212 membiarkan skap-sikap prasangka buruk yang mengarah
kepada diskriminasi dan penindasan.
2. Elitisme
Elitisme atau kelasisme, mengacu kepada sikap-sikap prasangka buruk yang menganggap orang-orang yang
menyandang kelas social ekonomi lebih rendah adalah “kaum marjinal” yang kurang berharga dan kurang berkompeten
daripada orang-orang yang menyandang kelas yang lebih tinggi. Karena cita-cita Amerika Serikat menyatakan bahwa
semua warganegara diciptakan setara, di dalam kenyataan, masyarakat Amerika Serikat memandang sebagian
warganegara lebihs etara daripada sebagian warganegara yang lain. Ironisnya, cita-cita kesetaraan dan amal memperkuat
elitisme dan ketidaksetaraan.
Struktur kelas secara jelas tidak hanya sekedar suatu stratifikasi orang-orang yakni yang baik berada di atas orang-
orang yang buruk. Namun kaum elit selalu mencirikan orang- orang yang berada dalam strata yang lebih rendah sebagai
kaum yang terabaikan dan tidak cakap.
Stratifikasi sosial berasal dari ketidaksetaraan yang berkaitan dengan harta kekayaan, kekuasaan, dan prestise. Suatu
hierarkhi sosial berkembang yang mengelompokkan orang- orang di dalam strata atau pembagian semacam lapisan.
Stratifikasi ini membedakan “kaum kaya” dari “kaum miskin.” Kaum kaya di dalam masyarakat ialah orang-orang
yang tidak hanya memiliki sumberdaya-sumberdaya sosial dan ekonomi, tetapi juga memiliki kendali atas kesempatan-
kesempatan sosial dan ekonomi nasyarakat. Pada sisi lain, kaum miskin memiliki sedikti saja sumberdaya-sumberdaya
sosial dan ekonomi dan akses yang terbatas kepada kesempatan-kesempatan. Posisi orang-orang di alam
hierarkhi ini kemudian menentukan potensi mereka baik untuk mengakses sumberdaya-sumberdaya maupun untuk
mengalami hambatan-hambatan dalam berusaha memperoleh kemajuan-kemajuan yang diberikan oleh masyarakat.
Pemberian cap berdasarkan pakaian, barang-barang yang dapat dibeli, dan barang-barang konsumsi lainnya yang
mencerminkan kemampuan orang untuk membayar
Di unduh dari : Bukupaket.com
213 memperlihatkan sikap-sikap elitis. Impian bangsa Amerika
Serikat yang agung ialah bahwa manusia atas prakarsanya sendiri dapat mengubah status sosial ekonominya. Impian ini
mengandung makna yang mengerikan bagi kaum pengangguran dan kaum miskin. Masyarakat menantang
mereka untuk “menarik diri mereka sendiri dengan pijakan sepatu mereka sendiri” dan mencaci maki mereka apabila
tidak dapat melakukannya. Apabila usaha-usaha mereka gagal, anggota masyarakat sering menyalahkan meeka secara
individual padahal ketidakstaraan strukturallah yang menciptakan hambatan-hambatan bagi mereka untuk
mencapainya.
Gerakan-gerakan kaum miskin, khususnya organisasi- organisasi hak-hak kesejahteraan, mengakui ada hambatan-
hambatan sistemik dan usaha untuk memperbaikinya melalui reformasi sosial. Perluasan kesempatan-kesempatan
pendidikan dan ekonomi serta melakukan tindakan-tindakan hukum sebagaimana mestinya adalah beberapa contoh usaha-
usaha reformasi ini. Kelompok-kelompok reformasi mengakui ketidaksetaraan sosial lebih sebagai isu politik
daripada suatu isu pribadi dan mengakui klasisme lebih sebagai isu ranah publik daripada suatu masalah pribadi.
Elitisme berkembang di luar batas-batas suatu masyarakat hingga ke arena internasional, dimana negara-negara industri
maju mengambil keuntungan dari negara-negara lain. Sekali lagi di sini, hubungan yang mengambil keuntungan dari
kebutuhan-kebutuhan ekonomi berkembang di antara elit kekuasaan dan kaum yang tidak memiliki privilese. Sebagai
contoh, dalam respons kepada penolakan masyaraklat lokal untuk mematuhi pembuangan limbah cair di dalam lahan
mereka, perusahaan-perusahaan pembuangan sampah yang berbasis di Amerika Serikat mengontrak orang-orang untuk
membuang limbah-limbah medis, kimia, dan nuklir di negara- negara Afrika yang miskin secara ekonomi. Dalam
kenyataan, uang yang diberikan secara harfiah dapat membeli ruang di suatu halaman belakang keluarga. Keluarga-
keluarga memperdagangkan penggunaan lahan mereka untuk memperoleh penghasilan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan mereka yang mendesak. Perdagangan ini
Di unduh dari : Bukupaket.com
214 mengekspos mereka dan anak-anak mereka kepada limbah
beracun dan membahayakan kesehatan pada jangka panjang.
3. Seksisme