Penindasan melalui diskriminasi Dehumanisasi interpersonal Viktimisasi pribadi
1. Penindasan melalui diskriminasi
Potensi diskriminasi, penaklukan, dan penindasan atas kelompok-kelompok berstatus minoritas melekat di dalam hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara kelompok- kelompok dominan dan kelompok-kelompok minoritas. Penindasan mencakup dominasi politik, ekonomi, sosial, dan psikologis suatu kelompok oleh kelompok lain, dari level mikro individual hingga ke level makro kelompok-kelompok sosial, organisasi, dan negara-bangsa Gil, 1994: 2002, dalam DuBois Miley, 2005: 153.2. Dehumanisasi interpersonal
Dehumanisasi berasal dari keyakinan yang memandang manusia sebagai suatu obyek yang mati. “Dehumanisasi sebagai suatu pertahanan terhadap emosi-emosi yang menyakitkan atau membelenggu mengandung suatu kekurangan pada rasa individualitasnya dan pada persepsinya terhadap kemanusiaan manusia.” Dehumanisasi secara serentak mengarahkan dirinya ke dalam dan kepada orang lain. Sementara dehumanisasi yang mengarah kepada diri sendiri mengabaikan kemanusiaannya sendiri, dehumanisasi yang mengarah kepada obyek gagal “menyadari kualitas kemanusiaan pada diri orang lain” Bernard, Ottenberg, Redl, 1971: 102, 105, dalam DuBois Miley, 2005: 154.3. Viktimisasi pribadi
Manusia yang mengalami stigma menggabungkan makna- makna negatifnya ke dalam citra dirinya Patten, Gatz, Jones, Thomas, 1989, dalam DuBois Miley, 2005: 155. Suatu studi tentang dampak cap dan self-fulfilling prophecies ramalan yang terwujud menyatakan bahwa manusia memiliki suatu kecenderungan untuk hidup dengan cap yang diberikan kepadanya oleh orang lain Rosenthal Jacobson, 1968, dalam DuBois Miley, 2005: 156. Apabila manusia menyalahkan dirinya sendiri, akibatnya ialah perasaan- perasaan rendah diri, bergantung, dan ditolak muncul. Keyakinan akan suatu dunia yang adil seperti yang telah disebutkan di atas, yang menyatakan bahwa manusia patut Di unduh dari : Bukupaket.com 226 memperoleh akibat-akibat dari penindasan sebagai buah dari perbuatannya yang salah atau imoralitas, dapat benar-benar terwujud. Ironisnya, manusia yang merasa diviktimisasi bahkan dapat mengidentifikasikan dirinya dengan penindas dan menerapkan cap-cap yang merendahkan dirinya sendiri. Perilaku ini menyatakan bahwa ia menginternalisasikan norma-norma penindasnya Gochros, Gochros, Fischer, 1986, dalam DuBois Miley, 2005: 157.E. Kesempatan, hambatan, dan pemberdayaan
Parts
» Definisi nilai-nilai Nilai-nilai dan etika
» Etika mikro dan etika makro Perilaku etis
» Berfokus pada moralitas Pentingnya moral bagi profesi
» Nilai-nilai umum pekerjaan sosial
» Masyarakat dan nilai-nilai Konteks nilai pekerjaan sosial
» Nilai-nilai dan profesi pekerjaan sosial
» Badan sosial dan nilai-nilai
» Sistem klien dan nilai-nilai
» Masalah yang dihadapi saat ini dan nilai-nilai
» Nilai-nilai pribadi pekerja sosial
» Penerimaan Prinsip-prinsip etik pekerjaan sosial
» Individualisasi Pengungkapan perasaan-perasaan yang bertujuan
» Sikap-sikap tidak menghakimi Prinsip-prinsip etik pekerjaan sosial
» Obyektivitas Penglibatan emosi secara terkendali
» Penentuan nasib sendiri Prinsip-prinsip etik pekerjaan sosial
» Akses kepada sumberdaya-sumberdaya Kerahasiaan
» Akuntabilitas Prinsip-prinsip etik pekerjaan sosial
» Hak-hak sipil dan kebebasan sipil
» Hak atas kesejahteraan sosial
» Rasisme Ketidakadilan sosial: Isme-isme
» Elitisme Ketidakadilan sosial: Isme-isme
» Seksisme Ketidakadilan sosial: Isme-isme
» Heteroseksisme Ageism Handicapism Ketidakadilan sosial: Isme-isme
» Teori-teori sosiologi Landasan ketidakadilan sosial
» Teori-teori psikologi Landasan ketidakadilan sosial
» Menyalahkan korban Keyakinan-keyakinan akan dunia yang adil
» Aspek-aspek perilaku dari diskriminasi
» Penindasan melalui diskriminasi Dehumanisasi interpersonal Viktimisasi pribadi
» Kesempatan, hambatan, dan pemberdayaan Mandat pekerjaan sosial bagi keadilan sosial
» Respons terhadap dominasi Keberagaman dan Status Minoritas
» Identitas etnis Pluralisme budaya
» Ketidaksesuaian sosial budaya Keberagaman dan Status Minoritas
» Agama di dalam masyarakat Agama dan spiritualitas
» Implikasi keberagaman keagamaan Keberagaman Agama
» Sumberdaya-sumberdaya masyarakat keagamaan Keberagaman Agama
» Pekerjaan Sosial dengan Populasi yang Beragam
» PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL PEKERJAAN SOSIAL GENERALIS
» Dari pakar profesional hingga mitra kolaboratif
» Relasi profesional Hakekat partisipasi klien
» Pemaknaan Situasi Proses-proses Pemberdayaan bagi Praktek
» Tindakan-tindakan preemtif Rujukan Pendefinisian Arah
» Pengidentifikasian Kekuatan-kekuatan Proses-proses Pemberdayaan bagi Praktek
» Klarifikasi kompetensi Asesmen Kemampuan Sumberdaya-sumberdaya
» Studi kasus masyarakat Asesmen Kemampuan Sumberdaya-sumberdaya
» Tujuan-tujuan jangka panjang dan jangka
» Rencana tindakan Pengembangan Solusi-solusi
» Mengerahkan sumberdaya-sumberdaya Membangun aliansi-aliansi
» Memperluas kesempatan-kesempatan Pelaksanaan Rencana Tindakan
» Fungsi-fungsi pekerjaan sosial Pendekatan Generalis
» Peran-peran dan strategi-strategi pekerjaan sosial
» Level meso: Peran fasilitator
» Level makro: Peran perencana
» Level mikro: Peran broker dan advokat
» Level meso: Peran pimpinan sidang dan mediator
» Sistem profesional: Peran katalisator
» Level makro: Peran penjangkauan
» Sistem profesional: Peran peneliti dan sarjana
» Pengintegrasian Praktek, Kebijakan, dan Penelitian
» Apa itu kebijakan sosial? Kebijakan sosial sebagai proses: Perumusan
» Kebijakan sosial sebagai produk:
» Pengujian kebijakan sosial: Analisis kebijakan
» Liberalisme Konservatisme Kebijakan Sosial dan Ideologi Politik
» Radikalisme Pekerjaan sosial dan ideologi politik
» Pekerjaan Sosial dan Kebijakan Sosial
Show more