialisasi yang homofobik. Sehingga semua manusia, dengan tingkat-tingkat yang berbeda,
menginternalisasikan ketakutan dan penolakan mereka terhadap homoseksualitas. Individu-individu mengalami
berbagai tingkat perasaan-perasaan homofobik. Perasaan- perasaan ini mengakibatkan berbagai reaksi perilaku antara
lain seperti: membenci dan bermusuhan, berprasangka buruk dan menolak, memberi toleransi tetapi tetap
menstereotipkan, menerima secara sadar tetapi memiliki bias yang tidak disadari, dan menghormati serta menghargai
perbedaan.
Homofobia, dan fobia-fobia yang lain seperti bifobia dan transfobia, memiliki implikasi yang serius bagi
penyelenggaraan pelayanan sosial. Pekerja sosial harus mengenal dirinya sendiri—nilai-nilai, gaya hidup, dan
seksualitasnya—agar dapat menerima orang lain yang nilai- nilai, gaya hidup, dan seksualitasnya barangkali berbeda.
Dalam pekerjaan sosial, pengabaian dan prasangka buruk mengarah kepada pengidentifikasian masalah yang tidak
akurat yang menganggap secara keliru bahwa homoseksualitas ialah masalah, tujuan-tujuan intervensi
yang tidak tepat keliru menetapkan target penyembuhan bagi penyimpangan seksual, dan penyelenggaraan
pelayanan sosial yang tidak benar kurang peka terhadap meluasnya homophobia dalam penyelenggaraan pelayanan
sosial.
Di unduh dari : Bukupaket.com
244
3. Isu-isu yang berkaitan dengan kerja bagi kaum gay dan lesbian