Dunia Ada Pandangan Mengenai Dunia

Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 14 Sejak peristiwa itu, mereka semakin akrab dan terjalin satu ikatan cinta kasih di antaranya. Akhirnya mereka menjadi satu pasangan suami istri. Mereka dikaruniai dua orang anak putra dan putri. Kehidupan yang bahagia penuh canda tawa dalam membina satu keluarga. Mereka hidup dengan bercocok tanam dan memelihara beberapa ekor hewan peliharaan dalam kesehariannya. Kesuburan tanah tempat mereka tinggal tinggal akhirnya tercium juga oleh orang-orang dari daerah luar. Banyak orang menukar hasil kebun mereka dengan kebutuhan yang mereka perlukan. Putra-putri mereka beranjak tumbuh menjadi seorang remaja. Pangeran Tapah Lanang dan istrinya, Putri Gelam sangat mencintai dan menyayangi keduanya. Hari begitu cerah, seperti biasanya pangeran dan istri sedang menggarap kebun yang letaknya tak jauh dari gubuk tempat tinggal mereka. Kedua anak kesayangannya itu sedang beristirahat sambil bercanda dengan riangnya di beranda gubuk mereka. Putri Gelam adegan 34-36 Dengan melihat dan memahami alur kehidupan Pangran Tapah yang ada dalam Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam, pembaca diharapkan mengerti akan pesan yang disampaikan, bukan hanya nilai yang terkandung tapi juga bagaimana kehidupan manusia harus selaras dengan alam yang ditinggalinya. Dengan legenda, manusia lebih mudah menolerir hal-hal yang seharusnya dipelihara dengan baik, seperti alam yang diharapkan akan dijaga karena pentingnya bagi kehidupan manusianya. Misalnya, pengembaraan Pangeran Tapah yang kemudian memberikan nama pada tempat yang disinggahi membawa pembaca legenda tersebut mengenang dan melestarikan alamnya. Seperti sebuah talang yang menjadi tempat perhentian pengembaraan pangeran yang kemudian dinamai “Talang Pangeran”. Nama tempat tersebut digunakan untuk menguatkan legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam dan kepercayaan masyarakat tentang keberadaan Pangeran Tapah, anak dari Raja Awang. Namun, kebahagiaan itu juga sirna begitu putra dan putri mereka menghilang dari kehidupan mereka, seperti dunia yang dipandang oleh orang- orang tragik. Kebahagiaan yang dimiliki mereka berdua seperti dunia yang dianggap ada dan tidak ada. Kebahagiaan itu datang dalam wujud dua orang anak dan pergi dengan terbunuhnya anak tersebut. Penolakan dan penerimaan akan dunianya terlihat pada kehidupan mereka sebagai binatang. Mereka menolak menerima penderitaan sebagai binatang seperti halnya ketika mereka diusir dan dibuang layaknya binatang oeleh keluarganyanya, tetapi sebagai binatang mereka menerima dunianya dan menjadi penghuninya dan tidak mampu untuk meninggalkan dunia itu. Suatu keajaiban terjadi, kubangan babi tersebut meluas hingga membentuk sebuah danau, dan munculah sosok yang menjelma seekor ikan besar sebagai jelmaan dari tubuh pangeran. Sementara sosok Putri Gelam tersangkut di pohon menjelma menjadi seekor burung putih berleher panjang. Tahun terus berganti, setiap bulan purnama terjadilah pertemuan antara seekor ikan besar dan seekor burung di tepian danau tersebut. Setiap habis bulan purnama pulalah selalu terdapat hamparan telur burung yang kemudian jadi santapan orang para pemancing. Oleh orang setempat itu adalah telur burung gelam sebagai sebutan dari burung jelmaan si Putri Gelam. Di dalam danau para pemancing selalu bertamu dengan seekor ikan besar yang mereka sebut sebagai ikan tapah sebagai jelmaan dari Pangeran Tapah. Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 18 Beberapa hari kemudian ketika seseorang melewati daerah itu, deburan air memecah telaga dan tiba-tiba muncul seekor ikan besar lalu berkata, “Kisanak... jangan takut padaku, hamba adalah Pangeran Tapah Lanang, putra dari Kerajaan Awang.” Bersamaan dengan itu, terlihat pula turun dari sebatang pohon di pinggirannya, seekor burung putih dengan leher panjang hinggap di ranting dahan yang menjuntai ke tengah genangan air, berkata lirih mengharukan, “Kisanak... hamba adalah Putri Gelam, putri dari Kerajaan Damar, Pangeran Tapah Lanang adalah suamiku. Putra kami terbunuh oleh perampok beberapa hari lalu, putri kami hilang tak tahu di mana rimbanya”. Alkisah setelah kejadian itu, setiap orang yang melintas pinggiran danau saat menjelang bulan purnama, akan berjumpa dengan seekor ikan besar jelmaan Pangeran Tapah Lanang, dan seekor burung putih yang hinggap di ranting pohon jelmaan dari Putri Gelam. Danau tempat Putri Gelam membasuh rindu, ingin bertemu suaminya Pangeran Tapah Lanang. Di sekitar danau berhamparan telur burung. Mereka mempercayai itu adalah telur burung Gelam. Dari mulut ke mulut orang selalu menceritakan kisah tersebut, maka sampai sekarang daerah itu dikenal dengan nama “Danau Teluk Gelam”. Putri Gelam adegan 40-41 Pandangan mengenai dunia dari manusia tragik yang menolak sekaligus menerima dunia itu sebegai miliknya dilandasi oleh ketidakmampuan manusia untuk menguasai takdir yang diberikan Tuhan. Harapan dan kenyataan menjadi tonggak pernyataan ada dan tidaknya Tuhan sebagai Yang Tertinggi dan menguasai. Harapan dan kenyataan itu hadir juga dalam penilaian akan kekosongan dan pemaknaan hidup karena petunjuk Tuhan oleh kehidupan manusia yang tragis. Manusia tetaplah manusia yang tidak akan sanggup melenyapkan harapannya yang diwujudkannya dalam Tuhan yang dipercayai dan tempatnya mengadu tanpa mendapat protes atau penolakan. Inilah yang menjadikan manusia menolak sekaligus menerima keberadaan Tuhan dalam dunianya, sebagaimana dia tidak dapat menolak dunia tempatnya tinggal. Manusia tetap bertahan hidup hanya karena untuk harapan yang lebih baik.

