Faktor Pekerjaan Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

dengan faktor-faktor lain, seperti usia, jabatan, dan pendidikan Schultz, dalam Wijono, 2010.

B. KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

1. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi aktivitas orang lain melalui komunikasi, baik individual maupun kelompok ke arah pencapaian tujuan dalam Anoraga, 1995. Kepemimpinan melibatkan proses sosial di mana seseorang mengarahkan anggota kelompok menuju sasaran Bryman, dalam Weiner, 2003.

2. Definisi Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan antara kadar bimbingan dan arahan perilaku tugas yang diberikan pemimpin, kadar dukungan sosioemosional perilaku hubungan yang disediakan pemimpin, dan level kesiapan kematangan yang diperlihatkan pengikut dalam pelaksanaan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu Hersey dan Blanchard, 1996. Selain itu, kepemimpinan situasional juga merupakan teori yang berfokus pada kesiapan atau kematangan bawahan Robbins, 1996. Selaras dengan pernyataan tersebut, kepemimpinan situasional merupakan kepemimpinan yang dapat dihasilkan dari bagaimana seorang pemimpin berhubungan dengan kematangan bawahan Smither, 1994. Dalam sumber terbaru menyebutkan bahwa kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang diberikan oleh anggota kelompok dengan beragam perilaku mereka untuk memberikan tindakan yang diperlukan oleh kelompok saat itu Johnson, 2012. Dari beberapa definisi kepemimpinan situasional tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang sangat memperhatikan kondisi atau kematangan bawahannya, serta mau memberikan pengarahan kepada bawahan yang belum begitu matang.

3. Komponen Perilaku Pemimpin dan Kematangan Anggota dalam

Kepemimpinan Situasional Dalam penerapan gaya kepemimpinan situasional yang menjadi faktor utamanya adalah kematangan para anggota. Kematangan anggota bisa dilihat dari segi pekerjaan maupun psikologis dari anggota tersebut. Dengan mengetahui tingkat kematangan maturity anggotanya, seorang pemimpin akan dapat menentukan gaya kepemimpinan apa yang akan diterapkan terhadap anggotanya. Perilaku pemimpin dalam kepemimpinan situasional tersebut Hersey dan Blanchard, 1996, yaitu :

a. Task Behavior

Salah satu hal yang harus dipertimbangkan seorang pemimpin dalam menerapkan kepemimpinan situasional adalah perilaku tugas task behavior. Pemimpin perlu mengetahui seberapa jauh kah kemampuan bawahannya dalam bekerja. Ketika seorang bawahannya kurang memiliki kemampuan, pemimpin wajib memberikan arahan, mulai dari arahan kecil hingga yang detail. Dalam task behavior, pemimpin harus dapat membimbing bawahannya dalam penetapan tujuan, pengorganisasian, pengaturan jadwal, pengarahan, dan pengendalian. Tabel 1. Indikator Perilaku Tugas Pemimpin No Aspek Perilaku Tugas Indikator Perilaku 1. Penetapan tujuan Menyempurnakan tujuan anggota 2. Pengorganisasian Mengatur situasi kerja anggota 3. Penetapan jadwal Menetapkan jadwal anggota 4. Pengarahan Menyediakan arahan yang spesifik 5. Pengontrolan Mengontrol kemajuan kerja secara spesifik dan berkala b. Relationship Behavior Hal lain yang perlu dipertimbangkan seorang pemimpin dalam menerapkan kepemimpinan situasional adalah perilaku hubungan relationship behavior. Perilaku hubungan adalah perilaku pemimpin dalam melakukan hubungan dua arah dengan bawahannya untuk menyediakan dorongan dan motivasi. Selain itu, pemimpin juga harus mendukung supporting setiap langkah pekerja dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pekerja. Bagi karyawan yang sudah memiliki kematangan maturity, pemimpin tidak akan melakukan komunikasi dua arah, pemimpin hanya memberikan dukungan yang rendah kepada karyawannya. Tabel 2. Indikator Perilaku Hubungan Pemimpin No Aspek Perilaku Hubungan Indikator Perilaku 1. Memberikan support Menyediakan dukungan dan menyemangati 2. Komunikasi Meliputi diskusi dua arah tentang aktifitas kerja 3. Kesempatan interaksi Memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan anggota lain 4. Feedback Memberikan hubungan timbal balik atas prestasi kerja 5. Perhatian yang aktif Mencari dan mendengarkan opini anggota

c. Kematangan Anggota

Dalam pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional, pemimpin tidak bisa langsung memutuskan akan menggunakan gaya kepemimpinan yang mana yang merupakan gaya kepemimpinan situasional. Pemimpin terlebih dahulu harus mengetahui level kematangan para karyawannya. Hal ini dikarenakan level kematangan karyawan adalah faktor kunci bagi kepemimpinan yang efektif Hersey dan Blanchard, 1996. Level kematangan karyawan terdiri dari kematangan pekerjaan dan kematangan psikologis Hersey dan Blanchard, 1996. Kematangan pekerjaan sangat berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan. Orang yang memiliki kematangan pekerjaan yang tinggi adalah orang yang memiliki pengalaman, kemampuan, dan pengetahuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya tanpa bimbingan atau arahan dari pemimpin. Kematangan psikologis berkaitan dengan motivasi atau kemauan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu, keyakinan dan keikatan terhadap perusahaan juga berpengaruh dalam kematangan psikologis. Orang yang matang secara psikologis akan memiliki rasa yakin terhadap dirinya sendiri dan merasa mampu dalam aspek pekerjaannya, serta memiliki tanggung jawab yang besar.

4. Jenis Gaya Kepemimpinan Situasional

Dalam kepemimpinan situasional menyebutkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan tertentu yang dapat digunakan untuk mempengaruhi bawahannya, melainkan penerapan gaya kepemimpinan pada sebuah organisasi harus didasarkan pada kondisi para bawahannya Hersey dan Blanchard, 1996. Dalam kepemimpinan situasional terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam memimpin sebuah organisasi. Gaya kepemimpinan situasional juga dapat dilihat dalam kurva preskriptif, yang terdiri dari empat kuadran kepemimpinan, yaitu telling, selling, participating, dan delegating Hersey dan Blanchard, 1996.