Peranan dan Kedudukan Bahasa Ogan

Cerita legenda Danau Teluk Gelam diungkap setelah Danau Teluk Gelam ditetapkan sebagai kawasan wisata. Promosi wisata Danau Teluk Gelam didukung oleh beberapa program yang diselenggarakan di tempat ini seperti lomba dayung PON XVI di Sumatera Selatan, ulang tahun Pramuka, dll. Kepopuleran Danau Teluk Gelam sebagai tempat wisata tidak sebanding dengan cerita Danau Teluk Gelam yang hanya diketahui beberapa orang. Cerita legenda teluk gelam sengaja diungkap untuk mendukung keberadaan Danau teluk Gelam sebagai suatu tempat yang memiliki adat dan kebudayaan tertentu. Kebudayaan inilah yang nantinya menjadi salah satu pendukung berkembanganya pariwisata Danau Teluk Gelam. Dengan adanya cerita legenda tersebut, akan lebih mudah mengenalkan Danau Teluk Gelam dan masyarakatnya kepada masyarakat umum. Selain itu, suatu tempat wisata akan lebih menarik minat pendatang apabila diketahui adanya cerita rakyat yang mendukung keberadaannya.

M. Cerita Legenda Danau Teluk Gelam sebagai Sastra dan Kebudayaan

Legenda Danau Teluk Gelam sebagai sastra karena unsur-unsur yang yang melingkupinya, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri atas tokoh dan penokohan, alur, latar pada masa lampau yang menjadi ciri khas sebuah legenda, dan tema kepahlawanan menjadi sebuah pengingat akan adanya suatu kisah yang mengajarkan kebaikan melawan kejahatan. Dari unsur tersebut diketahui bahwa legenda Danau Teluk Gelam merupakan sastra, sastra yang dipahami sebagai ajaran hidup akan kebaikan dan keburukan. Unsur ekstrinsik berupa adat-istiadat dan masyarakat yang menjadi asal dan penentu suatu karya sastra diterima atau diabaikan. Karya sastra khususnya legenda diterima dalam bentuk ajaran yang diajarkan pada masayarakat, dijadikan pengingat akan suatu kejadian dan dijadikan milik masyarakat tersebut. sebagai bentuk kebudayaan, legenda Danau Teluk Gelam menjadi gambaran kehidupan dan adat yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sastra lisan merupakan khazanah kebudayaan yang paling luas sekaligus paling kaya. Meskipun, suatu tradisi lisan telah ditranskripsikan ke dalam tulisan, tradisi tersebut tetap hidup dengan mekanismenya masing-masing. Oleh karena itu, masyarakat pendukungnyalah yang memiliki pengaruh terbesar terhadap perkembangan tradisi lisan. Tradisi lisan adalah tradisi komunikasi langsung, di mana dimungkinkan terjadinya interaksi antara pengirim dengan penerima Ratna, 2010: 270. Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan hasil cipta, rasa, dan karya masyarakat yang dipimpin dan diarahkan oleh karsa. Kalau cipta diartikan sebagai proses yang menggunakan daya berfikir dan bernalar, rasa adalah kemampuan untuk menggunakan panca indera dan hati, sedang karya adalah keterampilan tangan, kaki, bahkan seluruh tubuh manusia. Karsa ibarat komandan atau pemimpin yang menentukan kapan, bagaimana, dan untuk apa ketiga unsur kebudayaan itu digerakkan Soemardjan, 1984: 1.