318 mempengaruhi penyusunan kebijakan-kebijakan sosial
dan pengadministrasian kebijakan-kebijakan ini pada level pelayanan langsung.
B. Kebijakan Sosial dan Ideologi Politik
Ideologi-ideologi politik mempengaruhi persepsi kita tentang masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan baik sebagai isu-
isu publik maupun sebagai kesulitan-kesulitan pribadi, memberikan tangggung jawab dan menyalahkan atas kondisi-
kondisi sosial, serta memberikan arah bagi solusi-solusi. Kebijakan-kebijakan kesejahteraan sosial berasal dari
pembebasan di antara berbagai faksi-faksi yang merupakan perspektif-persektif politik yang berbeda, termasuk
liberalisme, neoliberalisme, konservatisme, neokonservatisme, dan radikalisme.
1. Liberalisme
Kaum liberal memperjuangkan kebijakan-kebijakan sosial yang menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia
dan kesetaraan sosial yang fundamental. Mereka mengabdikan diri mereka untuk melindungi kebebasan-
kebebasan politik dan sipil warga negara dengan menjamin kebebasan ekonomi dan mempromosikan
partisipasi yang demokratis. Kaum liberal memandang kesejahteraan sosial sebagai suatu fungsi pemerintah
yang sah, dan bantuan-bantuan kesejahteraan sebagai hak-hak warganegara. Mereka mempromosikan solusi-
solusi pemerintah atas masalah-masalah sosial dan menjunjung tinggi pemahaman akan tanggung jawab
publik bagi penciptaan kondisi-kondisi yang menjamin kesejahteraan warganegara. Walaupun, dalam
pandangan liberal, idealnya program-program pemerintah mengatasi sebab-sebab akar masalah
sehingga dapat secara realistik mencegah terjadinya masalah-masalah, program-program pemerintah juga
memperbaiki kondisi-kondisi sosial yang merugikan.
Seiring dengan tuntutan untuk memotong anggaran kesejahteraan publik di Amerika Serikat, para politisi
neoliberal nampaknya mengalahkan kaum liberal pada tahun 1970-an dan 1980-an. Pandangan ini mendukung
pemotongan pembiayaan pemerintah dan mendorong
Di unduh dari : Bukupaket.com
319 kemitraan antara pemerintah dan bisnis untuk
mengalamatkan isu-isu yang berkaitan dengan kesejahteraan warganegara Karger Stoesz, 2002.
Para pendukung neoliberalisme mempertahankan pendapat bahwa lembaga-lembaga bisnis dan perusahaan
menatalaksanakan uang kesejahteraan lebih efektif daripada lembaga-lembaga pemerintah.
2. Konservatisme
Posisi konservatif mempromosikan suatu ekonomi pasar bebas yang kapitalistik dan menekankan nilai-nilai
tradisional, individualisme, persaingan, lokalisme, dan etika kerja. Kebijakan-kebijakan sosial konservatif
cenderung menentang perubahan sosial dan memperkuat struktur-struktur sosial yang sudah ada. Karena
konservatisme yakin bahwa ketidakcakapan- ketidakcakapan pribadilah yang menyebabkan
munculnya masalah-masalah, mereka menyimpulkan bahwa pemerintah harus membatasi keterlibatannya
dalam kesejahteraan. Idealnya, dari suatu pandangan konservatif, kesejahteraan publik hanyalah suatu ukuran
sementara, sebagaimana kaum konservatif yakin bahwa kesejahteraan—khususnya bantuan yang diberikan
secara publik kepada orang-orang miskin— menghancurkan prakarsa-prakarsa individual. Kaum
konservatif mendukung privatisasi pelayanan-pelayanan kesejahteraan sosial melalui badan-badan amal sukarela,
organisasi-organisasi swabantu, dan lembaga-lembaga bisnis.
Neokonservatisme lebih suka menentang program-
program kesejahteraan liberal dan mereformasi kebijakan-kebijakan kesejahteraan Karger Dtoesz,
2002. Posisi neokonservatif dalam kesejahteraan mencerminkan suatu pendekatan berbasis kebutuhan-
kebutuhan, mengembangkan syarat-syarat “ongkos kerja”, memperkuat tanggung jawab keluarga bagi
anggota-anggota keluarga yang belumtidak bekerja, dan mendukung devolusi yaitu suatu peralihan tanggung
jawab bagi kesejahteraan dari level pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi dan kabupatenkota. Kaum
neokonservatisme mendukung pertumbuhan program-
Di unduh dari : Bukupaket.com
320 program pemerintah dan peningkatan tanggung jawab
sektor privat untuk mengalamatkan masalahj-masalah kesejahteraan sosial. Kaum neokonservatisme
menyalahkan megastruktur—pemerintahan yang besar, bisnis yang besar, dan tenaga kerja yang besar—atas
masalah-masalah yang terjadi di dalam masyarakat Amerika Serikat. Mereka mengidentifikasikan struktur-
struktur yang menengahi seperti ketetanggaan RT, RW, asosiasi-asosiasi sukarela, dan gereja sebagai sumber-
sumber pemberdayaan dan perubahan Berger Neuhaus, 1977, dalam DuBois Miley, 2005: 257.
3. Radikalisme