9
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai Landasan Teoritis, Penelitian yang Relevan, dan Kerangka Berpikir. Ketiga hal tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
2.1 LANDASAN TEORITIS
Landasan teoritis merupakan sebuah acuan yang digunakan peneliti dalam membuat prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nglarung. Teori-teori
yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisis pakar yang telah ahli dibidang pendidikan dan kebudayaan. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
2.1.1 Tradisi atau Upacara Adat Jawa
Berikut akan dijelaskan kajian teori mengenai tradisi atau upacara adat Jawa, macam-macam tradisi Jawa, dan tradisi nglarung.
2.1.1.1 Pengertian Tradisi Jawa atau Upacara Adat Jawa
Tradisi atau upacara adat Jawa merupakan salah satu hasil budaya Jawa yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya, karena upacara adat
merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pelestarian suatu tradisi memberikan dampak positif, yaitu generasi
penerus dapat mengetahui warisan budaya luhur Sunjata, 2013:73. Soepanto 1992:5 dalam Sunjata 2013:76 menjelaskan bahwa tradisi Jawa merupakan
suatu bentuk kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat di Jawa bertujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk mencari keselamatan secara bersama-sama. Pada umumnya upacara adat Jawa bertujuan untuk mensyukuri karunia Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk
keberhasilan dalam kehidupannya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tradisi atau upacara adat Jawa merupakan sarana untuk
mensyukuri karunia Tuhan dan memohon keselamatan dalam mengarungi hidup. Budaya jawa memiliki berbagai tradisi atau upacara adat. Peneliti akan
menjelaskan mengenai lima macam tradisi jawa, yaitu nglarung, nyadran, ruwatan, mitoni, dan wiwit methik.
2.1.1.2 Macam-macam Tradisi Jawa
Berikut ini terdapat lima macam tradisi Jawa khususnya yang ada di daerah Yogyakarta:
1. Nglarung
Tradisi nglarung merupakan salah satu upacara tradisional yang ada di Jawa. Nglarung berasal dari kata larung, yaitu membuang sesuatu ke dalam air
sungai atau laut. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tradisi nglarung adalah memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat Suyami,
2008:101. Tradisi tersebut pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura Sunjata, 2013:75. Tujuan pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan berupa hasil tangkapan ikan, di samping bentuk persembahan kepada
penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul Sunjata, 2013:117.