Level meso: Peran pelatih

303 mana keputusan-kepuitusan yang diberitahukan dibuat. Pengalaman-pengalaman pendidikan ini membantu klien mengembangkan keterampilan-keterampilan terkait untuk lebih asertif, mengatasi konflik-konflik secara konstruktif, mengasuh anak, merencanakan pensiun, dan memberikan pengasuhan bagi para kerabat yang lanjut usia. Dipandu oleh suatu orientasi terhadap kemitraan kolaboratif dan tujuan memberdayakan klien, pekerja sosial sebagai pendidik memberikan kesempatan- kesempatan kepada klien untuk memahami hubungan antara kebijakan sosial dan situasi-situasinya sendiri serta untuk menemukan cara-cara mempengaruhi isu-isu kebijakan secara individual dan secara kolektif. Sebagai contoh, ketika suatu kelompok pendukung bagi orangtua tunggal mengidentifikasikan pengasuhan siang yang tidak memadai sebagai suatu sumber stres yang signifikan, pembelajaran untuk mengalamatkan isu-isu sebagai suatu persoalan kebijakan memiliki potensi bagi peningkatan rasa kendali dan kompetensi pribadi kelompok dan mempengaruhi perubahan-perubahan kebijakan.

2. Level meso: Peran pelatih

Melalui peran pelatih, pekerja sosial memberikan instruksi-instruksi kepada anggota sistem level meso sebagai kelompok-kelompok formal dan organisasi- organisasi. Strategi-strategi pelatihan yang digunakan oleh pekerja sosial antara lain ialah workshop, pengembangan staf, pengalaman-pengalaman dalam- jabatan, dan jenis-jenis pendidikan lanjutan lainnya. Pelatih ialah pakar sumberdaya pendidikan bagi kelompok-kelompok formal dan organisasi-organisasi. Ia melakukan presentasi-presentasi penyajian- penyajian, bertindak sebagai panelis, melaksanakan forum-forum publik, dan memfasilitasi sesi-sesi workshop. Kadang-kadang suatu organisasi mempekerjakan pelatih purna-waktu. Pada kesempatan lain, suatu organisasi mengupah pekerja sosial untuk memberikan pengalaman-pengalaman pelatihan yang Di unduh dari : Bukupaket.com 304 spesifik. Pelatih yang berkompeten mendasarkan sesinya atas penelitian yang berkaitan dengan pengembangan staf, pendidikan orang dewasa, pengubahan sikap-sikap, dan proses-proses pembelajaran. Pelatih yang efektif menggunakan strategi-strategi pengembangan staf untuk mengases tujuan-tujuan organisasi, mendefinisikan tujuan-tujuan partisipan, meneliti mata pelajaran, menentukan format- format bagi pengalaman-pengalaman pendidikan, dan mengembangkan proses-proses evaluasi. Pemberian pelatihan yang efektif membutuhkan pengetahuan tentang mata pelajaran, keterampilan- keterampilan proses kelompok, dan kompetensi teknis. Tentu saja pelatih membutuhkan suatu landasan kepakaran tentang topik pelatihan. Ia harus dapat menyampaikan informasi melalui format-format pelatihan yang tepat. Terakhir, pelatih yang efektif harus dapat menggunaan berbagai alat media untuk meningkatkan presentasi-presentasinya. Suatu organisasi dapat mengontrak pekerja sosial untuk melaksanakan workshop pengembangan staf di dalam bidang seperti teknik-teknik manajemen stres, keterampilan-keterampilan bagi efektivitas interpersonal, pelatihan asertivitas, dan relasi supervisoris. Dalam kenyataan, pengalaman-pengalaman pelatihan sering menyiapkan partisipan untuk mengantisipasi transisi. Sebagai contoh, pekerja sosial melaksanakan sesi pelatihan pra-pensiun bagi karyawan-karyawan suatu perusahaan dan pelatihan pengembangan keterampilan bagi pengasuh keluarga sehingga tindakan-tindakan pengasuh keluarga dengan orang-orang yang beresiko itu akan lebih berguna, bukan malah menambah potensi masalah. Idealnya, pelatihan memberikan kepada partisipan suatu landasan kekuatan-kekuatan, meningkatkan keterampilan-keterampilan, dan mempromosikan kompetensi-kompetensi.

3. Level makro: Peran penjangkauan