Telling Jenis Gaya Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan antara kadar perilaku tugas dan perilaku hubungan yang diberikan pemimpin terhadap karyawan, serta level kematangan yang diperlihatkan karyawan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan tujuan tertentu Hersey dan Blanchard, 1996. Selain itu, kepemimpinan situasional merupakan gaya seseorang dalam memimpin yang harus menyesuaikan gaya kepemimpinannya terhadap keadaan yang sedang terjadi Sedarmayanti, 2011. Pemimpin dapat bertindak sesuai kematangan pekerja, di mana pemimpin harus membimbing pekerja yang belum memiliki kematangan maturity ataupun pemimpin dapat membiarkan pekerja yang sudah matang untuk bekerja sendiri. Pengawasan yang berlebihan atau terlalu longgar, memberi arahan terlalu banyak atau terlalu sedikit berakibat negatif bagi perkembangan bawahan Sedarmayanti, 2011. Ketika seorang pekerja memiliki kematangan kerja yang rendah, seorang pemimpin haruslah ikut serta dalam tugas yang tinggi dan hubungan yang rendah. Jadi pada kepemimpinan situasional, seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan kematangan pekerja sehingga tercapai efektivitas kepemimpinan situasional. Kepemimpinan situasional yang efektif memiliki dampak yang baik bagi karyawan dan perusahaan. Karyawan akan merasa terperhatikan oleh sikap pemimpin pekerjaan dan psikologis. Hal ini dikarenakan sikap pemimpin menyesuaikan dengan kematangan maturity bawahan. Selain itu karyawan menjadi lebih senang dan optimal dalam bekerja. Dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi bawahan akan dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan Smither, 1994. Sebaliknya jika kepemimpinan berjalan tidak efektif akan dapat menimbulkan situasi yang kurang baik bagi perusahaan, yaitu karyawan merasa kurang diperhatikan oleh sikap pimpinannya dan karyawan kurang senang, serta kurang optimal dalam bekerja sehingga kepuasan kerjanya rendah. Kepuasan kerja adalah suatu perasaan senang yang merupakan hasil dari persepsi individu dalam rangka menyelesaikan tugas atau memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh nilai-nilai kerja yang penting bagi dirinya Wijono, 2010. Kepuasan kerja merupakan suatu fenomena yang kompleks, yang terdiri dari gaji, kondisi kerja, supervisi, motivasi individu, dan kerja individu Smither, 1994. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki faktor yang berbeda untuk mencapai kepuasan dalam bekerja, maka dari itu kepuasan kerja dikatakan suatu hal yang kompleks.