manusia dengan Tuhan. Hal tersebut merupakan hubungan kosmologis yang tidak terpisahkan, dan Tuhan diletakkan sebagai titik puncak dari pusat segalanya
Mulder, 1985. Tuhan Memberikan apa yang diinginkan dan menjadi tujuan Pangeran Tapah dalam pengembaraannya yaitu kebahagiaan. Dengan begitu,
kepercayaan akan keberadaan Tuhan semakin jelas karena pada dasarnya tidak ada yang gratis. Kenyon 2011: 120 mengatakan bahwa, hidup itu seperti judi.
Seringkali kejam dan menyakitkan, dan bukan ditujukan untuk orang yang penakut. Hadiah jatuh kepada pemenang, bukan orang yang tidak ikut perang.
Dalam dimensi ini semua hubungan merupakan kesatuan alami yang bersifat kodrati, yang tertata sesuai dengan fungsi masing-masing sebagai
layaknya keharmonisan hubungan antara siang dan malam, bulan dan bintang, berputarnya bulan dan matahari. Dengan kata lain, keberadaan manusia di dunia
tidakkah dapat dilepaskan dari kausalitas yang sudah jelas, tertata, rampak, dan runtut orde symmetrie. Karenanya, kehidupan adalah suatu susunan yang
teratur di mana peristiwa-peristiwa yang muncul tidaklah terjadi secara sembarangan atau kebetulan, melainkan merupakan suatu keharusan Mulder
1985 dalam Fannaie 1994: 74. Keberadaan Tuhan semakin dipuja bukan karena apa yang telah dimiliki,
malainkan apa yang telah diberikan dan bagaimana ujian itu sepadan dengan apa yang diinginkan. Seseorang tidak akan mengerti arti bahagia jika tidak pernah
menderita, tidak akan mengeri arti memiliki apabila tidak pernah kehilangan. Dengan semua kehilangan dan penderitaan yang dialami Pangeran Tapah, bukan
hanya kebahagiaan fisik yang dimilikinya dalam bentuk istri dan anak-anaknya,
melainkan pelajaran tentang kehidupan. Dia mengetahui kontradiksi antara kehidupan penguasa di istana dengan rakyat jelata. Keharmonisan dan
keseimbangan inilah wujud Tuhan yang sebenarnya dalam kehidupan.
2. Pandangan Mengenai Dunia
Pandangan dunia tragik memandang dunia sebagai segalanya dan sekaligus bukan apa-apa. Manusia yang mempunyai pandangan dunia tragik
mengetahui keterbatasan dunia dan, karena itu, menolaknya. Akan tetapi, pemahamannya dan
– dengan demikian, mengenai keterbatasan nilai ketuhanan, hanya bisa diperolehnya dalam dunia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia tragik
menolak dunia sambil tetap berada di dalamnya Goldman dalam Faruk 2012: 83.
Kehidupan tokoh utama, Pangeran Tapah di istana sebagai putra mahkota tentunya menjauhkannya dari pengetahuan tentang kehidupan rakyat yang ada di
wilayah kerajaan Awang. kesedihannya karena kehilangan ibundanya saat masih kecil membuat Raja Awang tidak tega memberikan pelajaran tentang kehidupan
rakyatnya dan apa yang harus dilakukan calon raja unutk mempertahankan kedamaian di kerajaan dan daerah kekuasaannya. Kemudahan di istana jelas
berbanding terbalik dengan kehidupannya di alam sebagai orang buangan, yang dijalani Pangeran Tapah setelah diusir akibat fitnah yang dibuat saudara tirinya
yang merasa iri karena kedudukannya. Penerimaan pangeran terhadap dunia mengungkapkan kepekaan dan respon tokoh tersebut terhadap keberadaannya di
dunia. Memercayai dunia sebagai tempat bagi semua makhluk untuk percaya dan menolak adanya dunia karena tidak seperti yang digambarkan.
