Seksisme Ketidakadilan sosial: Isme-isme
3. Seksisme
Seksisme ialah keyakinan bahwa suatu jenis kelamin lebih tinggi daripada jenis kelamin yang lain. Seksisme paling sering nampak sebagai sikap-sikap prasangka buruk dan tindakan-tindakan diskriminasi kaum terhadap kaum perempuan, yang memberikan privilese jender kepada kaum laki-laki. Orang-orang yang memperlihatkan seksisme membuat asumsi-asumsi tentang kemampuan kaum laki-laki dan kaum perempuan semata-mata berdasarkan atas jender, tanpa mempertimbangkan karakteristik individual. Seksisme terinstitusionalisasikan mendominasi semua aspek masyarakat, termasuk keluarga dan struktur ekonomi, poliik, kesejahteraan, dan keagamaan Day, 2003. Seksisme berakar dalam sosialisasi jender. Orangtua mengajarkan anak-anak mereka sejak masa bayi untuk berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan. Sosialisasi jender membentuk bagaimana kita memahami peran-peran kita dan mendefinisikan identitas diri kita. Sosialisasi ini juga menentukan pilihan-pilihan “jender yang tepat” bagi laki-laki dan perempuan. Ada orang yang mengutip naskah kitab suci dan tulisan teologis untuk membenarkan definisi peran seks tradisional. Sikap-sikap dan praktek-praktek seksis lebih menguntungkan laki-laki dan khususnya berkaitan dengan sifat-sifat dan perilaku laki-laki. Pandangan ini memberikan kekuasaan dan kewenangan kepada laki-laki dan merendahkan perempuan kepada status kelas dua. Struktur-struktur sosial yang seksis merendahkan perempuan, mendiskriminasikan mereka secara ekonomi, dan mengabaikan partisipasi mereka sepenuhnya dalam masyarakat. Diskriminasi yang berdasarkan atas seks, diikuti dengan diskriminasi berdasarkan atas ras atau kelas yang telah disebutkan di atas, memberikan suatu pengaruh ganda yang membahayakan terhadap kaum perempuan minoritas dan miskin McGoldrick, Garcia-Preto, Hines, Lee, 1989, dalam DuBois Miley, 2005: 142. Selanjutnya, feminisasi kemiskinan mendefinisikan “kaum miskin baru” sebagai perempuan dan anak-anak. Memotong siklus Di unduh dari : Bukupaket.com 215 kemiskinan menjadi lebh sulit karena ketidaksetaraan yang melekat dalam struktur sosial melawan kaum perempuan. Sejak tahun 1900, kaum perempuan telah aktif mengadvokasikan hak-hak kaum perempuan. Mereka mengarahkan usaha-usaha awal mereka kepada pencapaian hak-hak suara dan berpartisipasi dalam proses politik. Baru- baru ini, gerakan hak-hak kaum perempuan berpusat pada kesetaraan ekonomi.4. Heteroseksisme
Parts
» Definisi nilai-nilai Nilai-nilai dan etika
» Etika mikro dan etika makro Perilaku etis
» Berfokus pada moralitas Pentingnya moral bagi profesi
» Nilai-nilai umum pekerjaan sosial
» Masyarakat dan nilai-nilai Konteks nilai pekerjaan sosial
» Nilai-nilai dan profesi pekerjaan sosial
» Badan sosial dan nilai-nilai
» Sistem klien dan nilai-nilai
» Masalah yang dihadapi saat ini dan nilai-nilai
» Nilai-nilai pribadi pekerja sosial
» Penerimaan Prinsip-prinsip etik pekerjaan sosial
» Individualisasi Pengungkapan perasaan-perasaan yang bertujuan
» Sikap-sikap tidak menghakimi Prinsip-prinsip etik pekerjaan sosial
» Obyektivitas Penglibatan emosi secara terkendali
» Penentuan nasib sendiri Prinsip-prinsip etik pekerjaan sosial
» Akses kepada sumberdaya-sumberdaya Kerahasiaan
» Akuntabilitas Prinsip-prinsip etik pekerjaan sosial
» Hak-hak sipil dan kebebasan sipil
» Hak atas kesejahteraan sosial
» Rasisme Ketidakadilan sosial: Isme-isme
» Elitisme Ketidakadilan sosial: Isme-isme
» Seksisme Ketidakadilan sosial: Isme-isme
» Heteroseksisme Ageism Handicapism Ketidakadilan sosial: Isme-isme
» Teori-teori sosiologi Landasan ketidakadilan sosial
» Teori-teori psikologi Landasan ketidakadilan sosial
» Menyalahkan korban Keyakinan-keyakinan akan dunia yang adil
» Aspek-aspek perilaku dari diskriminasi
» Penindasan melalui diskriminasi Dehumanisasi interpersonal Viktimisasi pribadi
» Kesempatan, hambatan, dan pemberdayaan Mandat pekerjaan sosial bagi keadilan sosial
» Respons terhadap dominasi Keberagaman dan Status Minoritas
» Identitas etnis Pluralisme budaya
» Ketidaksesuaian sosial budaya Keberagaman dan Status Minoritas
» Agama di dalam masyarakat Agama dan spiritualitas
» Implikasi keberagaman keagamaan Keberagaman Agama
» Sumberdaya-sumberdaya masyarakat keagamaan Keberagaman Agama
» Pekerjaan Sosial dengan Populasi yang Beragam
» PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL PEKERJAAN SOSIAL GENERALIS
» Dari pakar profesional hingga mitra kolaboratif
» Relasi profesional Hakekat partisipasi klien
» Pemaknaan Situasi Proses-proses Pemberdayaan bagi Praktek
» Tindakan-tindakan preemtif Rujukan Pendefinisian Arah
» Pengidentifikasian Kekuatan-kekuatan Proses-proses Pemberdayaan bagi Praktek
» Klarifikasi kompetensi Asesmen Kemampuan Sumberdaya-sumberdaya
» Studi kasus masyarakat Asesmen Kemampuan Sumberdaya-sumberdaya
» Tujuan-tujuan jangka panjang dan jangka
» Rencana tindakan Pengembangan Solusi-solusi
» Mengerahkan sumberdaya-sumberdaya Membangun aliansi-aliansi
» Memperluas kesempatan-kesempatan Pelaksanaan Rencana Tindakan
» Fungsi-fungsi pekerjaan sosial Pendekatan Generalis
» Peran-peran dan strategi-strategi pekerjaan sosial
» Level meso: Peran fasilitator
» Level makro: Peran perencana
» Level mikro: Peran broker dan advokat
» Level meso: Peran pimpinan sidang dan mediator
» Sistem profesional: Peran katalisator
» Level makro: Peran penjangkauan
» Sistem profesional: Peran peneliti dan sarjana
» Pengintegrasian Praktek, Kebijakan, dan Penelitian
» Apa itu kebijakan sosial? Kebijakan sosial sebagai proses: Perumusan
» Kebijakan sosial sebagai produk:
» Pengujian kebijakan sosial: Analisis kebijakan
» Liberalisme Konservatisme Kebijakan Sosial dan Ideologi Politik
» Radikalisme Pekerjaan sosial dan ideologi politik
» Pekerjaan Sosial dan Kebijakan Sosial
Show more