Tradisi Sastra Lisan dan Tulisan

yang dipahami sebagai ajaran hidup akan kebaikan dan keburukan. Unsur ekstrinsik berupa adat-istiadat dan masyarakat yang menjadi asal dan penentu suatu karya sastra diterima atau diabaikan. Karya sastra khususnya legenda diterima dalam bentuk ajaran yang diajarkan pada masayarakat, dijadikan pengingat akan suatu kejadian dan dijadikan milik masyarakat tersebut. sebagai bentuk kebudayaan, legenda Danau Teluk Gelam menjadi gambaran kehidupan dan adat yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sastra lisan merupakan khazanah kebudayaan yang paling luas sekaligus paling kaya. Meskipun, suatu tradisi lisan telah ditranskripsikan ke dalam tulisan, tradisi tersebut tetap hidup dengan mekanismenya masing-masing. Oleh karena itu, masyarakat pendukungnyalah yang memiliki pengaruh terbesar terhadap perkembangan tradisi lisan. Tradisi lisan adalah tradisi komunikasi langsung, di mana dimungkinkan terjadinya interaksi antara pengirim dengan penerima Ratna, 2010: 270. Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan hasil cipta, rasa, dan karya masyarakat yang dipimpin dan diarahkan oleh karsa. Kalau cipta diartikan sebagai proses yang menggunakan daya berfikir dan bernalar, rasa adalah kemampuan untuk menggunakan panca indera dan hati, sedang karya adalah keterampilan tangan, kaki, bahkan seluruh tubuh manusia. Karsa ibarat komandan atau pemimpin yang menentukan kapan, bagaimana, dan untuk apa ketiga unsur kebudayaan itu digerakkan Soemardjan, 1984: 1. Dengan melihat definisi kebudayaan di atas, diketahui bahwa kebudayaan mengandung unsur keindahan. Unsur keindahan inilah yang membantu terbentuknya sebuah seni. Seni adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan berbagai impuls yang melalui salah satu unsur panca indera, atau mungkin juga melalui kombinasi dari beberapa unsur panca indera, menyentuh, rasa halus manusia lain di sekitarnya. Sehingga lahir penghargaan terhadap nilai-nilai keindahan impuls-impuls tadi. Reaksi seseorang yang setelah tersentuh rasa halusnya di dalam hati dan jiwanya kemudian tergerak untuk memberikan ekspresi atau wujud dari perasaan tersebut, misalnya dengan tarian, usik, lukisan, gamelan, nyanyian dan puisi Soemardjan 1984:2-3. Seseorang akan memahami kehidupan suatu masyarakat tertentu hanya dengan membaca karya sastranya. Hal itu lebih diperkuat dengan adanya anggapan bahwa pengarang adalah bagian dari masyarakat yang mengungkap kehidupan dan pandangan dunia masyarakatnya ke dalam sebuah karya. Dengan kata lain, karya adalah gambaran kehidupan yang dipahami oleh pengarangnya, yang kemudian disampaikan dengan berbagai simbol dan gaya bahasa kepada masyarakat pembaca. Meskipun bahasa yang digunakan bukan lagi bahasa atau tuturan asli masyarakat yang digambarkan, tapi unsur-unsur yang terkandung dalam karya itu sudah cukup mewakili tempat atau situasi yang dituju. Situasi tersebut tentunya apa yang ingin disampaikan pengarang, baik itu ajaran, pesan, kritik, dan sebagainya. Menurut Mulder 1984: 161, semua hasil karya pantas dibaca apabila ingin memperoleh suatu gambaran historis mengenai tema-tema dan nilai-nilai