Varian A: Putri Gelam

guna mencari tampat bermukim yang baru. Talang tempat ia bermukim diberi nama Talang Pangeran. 28 Di tempat bermukimnya yang baru, pangeran menemukan keanehan. Ada sebuah gubuk di tengah hutan, gubuk tersebut hanya ditopang oleh tiga buah tiang penyangga. Berhari-hari dia memperhatikan gubuk tersebut. Rupanya dihuni oleh seorang perempuan. Ada satu keanehan yang dilihatnya, perempuan itu tak pernah menampakkan wajahnya yang selalu ditutupi dengan rambutnya yang tebal panjang terurai. Hal itu membuatnya penasaran, hingga pada suatu hari, pangeran mencoba mendekati gubuk itu. Dia pura-pura menjadi seorang pengembara yang kehausan di tengah hutan belantara. Dari bawah gubuk dia memberanikan diri unutk menyapa. “Kisanak... apakah ada orang di sini?” bergetar hatinya menyapa penghuni gubuk itu. Dari jendela kecil di samping gubuk tampak perempuan itu seraya menjawab. “Ada apa Kisanak ke sini, hamba tidak bisa bertemu dengan siapa pun.” Begitu jawabnya dengan suara lirih. 29 Sejak kejadian itu sang pangeran sering bertandang menemui perempuan itu. Keakraban pun terjadi antara mereka berdua. Pangeran belum lega hatinya karena selama itu pun dia tidak pernah melihat wajah perempuan itu yang sebenarnya. Dia menunggu ada kesempatan membuktikan rasa penasarannya untuk segera dapat melihat wajah perempuan itu. 30 Ketika perempuan itu lengah dan suasana hening tanpa suara, pangeran melemparkan tempurung kelapa ke arah pintu masuk gubuk. Perempuan itu terkejut dan tidak sempat menahan laju rambutnya untuk menutupi wajahnya. Pangeran terkejut ketika melihat kenyataan bahwa perempuan di depannya mempunyai wajah sangat buruk. Walaupun demikian, tak tampak rasa terkejut itu. Namun, pangeran tidak kecewa untuk selalu menemaninya. 31 Tabir kebenaran perempuan itu mulai terlihat. Di saat pangeran menanyakan asal-usulnya. Dia adalah seorang putri kerajaan negeri lain yang dibuang karena dituduh berbuat mesum dengan pemuda lain. Kerajaan memanggil tukang tenung untuk mengubah wajahnya hingga seburuk apa yang dilihat pangeran. 32 Perempuan itu mulai bercerita tentang masa lalunya. “Aku adalah Putri Gelam dari Kerajaan Damar. Aku dibuang oleh kedua orangtuaku, karena mereka terhasut oleh fitnah orang yang gagal mempersuntingku.” Dia bercerita panjang lebar sambil menangis. Kesamaan nasib yang dialami dan rasa iba membuat pangeran hanyut dalam perasaannya, dan membuatnya lupa, tanpa disadari dia memeluk tubuh Putri Gelam. Mereka berdua sama menangis tenggelam dalam perasaannya masing-masing, kesamaan nasib yang tidak jauh berbeda. 33 Sejenak pangeran tersentak menyadari apa yang telah dia lakukan dan segera melepaskan pelukannya. Keajaiban telah terjadi, dia terperangah tak mampu berkata apa-apa. Di hadapannya terlihat sang putri yang buruk rupa menjelma menjadi seraut wajah nan cantik jelita. Sang putri menunduk tersipu, langsung teringat petuah Si tukang tenung bahwa wajahnya akan kembali seperti sediakala apabila tubuhnya disentuh oleh seorang pemuda. “Terima kasih Kisanak... kamu telah mengembalikan wajah hamba seperti sediakala.” 34 Sejak peristiwa itu, mereka semakin akrab dan terjalin satu ikatan cinta kasih di antaranya. Akhirnya mereka menjadi satu pasangan suami istri. Mereka dikaruniai dua orang anak putra dan putri. Kehidupan yang bahagia penuh canda tawa dalam membina satu keluarga. Mereka hidup dengan bercocok tanam dan memelihara beberapa ekor hewan peliharaan dalam kesehariannya. 35 Kesuburan tanah tempat mereka tinggal tinggal akhirnya tercium juga oleh orang-orang dari daerah luar. Banyak orang menukar hasil kebun mereka dengan kebutuhan yang mereka perlukan. 36 Putra-putri mereka beranjak tumbuh menjadi seorang remaja. Pangeran Tapah Lanang dan istrinya, Putri Gelam sangat mencintai dan menyayangi keduanya. Hari begitu cerah, seperti biasanya pangeran dan istri sedang menggarap kebun yang letaknya tak jauh dari gubuk tempat tinggal mereka. Kedua anak kesayangannya itu sedang beristirahat sambil bercanda dengan riangnya di beranda gubuk mereka. 37 Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Mereka terusik dengan kedatangan perampok, membuat semua menjadi sirna. Para perampok itu bermaksud menjarah segala hasil perkebuanan mereka. Beberapa perampok itu sempat mendapat perlawanan dari putranya yang saat itu sudah tumbuh menjadi seorang remaja. Putranya telah menguasai ilmu kanuragan yang diajarkan ayahnya yang memang seorang pangeran. Apa hendak dikata, putra pangeran yang masih belia itu tak mampu melawan musuh yang berjumlah beberapa orang yang lengkap dengan senjata tajamnya. Sedangkan putrinya dibawa lari oleh perampok itu entah ke mana. 38 Pangeran dan istrinya hanya menatap pertarungan itu dari kejauhan. Belum sempat keduanya berbuat apa-apa, apalagi menolong memberikan pertolongan perlawanan, sebentar saja mereka telah merasa lemas menyaksikan pertempuran itu hingga putra mereka tewas mengenaskan. Putri Gelam melihat kenyataan itu tak dapat menahan kesedihan, menjerit sejadi- jadinya di tengah hutan yang sepi itu. 39 Karena tak kuasa menahan amarah dan kedukaan yang sangat mendalam, pangeran menangis tanpa henti meluapkan segala perasaan yang ada di dadanya. Keajaiban alam tiba-tiba terjadi. Air mata pangeran yang menetes ke tanah semakin melimpah ke mana-mana menjadi genangan air, yang semakin membesar dan menjadi sebuah danau. Pangeran tak sadarkan diri lagi. Tubuhnya tenggelam tak tertolong lagi hanya tampak jemarinya yang melambai-lambai minta pertolongan. Putri Gelam yang siuman dari pingsannya terpana tak kuasa menolongnya. Putri Gelam menyelamatkan diri memanjat sebuah pohon dan hanya bisa meratapi kejadian itu selamanya. 40 Beberapa hari kemudian ketika seseorang melewati daerah itu, deburan air memecah telaga dan tiba-tiba muncul seekor ikan besar lalu berkata, “Kisanak... jangan takut padaku, hamba adalah Pangeran Tapah Lanang, putra dari Kerajaan Awang.” Bersamaan dengan itu, terlihat pula turun dari sebatang pohon di pinggirannya, seekor burung putih dengan leher panjang hinggap di ranting dahan yang menjuntai ke tengah genangan air, berkata lirih mengharukan, “Kisanak... hamba adalah Putri Gelam, putri dari Kerajaan Damar, Pangeran Tapah Lanang adalah suamiku. Putra kami terbunuh oleh perampok beberapa hari lalu, putri kami hilang tak tahu di mana rimbanya”. 41 Alkisah setelah kejadian itu, setiap orang yang melintas pinggiran danau saat menjelang bulan purnama, akan berjumpa dengan seekor ikan besar jelmaan Pangeran Tapah Lanang, dan seekor burung putih yang hinggap di ranting pohon jelmaan dari Putri Gelam. Danau tempat Putri Gelam membasuh rindu, ingin bertemu suaminya Pangeran Tapah Lanang. Di sekitar danau berhamparan telur burung. Mereka mempercayai itu adalah telur burung Gelam. Dari mulut ke mulut orang selalu menceritakan kisah tersebut, maka sampai sekarang daerah itu dikenal dengan nama “Danau Teluk Gelam”. Naskah Putri Gelam terdapat dalam buku Cerita Rakyat Ogan Komering Ilir, cetakan pertama 2007, diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ogan Komering Ilir. Buku ini merupakan koleksi yang dimiliki Perpustakaan Daerah Palembang.

2. Varian B: Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam

1 Pada zaman dahulu kala, di kawasan Marga Bengkulah yang sekarang Daerah Tanjung Lubuk, ada sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Dia adalah Raja Awang yang mempunyai permaisuri bernama Putri Rajenah yang berasal dari daerah Sugih Waras, keturunan Arab yang dibawa oleh orangtuanya untuk menyebarkan agama Islam. 2 Raja Awang dikenal oleh penduduknya baik dalam kerajaan maupun di luar istana sebagai seorang raja yang bijaksana serta ramah-tamah. Raja Awang dari perkawinannya dengan Putri Rajenah dikaruniai seorang putra yang bergelar pangeran karena dia adalah pewaris tahta kerajaan. Sang pangeran diberi nama Tapah Lanang. 3 Dalam kesehariannya, kondisi kerajaan terasa damai dan tentram. Banyak kerajaan kecil lainnya yang berhubungan dengan pemerintahannya. Hasil pertanian dan perkebunan dari wilayah kekuasaan Raja Awang Banyak dibawa ke luar kerajaan hingga ke kawasan tanah Palembang. 4 Ratu Putri Rajenah dikenal sebagai sosok wanita yang cantik dan dekat dengan rakyatnya. Setiap ada acara di istana dia mengharuskan untuk mengundang rakyat masuk istana untuk ikut bersama dengan masyarakat dalam istana kerajaan. Kecantikan Putri Rajenah tersohor dimana-mana. 5 Suatu hari Putri Rajenah memanggil beberapa inang pengasuh untuk membicarakan hal-ihwal yang saat itu merasuk dirinya. Beliau rupanya menderita suatu penyakit. Penyakit yang diderita beliau semakin hari semakin parah. Sang raja mengutus beberapa hulu balang kerajaan untuk mencari tabib guna mengobati penyakit sang permaisuri. Berkumpulan tabib terkenal dari berbagai penjuru. Namun, tak satu pun yang mampu menyembuhkan sang permaisuri. 6 Suatu hari, ketika dia bersenda gurau dengan putranya Si Tapah Lanang, kondisi tubuhnya semakin lemas. Dia memanggil para inang untuk menggotongnya kembali masuk kamar. Para inang merasa khawatir dengan kesehatan beliau. Lalu, di sela ketegangan itu, sang permaisuri menarik tangan putranya yang saat itu baru berusia tujuh tahun. Dia sempat melontarkan pesan baik kepada putranya maupun kepada para inang. “Anakku... seandainya ibu harus dipanggil Sang Khalik, kamu harus tabah menghadapi dunia yang serba fana ini. Kamu jangan menjadi manusia cengeng. Kamu harus berani menghadapi berbagai tantangan hidup.” Saat itu sang raja sempat mendengar apa yang diutarakan permaisurinya. Seakan dia telah mengetahui bahwa istrinya sudah di ambang kematian. Dia tidak sempat berkata apa-apa. Hanya air mata menitik perlahan membasahi pipinya yang tampak kuyu karena lelah san selalu sedih melihat kondisi permaisuri yang tak kunjung sembuh. 7 Suatu hari, dari istana berdentangan bebunyian kelupkup atau bunyi sebagai petanda di istana telah terjadi sesuatu musibah. Rupanya sang permaisuri telah mangkat. Semua rakyat merasa sedih dan haru serta kehilangan seorang ibu yang baik, ramah dan pengasih sesama rakyatnya. 8 Menjelang empat puluh hari mangkatnya sang permaisuri, Raja Awang menerima undangan dari suatu kerajaan di pulau Jawa. Karena mengharuskan membawa permaisuri, maka penasehat kerajaan memberi pandangan pada sang raja agar cepat mempersunting wanita sebagai pengganti permaisuri yang telah mangkat. Karena waktu yang mendesak, maka sang raja harus jalan-jalan ke luar istana. Pada saat itulah dia menemukan seorang wanita yang dianggapnya patut untuk mendampingi dia saat memenuhi undangan para raja di tanah Jawa tersebut. Setelah dia pulang ke istana, dia menceritakan hal-ihwalnya kepada para penasehat. Namun, dari tujuh penasehat kerajaan ada satu yang menolak raja mengawini wanita yang dimaksud. Karena dia mengetahui tabiat wanita yang dimaksud, di samping dia adalah seorang janda, dia juga mempunyai seorang putra yang sebaya dengan sang pangeran. Dia khawatir kalau terjadi persaingan dari kedua anak tersebut. Namun, dia kalah suara dari enam penasehat lainnya. Akhirnya Raja Awang harus menikahi wanita tersebut. 9 Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun dilalui tiada terasa. Kehidupan dalam kerajaan tampak tidak ada perubahan. Kedamaian tetap dirasakan. Tanpa terasa usia perkawinan Raja Awang sudah mencapai dua puluh satu tahun. 