2. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan upacara.
Pagi harinya pemimpin upacara tradisi nglarung membakar kemenyan yang merupakan tanda dimulainya kegiatan memasak dan menyiapkan sesaji.
Masyarakat nelayan dan warga secara bergotong-royong menyiapkan sesaji, antara lain menyembelih kurban ayam, kerbau, dan kambing, kemudian memasak
bahan-bahan, kemudian menempatkan sesaji yang sudah siap pada tempatnya. Mereka dengan penuh rasa tanggung jawab dan mampu bekerja sama sehingga
semua kegiatan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Kegiatan selanjutnya, yaitu sambutan resmi oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten, acara dilanjutkan dengan mendoakan sesaji yang akan
dilarung dipimpin oleh pemimpin upacara tradisi nglarung. Pemimpin upacara dan masyarakat membakar kemenyan dan memanjatkan doa di depan sesaji,
memohon agar sesaji diterima oleh Kanjeng Ratu Kidul serta mereka diberi
keselamatan dan murah rejeki.
Setelah pembacaan doa selesai, mulailah para nelayan menggotong sesaji dan menaikkan ke atas perahu untuk dilarung. Masyarakat dan pengunjung lain
mempersiapkan di tengah laut untuk berebut sesaji. Pemimpin upacara menunjuk bagian laut yang tepat untuk sesaji dilarung dan digulingkan kemudian
diperebutkan. Mereka memperebutkan sesaji karena di kalangan masyarakat telah tumbuh kepercayaan bahwa sesaji yang diperebutkan nasi, ketan, ayam, bunga,
sayur, kepala kambing, kepala kerbau, gula, kopi, dan kinangan memiliki khasiat yang cukup ampuh. Khasiat itu diantaranya menambah berkah, rejeki, dan
mengobati penyakit.
2.1.1.3.2 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Nglarung
Tradisi nglarung mengandung nilai-nilai budaya. Sunjata 2013:110-112 juga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan upacara adat nglarung mengandung
nilai-nilai budaya, antara lain: a nilai gotong-royong, tercermin mulai dari persiapan sampai akhir upacara melibatkan banyak orang; b nilai etos kerja,
menjadi salah satu bentuk pemacu motivasi dalam bekerja atau etos kerja bagi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan; c nilai ketaqwaan
kepada Sang Pencipta, pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan
– Nya, selain itu juga untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dalam
mengarungi hidup ini.
Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nglarung sesuai dengan karakter individu yang dijiwai sila-sila Pancasila, yaitu karakter yang bersumber dari olah
hati, olah pikir, olah ragakinestetik, serta olah rasa dan karsa. Karakter yang bersumber dari olah hati memiliki nilai ketuhananketaqwaan bertaqwa dilihat
dari tujuan tradisi nglarung, yaitu mengucap syukur kepada Tuhan, selain itu nelayan bersama-sama mendoakan sesaji sebelum dilarung yang dipimpin oleh
pemuka agama.
Olah pikir terwujud dalam pelaksanaan tradisi nglarung, yaitu nelayan berkreasi membuat sesaji dan menghias perahu kemudian merefleksikan diri
untuk menambah motivasi nelayan dalam mengarungi kehidupan kreatif dan reflektif. Olah ragakinestetik hal ini tercermin ketika nelayan bersama
masyarakat sekitar pantai dengan gigih membersihkan lingkungan, mendorong PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI