Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik

4 Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai kritis tabel t maka kita bisa menyimpulkan bahwa regresi mengandung masalah heteroskedastisitas dan sebaliknya maka tidak ada heteroskedastisitas Sebagai catatan, deteksi dengan metode korelasi Spearman pada regresi berganda, misalnya dengan dua variabel independen, kita harus menghitung korelasi Spearmannya dua kali dan kemudian masing-masing diuji dengan menggunakan uji t seperti sebelumnya. Tabel V. 10 Tabel Uji Heteroskedastisitas Correlations Unstandardized Residual X1 X2 X3 Sp ear ma ns rho Unstandardized Residual Correlation Coefficient 1.000 .046 .025 -.027 Sig. 2-tailed . .805 .893 .884 N 31 31 31 31 X1 Correlation Coefficient .046 1.000 -.095 -.112 Sig. 2-tailed .805 . .610 .548 N 31 31 31 31 X2 Correlation Coefficient .025 -.095 1.000 .591 Sig. 2-tailed .893 .610 . .000 N 31 31 31 31 X3 Correlation Coefficient -.027 -.112 .591 1.000 Sig. 2-tailed .884 .548 .000 . N 31 31 31 31 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Sumber: data primer, diolah tahun 2012 Dari output di atas dapat diketahui bahwa korelasi ketiga variabel dengan Unstandarized Residual nilai signifikansinya lebih dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ada heteroskedastisitas.

c. Autokorelasi

Banyak metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi. Salah satu uji yang populer digunakan dalam ekonometrika adalah metode yang dikemukakan oleh Durbin-Watson d 2 . Prosedur uji yang dikembangkan oleh Durbin-Watson dapat dijelaskan dengan model sederhana seperti persamaan 3.1 sebagai berikut: = + 1 1 + 3.1 Hubungan antara variabel gangguan hanya tergantung dari variabel gangguan sebelumnya −1 atau disebut Model AR 1 seperti persamaan 3.2 sebelumnya: = ρ −1 + � − 1 � 1 3.2 Jika ρ = 0 maka = � sehingga variabel gangguan di dalam persamaan tersebut tidak saling berhubungan atau tidak ada autokorelasi. Oleh karena itu hipotesis nol tidak adanya autokorelasi dapat ditulis H : ρ = 0 sedangkan hipotesis alternatifnya ρ 0 atau ρ0 atau ρ ≠ 0. Untuk menguji hipotesis nol kita harus menghitung ρ dan kemudian menguji secara statistika apakah signifikan atau tidak. Akan tetapi penurunan distribusi probabilitas dari ρ sangat sulit dilakukan. Sebagai alternatif, Durbin dan Watson mengembangkan distribusi probabilitas yang berbeda. Uji statistik Durbin-Watson tersebut didasarkan dari residual metode OLS. Adapun formula uji statistik Durbin-Watson adalah sebagai berikut: = = � =2 − −1 2 2 = � =1 3.3 Dimana adalah residual metode kuadrat terkecil. Bagaimana d berhubungan erat dengan ρ dan bagaimana mendapatkan uji statistik untuk masalah autokorelasi, kita manipulasi persamaan 3.3 di atas menjadi: = 2 + −1 2 −2 −1 = � =2 = � =2 = � =2 2 = � =1 3.4 Karena 2 dan −1 2 berbeda hanya satu observasi, maka nilainya hampir sama. Persamaan 3.4 tersebut dapat ditulis sebagai berikut: ≈ 1 + 1 − 2� 3.5 dimana � = −1 2 3.6 persamaan 3.6 ini merupakan koefisien autokorelasi order pertama sebagai proksi dari �. Persamaan 3.5 dapat ditulis kembali menjadi: ≈ 2 1 − � 3.7 Karena -1 ≤ � ≤ 1 maka berimplikasi bahwa ≤ d ≤ 4 3.8 Dari persamaan 3.7 tersebut jika � = 0 maka nilai d = 2 yang berarti tidak adanya masalah autokorelasi pada order pertama. Oleh karena itu sebagai aturan kasar rule of thumb jika nilai d adalah 2, maka kita bisa mengatakan bahwa tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. Jika � = +1, nilai d ≈ 0, mengindikasikan adanya autokorelasi positif. Oleh karena itu, nilai d yang semakin mendekati nol menunjukkan semakin besar terjadinya autokorelasi positif. Jika �=-1, nilai d ≈ 4 yang berarti ada autokorelasi negatif. Dengan demikian nilai d yang semakin nesar mendekati 4 maka semakin besar terjadinya maslah autokorelasi negatif. Durbin-Watson telah berhasil mengembangkan uji statistik berdasarkan persamaan 3.4 yang disebut uji statistik d. Durbin- Watson berhasil menurunkan nilai kritis batas bawah d L dan batas atas d U sehingga jika nilai d hitung dari persamaan 3.4 terletak di luar nilai kritis ini maka ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui. Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam tabel atau dengan menggunakan gambar.