Penduduk GEOGRAFI DAN BUDAYA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

J. Kesenian

Kesenian banyak diadakan pada saat perkenalan muda-mudi, seperti malam mulah kerja mempersipakan yaitu malam persiapan untuk acara upacara-upacara perkawinan keesokan harinya. Dalam pesta kesenian yang diadakan oleh muda- mudi ada yang disebut “ayam-ayaman” dan biasanya dilanjutkan dengan rebana. Ayam-ayaman yaitu menebak mangkuk mana yang ada isinya dan biasanya menggunakan tiga mangkuk. Rebana biasanya dipakai saat mengantarkan pengantin laki-laki ke tempat pengantin wanita atau sebaliknya. Selain itu, ada silat sebagai alat bela diri dan tala simbol untuk mengusir roh-roh jahat Depdikbud, 1984: 20.

K. Sejarah

Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan 1984, kerajaan Tulang Bawang yang berpusat di kota Kayu Agung sekarang. Kerajaan Tulang Bawang ini adalah kerajaan maritim, yang letaknya tersembunyi dan bersifar rahasia. Oleh karena proses alamiah, dan ibu kota tidak strategis lagi, maka mulailah panglima-panglima kedatuan Tulang Bawang mengadakan ekspansi untuk meletakkan pusat pemerintahan lain yang amat kuat. Di antara panglima-panglima itu adalah Dapunta Hyang yang telah membaca tentara menghilir sungai Komering dan sampai di tempat yang serupa dengan tempat semula teori replika yaitu di kaki bukit Siguntang. Menurut piagam Kedukan Bukit 683 Masehi, Dapunta Hyang Panglima memperoleh daerah baru yang disebut Sriwijaya Sri = Raja, Wijaya= Kemenangan sukses. Pusat penguasa baru ini dengan cepat berkembang menjadi bandar yang memegang peranan penting dalam lapangan politik, ekonomi, dan kebudayaan. Pada akhir abad ke-7 Masehi, pusat kedatuan yang terletak di Bukit Siguntang Kedatuan Bukit menjadi penguasa tunggal di sebelah barat Indonesia. Terbukti beberapa tempat telah dikalahkan oleh kedatuan ini, seperti Jambi 671- 692 M, Bangka 684 M, dan daerah Lingor 775 M. Di Bukit Siguntang tepatnya di Kedatuan Tulang Bawang terdapat sekolah tinggi seperti halnya di Nalanda India Utara. Dengan dasar ajaran agama Budha, di sekolah tinggi tersebut diajarkan teologia dan bahasa Sanskerta oleh guru-guru besar seperti; Dharmapala 600 M, Syakyakirti 670 M. Nama-nama guru besar itu diabadikan dalam lagu daerah Sumatera Selatan berjudul Gending Sriwijaya. Pada tahun 1275 serangan dari raja Kertanegara melemahkan kedudukan Kedatuan di Bukit Siguntang. Selain itu, suatu proses besar pun terjadi di daerah ini yaitu masuk dan berkembangnya Islam. Tahun 1572 Ki Gede Ing Suro yang menyingkir dari Demak menjadi penguasa di Palembang, Sumatera Selatan. Setelah Ki Mas Hindi Pangeran Ratu yang bergelar Sultan Jamaluddin atau sering juga disebut Ratu Abdul Rachman dan Jamaluddin Sultan Candi Malang 1662-1702 M menjadi penguasa di Palembang, dan mulailah sejarah kesultanan di daerah ini dan agama islam dijadikan agama resmi. Kemudian digantikan oleh Sultan Mansyur 1706-1715 M dan selanjutnya digantikan oleh Sutan