1. Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan
Kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum upacara dimulai. Pamong desa bertugas sebagai penanggung jawab untuk
menyiapkan tempat dan tenda untuk penampungan pengunjung yang nantinya akan datang pada hari pelaksanaan nglarung serta menyiapkan pertunjukkan dan
sebagainya. Pamong desa memimpin warga yang sebagian besar adalah nelayan untuk membersihkan dan mendirikan tenda. Beberapa warga lain melakukan
kegiatan seperti mengadakan komunikasi satu sama lain. Intinya saling mengingatkan bahwa kegiatan nglarung sudah semakin dekat. Kemudian, para
nelayan yang memiliki perahu bersama nelayan lain dengan rela hati mengecat
perahu mereka, nantinya perahu mereka akan membawa sesaji yang dilarung.
Masyarakat nelayan dan warga sekitar dengan sukarela menyumbangkan bahan-bahan sesaji, baik yang berupa hewan kurban maupun bumbu masak, dan
peralatan atau perlengkapan untuk keperluan kegiatan upacara nglarung. Sesajinya, antara lain beras, beras ketan, kelapa, gula pasir, kopi, teh, daun sirih,
tembakau, pinang, injet, gambir, ayam, kerbau, kambing, seikat kayu bakar,
bunga-bunga, sayur-sayuran, dan bumbu masak.
Kegiatan persiapan selanjutnya, yaitu malam tirakatan. Menurut tradisi, kegiatan ini berlangsung malam hari sebelum esok harinya diselenggarakan
upacara tradisi nglarung. Pada malam tirakatan, masyarakat nelayan dan warga sekitar berbincang-bincang dan memanjatkan doa kepada Tuhan yang Maha
Kuasa agar upacara tradisi nglarung berjalan dengan lancar tidak ada halangan.
Doa dipimpin oleh pemimpin upacara nglarung hingga fajar.
2. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan upacara.
Pagi harinya pemimpin upacara tradisi nglarung membakar kemenyan yang merupakan tanda dimulainya kegiatan memasak dan menyiapkan sesaji.
Masyarakat nelayan dan warga secara bergotong-royong menyiapkan sesaji, antara lain menyembelih kurban ayam, kerbau, dan kambing, kemudian memasak
bahan-bahan, kemudian menempatkan sesaji yang sudah siap pada tempatnya. Mereka dengan penuh rasa tanggung jawab dan mampu bekerja sama sehingga
semua kegiatan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Kegiatan selanjutnya, yaitu sambutan resmi oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten, acara dilanjutkan dengan mendoakan sesaji yang akan
dilarung dipimpin oleh pemimpin upacara tradisi nglarung. Pemimpin upacara dan masyarakat membakar kemenyan dan memanjatkan doa di depan sesaji,
memohon agar sesaji diterima oleh Kanjeng Ratu Kidul serta mereka diberi
keselamatan dan murah rejeki.
Setelah pembacaan doa selesai, mulailah para nelayan menggotong sesaji dan menaikkan ke atas perahu untuk dilarung. Masyarakat dan pengunjung lain
mempersiapkan di tengah laut untuk berebut sesaji. Pemimpin upacara menunjuk bagian laut yang tepat untuk sesaji dilarung dan digulingkan kemudian
diperebutkan. Mereka memperebutkan sesaji karena di kalangan masyarakat telah tumbuh kepercayaan bahwa sesaji yang diperebutkan nasi, ketan, ayam, bunga,
sayur, kepala kambing, kepala kerbau, gula, kopi, dan kinangan memiliki khasiat yang cukup ampuh. Khasiat itu diantaranya menambah berkah, rejeki, dan
mengobati penyakit.