3. Pandangan Mengenai Manusia

Goldman dalam Faruk 2012:84, ada dua ciri manusia tragik. Pertama, manusia itu menuntut secara mutlak dan ekslusif nilai-nilai yang tidak mungkin. Kedua, karena tuntutannya sekaligus untuk segala dan bukan apa-apa dan ia secara total tidak peduli terhadap tingkat-tingkat dan usaha pendekatan, juga terhadap konsep yang mengandung gagasan mengenai relativitas. Atas dasar kedua ciri itu, manusia tragik mempunyai pengalaman ketuhanan yang yang tidak bersifat mistis. Ia hanya mengenal konversi yang berupa kemunculan secara tiba- tiba dan di luar kerangka waktu kesadaran mengenai kontradiksi antara nilai-nilai manusia dan dunia yang serba tidak sempurna dengan nilai-nilai yang serba sempurna yang ditemukan dalam Tuhan. Tokoh-tokoh legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam sebagai gambaran akan sikap dan respon masyarakat terhadap kelestarian alam yang kini mulai menyusut. Belum lagi pengembangan wisata Danau Teluk Gelam yang kini mulai menjauhi tradisi dan adat-istiadat di sekitarnya. Kebanyakan masyarakat berasumsi bahwa dengan meningkatnya pengunjung di kawasan wisata tersebut akan menudahkan masyarakat sekitar untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Secara tidak sengaja mereka juga mengambil dan mengeksploitasi alamnya secara menyeluruh. Untuk menjaga keterkaitan manusia yang ada di sekitar Danau Teluk Gelam dengan alam yang harus dipeliharanya, maka dimulailah petelusuran legenda yang berkaitan tempat tersebut. Kehidupan yang belangsung dengan sistem feodal dan aturannya yang digambarkan dalam hukuman yang dijatuhkan sang raja kepada putra mahkota, mengalahkan hubungan kasih sayang seorang ayah kepada putranya. Seorang ayah akan memaafkan kesalahan anaknya asalkan anak tersebut mau bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya. Namun, seorang raja tetap akan menghukum siapa pun yang melanggar aturan. Hukuman itu juga disesuaikan dengan pangkat dan pengaruhnya, semakin tinggi maka akan semakin berat. Kehidupan itulah yang dijalani Raja Awang sebagai raja dan Pangerean Tapah sebagai Putra mahkota. Dibawah ini adalh tabel yang menyatakan kontradiksi mengenai hubungan dengan sistem feodal dengan hubungan keluarga dalam legenda Danau Teluk Gelam berdasarkan pandangan menegnai manusia: Tabel . Pandangan Mengenai Manusia No Tuntutan Tidak mutlak hubungan keluarga Tuntutan mutlak feodal 1 2 Ayah menyayangi putranya Ayah yang bijaksana Raja memberi perintah Kata-kata raja adalah hukum

a. Tuntutan Tidak Mutlak

Raja Awang sebagai seorang ayah sangat menyayangi putranya, Pangeran Tapah, terutama setelah istrinya meninggal. Dalam ketidaksiapan untuk menjalani kehidupan sebagai orangtua tunggal, Raja Awang menjalani peran sebagai ayah yang sangat menyayangi anaknya. Meskipun, rasa sayang dan kecintaan itu bisa saja memudar, namun hubungan darah antara ayah dana anak tetap tidak akan berubah. Hubungan tersebut bersifat abadi, baik dalam pengakuan maupun tanpa pengakuan. Kasih sayang itu terlihat ketika sang permaisuri sakit saat pangeran masih kanak-kanak. Sang raja dengan penuh kasih sayang berulang kali mengelus kepala pangeran muda. Saat dia berpaling dari pandangan putranya, sang raja sesekali mengusap mukanya yang lembab oleh air mata yang tak terasa mengalir membasahi pipinya. Putri Gelam adegan 5 Dalam momen yang abadi dan atemporal dari konversi itu manusia tragik tetap sendirian, ditakdirkan untuk tidak dimengerti oleh manusia yang selalu tidur dan dihadapkan pada kemarahan Tuhan yang tersembunyi dan tidak hadir. Akan tetapi, dalam kesendirian dan penderitaannya itu ia mendapatkan satu-satunya nilai yang bisa membuatnya menjadi besar. Nilai itu adalah kodrat yang mutlak dan kukuh dari kesadaran dan tuntutan etiknya. Pengertian yang terakhir itu menunjukkan adanya perbedaan antara penderitaan yang dialami oleh manusia yang tidak sanggup melampaui level binatang yang kasar dengan penderitaan yang sekaligus diinginkan dan diterima oleh manusia-Tuhan. Manusia-Tuhan menyelamatkan nilai-nilai dan Harkat kemanusiaan Goldman dalam Faruk, 2012: 84. Kehidupan tragik yang dialami Pangeran Tapah mulai terlihat ketika dia mulai dewasa. Dia sepenuhnya menyadari dirinya sebagai putra mahkota yang harus menjadi panutan, menjunjung tinggi nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan istana. Nilai yang menetukan kodratnya sebagai seorang anak yang harus berbakti kepada orangtuanya, juga tuntutan etik dari lingkungannya. Meski begitu kasih sayang yang didaptnya dari ayahnya setelah ibunya meninggal bisa dikatakan hanya berupa perlindungan akan hal-hal buruk yang mengancam keselamatnnya. Suatu hari, sang pengeran difitnah oleh saudara tirinya. Sekali dua kali Raja Awang tidak mempedulikan fitnah tersebut, karena dia sangat bijaksana untuk menentukan keputusan. Putri Gelam adegan 23 Hal itu membuat pangeran dapat mengemukakan paradigma pada apa yang harus dia lakukan. Paradigma itulah yang menjadikan dirinya menjadi lebih kuat pada akhirnya. Ritzer 1975 dalam Faruk, 2008: 2 mengemukakan bahwa, paradigma itu berfungsi untuk menentukan apa yang harus dipelajari, petanyaan- pertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana cara mengajukannya, dan aturan- aturan yang harus di diikuti dalam interpretasi jawaban-jawaban yang diperoleh. Kesadaran akan statusnya sebagai putra mahkota juga membuatnya sadar akan hukum yang berlaku bagi kehidupan bangsawan. Hubungan keluarga mungkin bisa menyelamatkannya, tetapi pada akhirnya hukum tettaplah hukum dan posisi ayahnya sebagai hukum tertinggi membuatnya menyadari kekurangan hubungan keluarga jika sudah dipadukan dengan kekuasaan. Menurut Marx, adalah satu kesalahan untuk menganggap kesadaran sebagai sesuatu yang selalu dimiliki manusia dengan berbagai bunga-bunganya dan bahwa manusia secara intelektual mampu menemukan kondisi-kondisi kehidupannya. Kesadaran, seperti manusia, berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupannya Faruk, 2008: 7. Pangeran Tapah dipahami sebagai salah satu dari manusia tragik, tidak hanya hukuman dan kesendirian, tapi pehaman akan keberadaannya yang kesakitan dan kesabaran membuatnya mengetahui kehidupan secara menyeluruh. Meskipun Pangeran Tapah tidak bersedia mengakui secara pasti tentang keberadaan Tuhan, setelah apa yang ditimpakan kepadanya, dia tetap menerima dengan kesadaran bahwa Tuhan akan tetap bersamanya. Ketidakpedulian akan penilaian relatif yang menghukumnya tanpa melihat kebenaran itulah yang mendorong pemahaman terhadap kehidupan dan orang-orang yang ada di sekitanya tidak lagi begitu berarti. Usaha-usaha yang dilakukannya kemudian hanyalah dianggap sebagai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengisi kehidupan, bukanlah suatu cara untuk mendapatkan keinginan dan tujuan.

b. Tuntutan Mutlak

Selain menambah nilai eksotis tempat tersebut dengan adanya cerita rakyat atau legenda yang mampu membuat masyarakat tertarik, dengan legenda masyarakt juga memiliki sosok pahlawan yang menjadi panutan dalam menyikapi permasalahan. Misalnya Raja Awang, dia mengusir anak kandungnya, Pangeran Tapah yang juga sebagai pewaris tunggal kerajaan karena diketahui melakukan perbuatan tercela, yaitu berzina. Sang raja mengusir satu-satunya harapan masyarakat di kerajaannya sebagai bentuk hukuman karena berani melanggar peraturan dan nilai yang menjadi tolok ukur kehidupan manusia. Perlakuan Raja Awang dapat dipahami demikian, semakin tinggi derajat seseorang, maka semakin tinggi pula tanggung jawabnya. Karena sebagai putra seorang raja, anaknya seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat dalam hal kebaikan, bukan menjatuhkan nama baik kerajaan dengan perbuatan tercela. Dalam kesehariannya, kondisi kerajaan terasa damai dan tentram. Banyak kerajaan kecil lainnya yang berhubungan dengan pemerintahannya. Hasil pertanian dan perkebunan dari wilayah kekuasaan Raja Awang Banyak dibawa ke luar kerajaan hingga ke kawasan tanah Palembang. Dengan memperlihatkan bukti ada noda darah pada selembar kain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya dalam fitnah kejam tersebut. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia mengusirnya dari istana. Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 3 dan 10 Kehadiran sang raja memang sesuatu yang dinanti oleh beberapa rakyat lain karena mereka tahu betul kharisma Raja Awang yang terkenal ramah, arif, dan penuh kasih antarsesama. Penasehat kerajaan memberi pendapat kepada raja agar kehadirannya sudah didampingi permaisuri kedua. Mendengar itu Raja Awang sempat terperangah, dia merasa sangat terpukul dengan kepergian