10 Suatu hari, Solim, putra tiri Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapah Lanang, saudara tirinya mengenakan pakaian kebesaran sebagai pangeran yang pada suatu saat nanti akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Dia mulai menyusun strategi untuk memfitnah sang raja. Dia mengatakan pada sang raja bahwa pangeran telah berbuat mesum dengan seorang perempuan petani di luar istana. Padahal, sang pangeran tidak pernah keluar istana sejak bundanya mangkat. Dengan memperlihatkan bukti ada noda darah pada selembar kain yang dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya dalam fitnah kejam tersebut. Melihat kenyataan itu, sang raja yang selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia mengusirnya dari istana. Sebelum jauh meninggalkan pintu istana, dia sempat diantar oleh beberapa orang istana termasuk para inang pengasuhnya sejak kecil. Pangeran memohon pada hulu balang dan seorang inang pengasuh untuk menemani dia mampir ke pusara sang bunda. Betapa haru serta sedih para pengantarnya melihat sang pangeran dengan lembut mengelus pusara bundanya dengan isak tangis yang memilukan. 11 Sang pangeran mengembara entah kemana dia akan pergi. Berhari-hari dia menelusuri hutan belukar, akhirnya dia singgah di sebuah talang yang sekarang disebut daerah Talang Pangeran. Di daerah itu, sang pangeran merasa damai hidup sendiri. Karena dalam istana dia selalu bermain dengan berbagai jenis hewan, maka dia tidak merasa kesepian karena banyak hewan yang hidup di sekelilingnya. 12 Suatu hari dia berjalan meninggalkan talang tersebut untuk mencari tahu daerah lain yang dianggap dapat memberinya kehidupan layak. Sampailah dia di sebuah kawasan rawa. Di sana dia melihat sebuah gubuk yang hanya disangga tiga batang tiang penyangga. Gubuk itu dihuni oleh seorang wanita yang dianggapnya aneh. Karena setiap kali dia mendekati gubuk tersebut, sang penghuninya tidak pernah menampakkan wajahnya. Wajah itu selalu ditutupi dengan rambutnya yang tebal dan panjang hingga ke tanah. Karena ingin tahu wajah wanita itu, maka pangeran mengambil kepingan batok kelapa yang kemudian dilemparkan ke arah gubuk yang saat itu si wanita penghuninya sedang duduk di anak tangga. Mendengar ada suara berdetak menerpa dinding gubuknya, tanpa sadar si wanita itu mengibaskan rambutnya. Saat itu sang pangeran bukan main terkejutnya melihat wajah itu begitu buruk dan menakutkan. Namun, karena tiada manusia lain di hutan itu, sang pangeran tetap mendekat. Disamping dia ingin tahu sejarah detail wanita itu, dia juga berniat untuk memperistrinya. 13 Berbulan mereka hidup bersahabat, namun belum pernah sang pangeran menyentuh tubuh wanita tersebut. Suatu ketika seakan ada gaib membisikkan pada sang pangeran agar dia mendekap sang wanita dari belakang. Saat itu, bertepatan dengan suara gemuruh halilintar yang menampar kemilau sinar api. Saat itu juga wanita itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pangeran. Namun, rambut itu masih menutupi wajahnya. Karena persahabatan mereka berdua sudah kian akrab, tanpa segan sang pangeran mengelus rambut sang wanita dan menyibakkannya. Betapa terkejut sang pangeran, wajah yang dikenalnya sangat buruk dan menakutkan telah berubah menjadi yang sangat cantik jelita. Sang pangeran berlari ke dekat kubangan babi yang berisi air, dan dia mengambil air itu dengan belahan tempurung kalapa. Dibawanya ke depan sang wanita dan menyuruh wanita tersebut untuk melihat wajahnya. Sang wanita begitu melihat wajahnya sudah berubah bak sediakala sebagai wajah yang cantik, dia lalu mengucapkan terima kasih kepada pangeran. Lalu dia menceritakan masa lalunya kepada sang pangeran. Rupanya wanita itu adalah seorang putri dari kerajaan kecil yang ada di Kuto Besi, yang saat ini masuk wilayah Lempuing. Dia diusir oleh ayahnya juga karena difitnah para inang pengasuh, bahwa dia telah berbuat zina di luar nikah. Karena perbuatan itu aib bagi kerajaan maka sang raja menyuruh sang tukang tenung atau penyihir untuk mengubah wajah sang putri agar menjadi buruk dan manakutkan. Setelah itu, dia dibuang kehutan belantara. Sang tukang tenung berjanji: Duhai putri raja, wajahmu kini sudah buruk dan menakutkan, wajah aslimu akan kembali bila tubuhmu disentuh oleh laki-laki selain muhrimmu. Dan kecantikan itu akan utuh bila lelaki yang menyentuhmu bersedia mengawinimu sebagai pendamping hidupnya. Karena takut wajah itu buruk lagi, maka sang putri ingin dinikahi pangeran Tapah Lanang. Sang putri mengurai cerita masa lalunya, dan mereka sama-sama menceritakan masa lalu mereka yang sangat memilukan itu. Sang putri mengatakan bahwa dia diberi nama oleh ayahnya : Putri Gelam. 14 Sejak saat mereka mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga yang kemudian dari perkawinan mereka dikaruniai dua orang anak, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Kehidupan mereka dipenuhi oleh kegiatan bercocok tanam. Terkadang Pangeran Tapah Lanang membawa hasil kebun mereka ke desa-desa terdekat untuk ditukar dengan kebutuhan lain. Demikian keseharian mereka selalu disibukkan oleh kegiatan keluar masuk desa untuk menukar hasil kebun mereka. 15 Karena kehidupan mereka serta hasil kebun mereka diketahui oleh orang- orang sangat menjamin kesejahteraan, maka suatu saat gubuk mereka kedatangan tamu tak diundang untuk merempas segala hasil kebun yang ditumpuk di bawah gubuk. Saat itu, pangeran dan istrinya sedang sibuk menanam kelapa di kebun sementara kedua anaknya ditinggal di dalam gubuk. Kedua anak itu setelah melihat dan menyaksikan perompak merampas segala hasil kebun mereka, anak-anak itu berusaha melarikan diri berlari dari pondok dengan berupaya terjun dari pondok. Namun, sekawanan perompak itu sigap, anak lelaki pangeran tertangkap sementara yang perempuan lari sekencangnya masuk hutan. Sang anak lelaki tersebut sempat meronta dan menjerit minta tolong, namun sang perompak menyiksa hingga anak tersebut tewas dan jasatnya dibuang pada bekas kubangan babi yang tidak jauh dari pondok mereka. Para perompak masih berada di pondok menikmati apa yang ada dan yang bisa mereka makan. Saat itu pangeran dan istrinya datang. Betapa geramnya sang pangeran melihat pondok mereka sudah berantakan. Tanpa basa-basi dia langsung menyerang para perompak. Perkelahian sengit satu tanding lima jadi. Putri Gelam sibuk mencari dan memanggil-manggil putra-putri mereka. 16 Satu-persatu perompak tumbang di tangan sang pangeran. Setelah semuanya mati terbunuh, pangeran ingat akan putra-putrinya, dia berlari kesana-kemari sambil memanggil anak-anaknya. Namun, apa yang terjadi, seketika sang pangeran terperangah melihat sosok putranya telah terkapar bersimbah darah. Setelah mengetahui putranya tak bernyawa lagi, dia langsung menangis sejadi-jadinya. Tanpa dihiraukannya lagi jasad putranya, dia hanyut terhuyung kesana-kemari sambil menjerit akhirnya dia tersungkur pada tanah bekas kubangan babi. Tangisnya kian menjadi, air matanya mengucur tiada henti menggenangi tanah berlubang bekas kubangan babi tempat dia tersungkur, lama-lama tanpa disadari kian membanjir dan menenggelamkannya. Tubuh sang pangeran hanya terlihat bagian kepala saja, saat itu istrinya berupaya untuk menarik rambut suaminya, namun seakan ada magnet menyeret tubuh pangeran hingga terhisap ke dalam air yang kian membesar. Putri Gelam lalu terlempar dan tersangkut pada sebuah pohon. 17 Suatu keajaiban terjadi, kubangan babi tersebut meluas hingga membentuk sebuah danau, dan munculah sosok yang menjelma seekor ikan besar sebagai jelmaan dari tubuh pangeran. Sementara sosok Putri Gelam tersangkut di pohon menjelma menjadi seekor burung putih berleher panjang. 18 Tahun terus berganti, setiap bulan purnama terjadilah pertemuan antara seekor ikan besar dan seekor burung di tepian danau tersebut. Setiap habis bulan purnama pulalah selalu terdapat hamparan telur burung yang kemudian jadi santapan orang para pemancing. Oleh orang setempat itu adalah telur burung gelam sebagai sebutan dari burung jelmaan si Putri Gelam. Di dalam danau para pemancing selalu bertamu dengan seekor ikan besar yang mereka sebut sebagai ikan tapah sebagai jelmaan dari Pangeran Tapah.