2. Ruwatan
Herawati 2010:3 ruwatan adalah tradisi ritual jawa sebagai sarana pembebasan dan penyucian atas kesalahan dan dosa manusia yang bisa membawa
bahaya, kesialan, dan pengaruh jahat di dalam hidupnya. Istilah ruwatan dalam cerita Jawa, berasal dari kata ruwat, ruwuwat, atau mengruwat yang artinya
membuat tak kuasa, menghapus kutukan, kemalangan dan lain-lain dan terbatas dari hal-hal yang tidak baik membebaskan. Objek yang diruwat atau dibebaskan,
menurut kitab Kuncaranarna dan apa yang disebut dalam Kandhang Ringgit Purwa adalah papa kesengsaraan, mala noda, rimang kesedihan atau
kesusahan, kalengka kejahatan, wirangrewang kebingungan atau kekusutan. 3.
Nyadran
Upacara tradisi nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan
puasa Herawati, 2010:25. Tradisi ini dilakukan pada tanggal 15 Ruwah pembukaan nyadran, 17 Ruwah Sadranan Pitulasan, 21 Ruwah Sadranan
Slikuran, 23 Ruwah Sadranan Telulikuran, dan 25 Ruwah Sadranan PenutupSadranan Slawean. Tujuannya adalah mengingatkan pada kematian,
hidup hanya mampir minum, dan kuburan adalah rumah masa depan kita yang sesungguhnya nilai berempati dan nilai ketuhanan, menggambarkan betapa
penting kita belajar untuk akrab dengan kematian nilai reflektif dan juga bisa menyehatkan jiwa dan kesadaran kita nilai kesehatan karena adanya kekuatan
psikologis untuk meneguhkan kembali jati diri dan identitas kita sebagai manusia
nilai kemanusiaan Prasetyo, 2010:6.
Tradisi nyadran diawali dengan acara besik, yaitu kegiatan membersihkan makam dengan sapu, cangkul, atau dengan alat yang lain. Kegiatan dilanjutkan
dengan menabur bunga dan berdoa. Acara selanjutnya adalah kendurenan merupakan acara bertukar makanan yang dibawa dari rumah masing-masing dan
berdoa secara bersama-sama. Acara terakhir dalam upacara nyadran adalah bakdan. Bakdan, yaitu acara bersilahturahmi yang dilakukan anak muda kepada
orang tua. 4.
Mitoni Tujuh Bulanan
Dalam tradisi jawa mitoni merupakan rangkaian upacara yang saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Upacara mitoni merupakan suatu
upacara yang dilakukan pada seorang perempuan yang sedang hamil dan
dilakukan pada saat usia kandungan menginjak usia tujuh bulan. Upacara ini
bertujuan agar bayi yang ada dalam kandungan dan ibu yang mengandung
senantiasa memperoleh perlindungan dan keselamatan Yana, 2012: 49.
Upacara yang dilakukan pada saat mitoni, antara lain siraman, memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain dari calon ayah ke calon ibu, ganti busana,
memasukkan kelapa gading, memutus lilitan lawelilitan benangjanur, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu sorongan, dan nyolong endhog
Yana, 2012: 50. 5.
Wiwit Methik
Tradisi wiwit disebut juga dengan upacara mboyong mbok Sri, yaitu perilaku untuk memuliakan mbok Sri atau Dewi Padi. Orang yang melaksankan
upacara tersebut adalah penduduk pedesaan, khususnya yang melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI