Seksisme Ketidakadilan sosial: Isme-isme

214 mengekspos mereka dan anak-anak mereka kepada limbah beracun dan membahayakan kesehatan pada jangka panjang.

3. Seksisme

Seksisme ialah keyakinan bahwa suatu jenis kelamin lebih tinggi daripada jenis kelamin yang lain. Seksisme paling sering nampak sebagai sikap-sikap prasangka buruk dan tindakan-tindakan diskriminasi kaum terhadap kaum perempuan, yang memberikan privilese jender kepada kaum laki-laki. Orang-orang yang memperlihatkan seksisme membuat asumsi-asumsi tentang kemampuan kaum laki-laki dan kaum perempuan semata-mata berdasarkan atas jender, tanpa mempertimbangkan karakteristik individual. Seksisme terinstitusionalisasikan mendominasi semua aspek masyarakat, termasuk keluarga dan struktur ekonomi, poliik, kesejahteraan, dan keagamaan Day, 2003. Seksisme berakar dalam sosialisasi jender. Orangtua mengajarkan anak-anak mereka sejak masa bayi untuk berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan. Sosialisasi jender membentuk bagaimana kita memahami peran-peran kita dan mendefinisikan identitas diri kita. Sosialisasi ini juga menentukan pilihan-pilihan “jender yang tepat” bagi laki-laki dan perempuan. Ada orang yang mengutip naskah kitab suci dan tulisan teologis untuk membenarkan definisi peran seks tradisional. Sikap-sikap dan praktek-praktek seksis lebih menguntungkan laki-laki dan khususnya berkaitan dengan sifat-sifat dan perilaku laki-laki. Pandangan ini memberikan kekuasaan dan kewenangan kepada laki-laki dan merendahkan perempuan kepada status kelas dua. Struktur-struktur sosial yang seksis merendahkan perempuan, mendiskriminasikan mereka secara ekonomi, dan mengabaikan partisipasi mereka sepenuhnya dalam masyarakat. Diskriminasi yang berdasarkan atas seks, diikuti dengan diskriminasi berdasarkan atas ras atau kelas yang telah disebutkan di atas, memberikan suatu pengaruh ganda yang membahayakan terhadap kaum perempuan minoritas dan miskin McGoldrick, Garcia-Preto, Hines, Lee, 1989, dalam DuBois Miley, 2005: 142. Selanjutnya, feminisasi kemiskinan mendefinisikan “kaum miskin baru” sebagai perempuan dan anak-anak. Memotong siklus Di unduh dari : Bukupaket.com 215 kemiskinan menjadi lebh sulit karena ketidaksetaraan yang melekat dalam struktur sosial melawan kaum perempuan. Sejak tahun 1900, kaum perempuan telah aktif mengadvokasikan hak-hak kaum perempuan. Mereka mengarahkan usaha-usaha awal mereka kepada pencapaian hak-hak suara dan berpartisipasi dalam proses politik. Baru- baru ini, gerakan hak-hak kaum perempuan berpusat pada kesetaraan ekonomi.

4. Heteroseksisme