Secara jelas penolakan Pangeran Tapah terhadap dunia terlihat pada apa yang dimilikinya di istana. Meskipun, istana menyediakan apa yang
diinginkannya, namun dia lebih sering kehilangan dan menderita. Bahkan setelah kehilangan ibunya dia melarikan diri dengan merawat binatang unutk tetap
mearasa hidup. Ketika pangeran dibuang, meskipun merasa kehilangan dia tetap bisa berdiri dan menerima dunianya yang baru. Dia tetap bisa menerima, dan itu
semua terjadi karena dia telah mendekatkan dirinya dengan alam sejak awal. Di bawah ini adalah tabel yang menyatakan kontradiksi mengenai ada dan
tidak adanya dunia dalam pengakuan manusia tragik dalam legenda Danau Teluk Gelam berdasarkan pandangan mengenai dunia:
Tabel 5: Pandangan Mengenai Dunia
No Dunia Tidak Ada istana
Dunia Ada alam
1 2
3 Ibunya sakit dan meninggal
Saudara tirinya iri karena posisinya sebagai putra mahkota
Pangeran di usir seperti seorang yang takberharga
Pangeran mengembara Di tengah hutan Pangeran bertemu
dengan putri Gelam Pangeran hidup bertani dan beternak
bersama istri dan anak-anaknya.
3.6 Dunia Tidak Ada
Dunia atau kehidupan yang dijalani Pangeran Tapah sebagai tokoh utama dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam
menyiratkan bahwa keberadaan dunia yang banyak dianggap sebagai awal kebahagiaan justru semakin menjadikan kehidupan sebagai ironi. Penyangkalan
akan keberadaan dunia menjadi cara termudah bagi Pangeran Tapah untuk menjalani kesakitan dan kekecewaan akibat pembuangan. Penolakan akan
keberadaannya membuat keinginan untuk tetap menjalani hidup menjadi terasa asing, demikian juga dengan keinginan untuk menghentikannya. Menghentikan
kehidupan dengan bunuh diri dianggap sebagai perbuatan nista yang akan dicela oleh Tuhan. Sebagai manusia, yang dapat dilakukan oleh Pangeran Tapah
hanyalah menjalani bukannya menentukan kehidupannya. Goldman dalam Faruk 2012: 83 Dengan sikap hidup dan kesadaran
seperti itu, manusia tragik sekaligus berada dalam transendensi yang imanen dan imanensi yang trasenden. Kesadarannya adalah kesadaran akan dua
ketidakcocokan yang saling mengisi, yang secara timbal-balik mengondisikan dan memperkuat diri. Dengan sikap paradoksal manusia sekaligus raja dan budak,
iblis dan malaikat. Demikian pula dunia. Elemen terakhir itu tidak cocok sebab mendua dan tidak memuaskan, tetapi pada waktu yang bersamaan dunia
merupakan satu-satunya wilayah tempat manusia mencoba kekuatannya sekaligus tidak memanfaatkannya.
Kehidupan Pangeran Tapah di istana, sebagai putra mahkota seharusnya membawa banyak kebahagiaan. Dengan hidup berkecukupan, memiliki derajat
yang tinggi, dihormati, dan dijadikan panutan tidak lantas membuat Pangeran selalu bahagia. Bahkan meskipun tidak dapat disangkal di tempat kelahirannya
orang selalu merasa aman, namun kesedihan lebih sering menghampirinya daripada kebahagiaan. Bahkan posisinya sebagai putra mahkota, calon raja
berikutnya justru membuatnya kehilangan semua yang dia cintai. Dia kehilangan ibunya ketika masih kanak-kanak.
Suatu hari, ketika dia bersenda gurau dengan putranya Si Tapah Lanang, kondisi tubuhnya semakin lemas. Dia memanggil para inang untuk
menggotongnya kembali masuk kamar. Para inang merasa khawatir dengan kesehatan beliau. Lalu, di sela ketegangan itu, sang permaisuri menarik tangan
putranya yang saat itu baru berusia tujuh tahun. Dia sempat melontarkan pesan baik kepada putranya maupun kepada para inang. “Anakku... seandainya ibu
harus dipanggil Sang Halik, kamu harus tabah menghadapi dunia yang serba fana ini. Kamu jangan menjadi manusia cengeng. Kamu harus berani menghadapi
berbagai tantangan hidup.” Saat itu sang raja sempat mendengar apa yang diutarakan permaisurinya. Seakan dia telah mengetahui bahwa istrinya sudah di
ambang kematian. Dia tidak sempat berkata apa-apa. Hanya air mata menitik perlahan membasahi pipinya yang tampak kuyu karena lelah san selalu sedih
melihat kondisi permaisuri yang tak kunjung sembuh. Suatu hari, dari istana berdentangan bebunyian kelupkup atau bunyi
sebagai petanda di istana telah terjadi sesuatu musibah. Rupanya sang permaisuri telah mangkat. Semua rakyat merasa sedih dan haru serta kehilangan seorang ibu
yang baik, ramah dan pengasih sesama rakyatnya. Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 6-7
Sementara itu pangeran muda duduk bersimpuh di samping ibundanya yang sedang terbujur menahan rasa sakit yang dideritanya. Diusap kening
bundanya yang berkeringat dan tampak semakin pucat. “Bunda... jangan tidur terus bunda. Orang-orang yang ada di ruangan itu tak satu pun yang mampu
menahan haru mendengar apa yang diutarakan pangeran muda. Di wajah sang permaisuri masih terpencar kharisma anggun nan bijaksana. Dia masih tegar
meskipun sekelilingnya mengkhawatirkan dirinya yang sedang jatuh sakit. Gemuruh detak jantung orang di sekitar kamar itu terdengar kencang,
Mak Ipah sang pengasuh pangeran sedari kecil langsung menyodorkan tangannya. Permausuri tak lagi mampu berkata apa-apa. Raja Awang pun hatinya
gundah-gulana. Tiba-tiba mendadak jeritan dari mulut mungil pangeran muda memanggil bundanya. Sang permaisuri telah tiada.
