Uji Asumsi Klasik Uji Hipotesis

tidak. Adapun formula untuk menghitung nilai F hitung adalah sebagai berikut: � 1 = � 1 2 3 … � 2 � − 2 1 − � 1 2 3 … � 2 � − � + 1 n menunjukkan jumlah observasi, k menunjukkan jumlah variabel independen termasuk konstanta, dan � 1 2 3 … � 2 adalah koefisien determinasi setiap variabel independen 1 dengan sisa variabel independen X yang lain sedangkan nilai kritis dari distribusi F didasarkan pada derajat kebebasan k – 2 dan n – k + 1. Keputusan ada tidaknya unsur multikolinieritas dalam model ini sebagaimana biasanya adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F kritis. Jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F kritis dengan tingkat signifikansi dan derajat kebebasan tertentu maka dapat disimpulkan model mengandung unsur multikolinieritas yakni terdapat hubungan linier antara satu variabel X dengan variabel X yang lain. Sebaliknya jika nilai hitung F lebih kecil dari nilai kritis F maka tidak terdapat hubungan linier antara satu variabel X dengan variabel X yang lain. Untuk melakukan uji ini kita harus melakukan regresi auxiliary berkali-kali. Misalnya jika model yang kita punyai mempunyai tiga variabel independen maka kita harus melakukan regresi auxiliary sebanyak tiga kali dan kemudian kita dapatkan nilai F hitungnya. 2 Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas salah satunya adalah dengan metode yang dikembangkan oleh Spearman. Sebelum membahas metode korelasi dari Spearman, kita definisikan terlebih dahulu korelasi yang dikembangkan oleh Spearman. Formula dari Spearman adalah sebagai berikut: = 1 − 6 Σ � 2 �� 2 −1 2.1 dimana d adalah perbedaan rank antara residual � dengan variabel independen X dan n adalah jumlah observasi. Metode deteksi heteroskedastisitas dengan korelasi Spearman ini dapat kita jelaskan dengan menggunakan model regresi sederhana sebagai berikut: � = + 1 � + � 2.2 Langkah yang harus dilakukan untuk menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam hasil regresi dengan menggunakan korelasi Spearman adalah sebagai berikut: a Kita melakukan regresi persamaan 2.2 tersebut dan kemudian kita dapatkan residualnya b Cari nilai absolut residual dan kemudian diranking dari nilai yang paling besar ataupun di ranking dari nilai yang paling kecil. Lakukan hal yang sama untuk variabel independen X. Setelah keduanya ranking maka selanjutnya adalah mencari korelasi Spearman dalam persamaan 2.1 c Diasumsikan bahwa koefisien korelasi dari rank populasi � adalah nol dan n 8, signifikansi dari sampel rank korelasi Spearman dapat diuji dengan menggunakan uji t. Nilai statistik t hitung dapat dicari dengan menggunakan formula sebagai berikut: = n − 2 1 − 2 dengan df sebesar n – 2 d Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai kritis tabel t maka kita bisa menyimpulkan bahwa regresi mengandung masalah heteroskedastisitas dan sebaliknya maka tidak ada heteroskedastisitas Sebagai catatan, deteksi dengan metode korelasi Spearman pada regresi berganda, misalnya dengan dua variabel independen, kita harus menghitung korelasi Spearmannya dua kali dan kemudian masing-masing diuji dengan menggunakan uji t seperti sebelumnya. 3 Autokorelasi Banyak metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi. Salah satu uji yang populer digunakan dalam ekonometrika adalah metode yang dikemukakan oleh Durbin-Watson d 2 . Prosedur uji yang dikembangkan oleh Durbin-Watson dapat dijelaskan dengan model sederhana seperti persamaan 3.1 sebagai berikut: = + 1 1 + 3.1 Hubungan antara variabel gangguan hanya tergantung dari variabel gangguan sebelumnya −1 atau disebut Model AR 1 seperti persamaan 3.2 sebelumnya: = ρ −1 + � − 1 � 1 3.2 Jika ρ = 0 maka = � sehingga variabel gangguan di dalam persamaan tersebut tidak saling berhubungan atau tidak ada autokorelasi. Oleh karena itu hipotesis nol tidak adanya autokorelasi dapat ditulis H : ρ = 0 sedangkan hipotesis alternatifnya ρ 0 atau ρ0 atau ρ ≠ 0. Untuk menguji hipotesis nol kita harus menghitung ρ dan kemudian menguji secara statistika apakah signifikan atau tidak. Akan tetapi penurunan distribusi probabilitas dari ρ sangat sulit dilakukan. Sebagai alternatif, Durbin dan Watson mengembangkan distribusi probabilitas yang berbeda. Uji statistik Durbin-Watson tersebut didasarkan dari residual metode OLS. Adapun formula uji statistik Durbin-Watson adalah sebagai berikut: = = � =2 − −1 2 2 = � =1 3.3 Dimana adalah residual metode kuadrat terkecil. Bagaimana d berhubungan erat dengan ρ dan bagaimana mendapatkan uji statistik untuk masalah autokorelasi, kita manipulasi persamaan 3.3 di atas menjadi: = 2 + −1 2 −2 −1 = � =2 = � =2 = � =2 2 = � =1 3.4 Karena 2 dan −1 2 berbeda hanya satu observasi, maka nilainya hampir sama. Persamaan 3.4 tersebut dapat ditulis sebagai berikut: ≈ 1 + 1 − 2� 3.5 dimana � = −1 2 3.6 persamaan 3.6 ini merupakan koefisien autokorelasi order pertama sebagai proksi dari �. Persamaan 3.5 dapat ditulis kembali menjadi: ≈ 2 1 − � 3.7 Karena -1 ≤ � ≤ 1 maka berimplikasi bahwa ≤ d ≤ 4 3.8 Dari persamaan 3.7 tersebut jika � = 0 maka nilai d = 2 yang berarti tidak adanya masalah autokorelasi pada order pertama. Oleh karena itu sebagai aturan kasar rule of thumb jika nilai d adalah 2, maka kita bisa mengatakan bahwa tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. Jika � = +1, nilai d ≈ 0, mengindikasikan adanya autokorelasi positif. Oleh karena itu, nilai d yang semakin mendekati nol menunjukkan semakin besar terjadinya autokorelasi positif. Jika �=-1, nilai d ≈ 4 yang berarti ada autokorelasi negatif. Dengan demikian nilai d yang semakin nesar mendekati 4 maka semakin besar terjadinya maslah autokorelasi negatif. Durbin-Watson telah berhasil mengembangkan uji statistik berdasarkan persamaan 3.4 yang disebut uji statistik d. Durbin- Watson berhasil menurunkan nilai kritis batas bawah d L dan batas atas d U sehingga jika nilai d hitung dari persamaan 3.4 terletak di luar nilai kritis ini maka ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel atau dengan menggunakan gambar. Uji Statistik Durbin-Watson Nilai Statistik Hasil L L ≤ ≤ U U ≤ ≤ 4 − U 4 − U ≤ ≤ 4 − L 4 − L ≤ ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi positifnegatif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi negatif Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah bahwa setiap program komputer untuk regresi selalu memberi informasi statistik d. Adapun prosedur dari uji DW sebagai berikut: a Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai residualnya. b Menghitung nilai d dari persamaan 3.4. Kebanyakan program komputer secara otomatis menghitung nilai d. c Dengan jumlah observasi n dan jumlah variabel independen tertentu tidak termasuk konstanta k, kita cari nilai kritis d L dan d U di statistik Durbin Watson. d Keputusan ada tidaknya autokorelasi didasarkan pada tabel dan gambar di atas. 4 - d L 4 - d U 2 4 d U d L Autokorelasi Negatif Ragu-ragu Tidak ada Autokorelasi Ragu-ragu Autokorelasi Positif

b. Uji Hipotesis

1 Kontribusi Rumusan Hipotesis: a Tingkat Pendidikan Ho = tingkat pendidikan tidak berkontribusi terhadap produktivitas kerja PNS Ha = tingkat pendidikan berkontribusi terhadap produktivitas kerja PNS b Tingkat Kedisiplinan Ho = tingkat kedisiplinan tidak berkontribusi terhadap produktivitas kerja PNS Ha = tingkat kedisiplinan berkontribusi terhadap produktivitas kerja PNS c Loyalitas Pegawai Ho = loyalitas pegawai tidak berkontribusi terhadap produktivitas kerja PNS Ha = loyalitas pegawai berkontribusi terhadap produktivitas kerja PNS d Tingkat Pendidikan, Tingkat Kedisiplinan, dan Loyalitas Ho = tingkat pendidikan, tingkat kedisiplinan, dan loyalitas tidak berkontribusi terhadap produktivitas kerja PNS Ha = tingkat pendidikan, tingkat kedisiplinan, dan loyalitas berkontribusi terhadap produktivitas kerja PNS Analisis untuk mengetahui kontribusi tingkat pendidikan, tingkat kedisiplinan, dan loyalitas terhadap produktivitas tenaga kerja. Kriteria Pengujian : Jika t hitung t tabel, maka Ho diterima Jika t hitung t tabel, maka Ho ditolak Menunjukkan nilai signifikan dari tiap-tiap koefisien terhadap kenyataan yang ada. Langkah-langkah : a Menentukan hipotesis nihil dan alternatif. H0 : β1 = β2 = β3 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan, tingkat kedisiplinan, dan loyalitas terhadap produktivitas tenaga kerja H1 : β1 β2 β3 β0 ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan, tingkat kedisiplinan, dan loyalitas terhadap produktivitas tenaga kerja b Menentukan level of significant α= 0,05 c Kriteria pengujian Uji t: H0 diterima bila ttabel _ thitung _ttabel H0 ditolak bila t hitung t tabel atau thitung -t tabel d Perhitungan nilai t Keterangan : β= Koefisien regresi dari variabel tingkat pendidikan Sb1 = standar error koefisien regresi e Kesimpulan Dengan membandingkan thitung dengan ttabel dapat diketahui pengaruh antara tingkat pendidikan, tingkat kedisiplinan, dan loyalitas terhadap produktivitas tenaga kerja 2 Signifikansi Rumusan Hipotesis: a Tingkat Pendidikan Ho = tingkat pendidikan tidak berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja PNS Ha = tingkat pendidikan berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja PNS b Tingkat Kedisiplinan Ho = tingkat kedisiplinan tidak berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja PNS Ha = tingkat kedisiplinan berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja PNS c Loyalitas Pegawai Ho = loyalitas pegawai tidak berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja PNS