Kedisplinan Kerja TINJAUAN PUSTAKA

4. Standar atau aturan dinyatakan secara positif, bukan negatif. Standar yang positif misalnya “mengutamakan keselamatan,” bukan dengan pernyataan negatif seperti “jangan ceroboh.” 5. Dilakukan secara komprehensif, yaitu melibatkan semua elemen yang ada yang terkait dalam organisasi terpadu. Meningkatkan disiplin menyangkut pembenahan aspek-aspek lain yang terkait seperti sistem reward dan hukuman tang tepat, penyediaan fasilitas yang mendukung dalam pemenuhan standar yang sudah ditentukan, dan lain- lain. 6. Menyatakan bahwa standar dan aturan yang dibuat tidak semata-mata untuk kepentingan orang yang membuat peraturan, tetapi untuk kebaikan bersama. Meskipun aturan dan standar sudah diketahui, tidak tertutup kemungkinan adanya pelanggaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan dalam bentuk disiplin korektif, yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak terulang kembali sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya, yang tujuannya adalah: 1. Memperbaiki perilaku yang melanggar aturan, 2. Mencegah orang lain melakukan tindakan serupa, 3. Mempertahankan standar kelompok secara konsisten dan efektif. Untuk dapat mencapai tujuan itu, tindakan sering disebut tindakan disipliner hatus berorientasi pada: 1. Bersifat mendidik, artinya mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, dengan cara bahwa tindakan indisipliner harus menunjukkan konsekuensi yang tidak baik bagi diri sendiri, yang biasanya tidak diinginkan seseorang, dan segera dilakukan untuk menanjukkan adanya kaitan konsekuensi yang sesuai, dan berlaku bagi semua orang. Ini seperti seseorang yang memegang tungku panas, hot-stove-rule bila disentuh akan segera terasa panasnya, dan ini berlaku secara konsisten bagi semua orang. 2. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, yang sering disebut dengan tindakan disiplin progresif, yaitu pengulangan kesalahan yang sama akan mengakibatkan hukuman yang lebih berat. Tindakan indisipliner bisa dilakukan melalui proses: a. Teguran lisan, kalau masih terulang b. Teguran tertulis yang menjadi catatan negatif bagi pegawai, kalau masih terulang c. Skorsing satu bulan, kalau masih terulang d. Memecat pegawai tersebut Ada beberapa hal yang secara pribadi perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan produktivitas kerja pribadi, yang bisa dimulai degan meningkatkan disiplin diri sendiri. Artinya, disiplin diharapkan menjadi sesuatu yang sangat dijunjung tinggi oleh masing-masing anggota dari suatu organisasi, sehingga pada akhirnya organisasi itu dapat disebut disilpin disiplin diri bukan hanya mulai di tempat kerja saja, tetapi juga dari dalam keluarga sendiri. Disiplin diri bisa menyangkut banyak hal, seperti dalam hal pembagian dan penggunaan waktu secara baik, menentukan prioritas, mematuhi rencana dan target yang sudah ditetapkan, berani menolak segala keinginan untuk keluar dari rencana yang sudah dibuat. Termasuk disiplin juga manakala seorang mematuhi berbagai aturan yang ada sejauh tidak ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengabaikan aturan itu. Disiplin kerja adalah sikap atau tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan kerja karena adanya suatu keyakinan bahwa dengan aturan-aturan tersebut tujuan pekerjaan akan dapat dicapai. Karyawan dengan disiplin tinggi, sebaliknya jika tidak disiplin, akan terjadi banyak pelanggaran sehingga akan menyebabkan rendahnya produktivitas. Mulai dari diri sendiri. Tepati semua peratutan. Jadilah teladan dalam hal disiplin kerja. Tegakkan peraturan. Tegur yang melanggar dengan cara yang baik, bersifat mendidik, dan jangan kasar. Cara menegur yang salah justru dapat menimbulkan kontraproduktif. Disiplin juga merupakan pernyataan yang sangat jelas karena disiplin yang tercipta dari diri sendiri maupun dari peraturan yang tertulis akan meningkatkan produktivitas yang baik pula. Darminto mengatakan bahwa disiplin itu mempunyai tiga aspek, yaitu: 1. Sikap mental yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran, dan pengendalian watak. 2. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa ketaatan atau aturan: norma, kriteria dan standar tadi merupaka syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan sukses. 3. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

D. Loyalitas Pegawai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pendirian. Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu. Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan. Loyal adalah patuh, setia. Dari pengertian diatas, kesimpulannya adalah suatu kecenderungan karyawan untuk pindah ke perusahaan lain. Apabila karyawan bekerja pada suatu perusahaan, dan perusahaan tersebut telah memberikan fasilitas – fasilitas yang memadai dan diterima oleh karyawannya, maka kesetiaan karyawan terhadap perusahaan akan semakin besar, maka timbul dorongan yang menyebabkan karyawan melakukan pekerjaan menjadi lebih giat lagi. Fasilitas – fasilitas yang diterima oleh karyawan sehingga karyawan mau bekerja sebaik mungkin dan tetap loyal pada perusahaan, hendaknya perusahaan memberikan imbalan yang sesuai kepada karyawannya. Semua itu tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu perusahaan mengemukakan beberapa cara: 1. Gaji yang cukup 2. Memberikan kebutuhan rohani. 3. Sesekali perlu menciptakan suasana santai. 4. Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat. 5. Memberikan kesempatan pada karyawan untuk maju. 6. Memperhatikan rasa aman untuk menghadapi masa depan. 7. Mengusahakan karyawan untuk mempunyai loyalitas. 8. Sesekali mengajak karyawan berunding. 9. Memberikan fasilitas yang menyenangkan Nitisemito, 1992. Sebab-sebab turunnya loyalitas dan sikap kerja itu dikarenakan banyak sebab misalnya, upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaannya, tidak cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja yang buruk dan sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan harus dapat menemukan penyebab dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan pada prinsipnya turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan oleh ketidakpuasan para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa bersifat material dan non material yang bersifat material antara lain: rendahnya upah yang diterima, fasilitas minimum. Sedangkan yang non material antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya Nitisemito, 1992. Indikasi – indikasi turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan antara lain: 1. Turun rendahnya produktivitas kerja. Turunnya produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan atau penundaan kerja. 2. Tingkat absensi yang naik. Pada umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan malas untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik maka perlu segera dilakukan penelitian. 3. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi. Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha mencari pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi kelangsungan jalannya perusahaan. 4. Kegelisahan dimana-mana. Loyalitas dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan sebagai seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal- hal yang lain. 5. Tuntutan yang sering terjadi. Tuntutan yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. 6. Pemogokan. Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan melakukan pemogokan kerja. Nitisemito,1992.