Putri Gelam adegan 8 dan 15
Memandang dunia sebagai sebuah objek, sulit dilakukan apabila yang terkandung dalam dunia itu tidaklah nyata. Seperti kedukaan, kekecewaan, atau
rasa sakit lain yang tidak dapat digambarkan secara nyata, dan hanya merupakan emosi. Dunia yang dimiliki Pangeran Tapah adalah sebuah bentuk penghianatan
terhadap apa yang nyata dan tidak. Kenyataan telah kehilangan ibu yang sangat dia cintai mengarahkan kehidupannya pada kehilangan yang kemudian terjadi.
Kehilangan itu karena saudara tiri yang merasa iri dengan posisinya sebagai putra mahkota. Pangeran difitnah telah menghamili seorang perempuan di luar istana
oleh saudara tirinya sehingga diusir dari istana oleh ayahnya, tanpa pendamping dan juga tanpa tujuan.
Suatu hari, Solim, putra tiri Raja Awang merasa iri melihat Pangeran Tapah Lanang, saudara tirinya mengenakan pakaian kebesaran sebagai pangeran
yang pada suatu saat nanti akan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Dia mulai menyusun strategi untuk memfitnah sang raja. Dia mengatakan pada
sang raja bahwa pangeran telah berbuat mesum dengan seorang perempuan petani
di luar istana. Padahal, sang pangeran tidak pernah keluar istana sejak bundanya mangkat. Dengan memperlihatkan bukti ada noda darah pada selembar kain yang
dikatakannya bahwa darah tersebut adalah darah keperawanan sang wanita yang dimaksudnya dalam fitnah kejam tersebut. Melihat kenyataan itu, sang raja yang
selama ini dikenal bijak dan arif berubah menjadi sosok yang sangat murka. Dengan kasar dan kejam dia menyiksa putra kandungnya. Bahkan dia
mengusirnya dari istana. Sebelum jauh meninggalkan pintu istana, dia sempat diantar oleh beberapa orang istana termasuk para inang pengasuhnya sejak kecil.
Pangeran memohon pada hulu balang dan seorang inang pengasuh untuk menemani dia mampir ke pusara sang bunda. Betapa haru serta sedih para
pengantarnya melihat sang pangeran dengan lembut mengelus pusara bundanya dengan isak tangis yang memilukan.
Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam adegan 10 Pangeran Tapah Lanang selaku putra mahkota yang berhak mewarisi
tahta kerajaan pada hari itu mengenakan pakaian kebesaran, sementara saudara tirinya hanya mengenakan pakaian sebagaimana penghuni istana lainnya. Hal ini
tentu membuat hati kecilnya menaruh rasa iri menyaksikan pangeran yang begitu gagah dan diagung-agungkan.
Sejak peristiwa itu, saudara tiri pangeran selalu keluar istana dengan sembunyi-sembunyi. Dia menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya dengan
orang-orang di luar istana. Pikirannya mulai dirasuki niat jahat untuk menyingkirkan sang pangeran dari istana.
Pangeran dituduh telah menghamili perempuan di luar istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka sendiri, aib pada
segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang telah termakan oleh fitnah putra tirinya. Pangeran Tapah Lanang diperlakukan seperti hewan dan diusir dari
istana. Melihat kejadian itu seluruh orang di sekitar istana merasa terpukul dan sangat tidak percaya kalau pangeran telah bertindak sehina itu. Mereka meyakini
semua itu fitnah belaka. Putri Gelam adegan 21-22 dan 25