Tabel 1. Struktur Fungsional
I II
III
Situasi Awal
Transformasi Situasi
Akhir Tahap
uji kecakapan Tahap
Utama Tahap
kegemilangan
2. Pandangan Dunia Tragik
Menurut Goldmann, yang dimaksud dengan pandangan dunia itu sendiri, tidak lain daripada kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-asirasi,
dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota- anggota suatu kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan
kelompok-kelompok sosial yang lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik
tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang dimilikinya Faruk, 2010: 65- 67. Pandangan dunia itu adalah sebuah pandangan dengan koherensi yang
menyeluruh, merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan antar-manusia dan alam semesta secara keseluruhan. Karya sastra
merupakan ekspresi pandangan dunia sacara imajiner. Pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner Faruk, 2012:
70-71.
Goldmann melalui Faruk 2010: 81-90, kelompok sosial yang patut dianggap sebagai subjek kolektif dari pandangan dunia itu hanyalah kelompok
sosial yang gagasan-gagasan dan aktivitas-aktivitasnya cenderung ke arah suatu penciptaan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan
sosial manusia. Pandangan dunia tragik mengandung tiga eleman, yaitu pandangan
mengenai Tuhan, pandangan mengenai dunia, dan pandangan mengenai manusia. Pandangan dunia tragik menganggap Tuhan tidak mempunyai peran dalam
kehidupan manusia, Tuhan dapat dikatakan tidak ada. Pandangan dunia tragik memandang dunia sebagai segalanya dan sekaligus bukan apa-apa. Pandangan
dunia tragik mangenai manusia memiliki dua ciri. Yaitu pertama, manusia itu penuntut secara mutlak dan ekslusif nilai-nilai yang tidak mungkin. Kedua,
tuntutannya sekaligus untuk “segala dan bukan apa-apa” dan ia secara total tidak peduli terhadap konsep yang mengandung gagasan mengenai relativitas Faruk
2012: 81-84. Pertama, pandangan mengenai Tuhan yaitu manusia menyadari kehadiran
Tuhan dan tidak melepaskan tuntutan-Nya atas perilaku kehidupan. Yang benar bukan kekuatan dan kekuasaan akal manusia, melainkan kekuatan dan kekuasaan
Tuhan. Karena sorotan dari Tuhan tersebut, tetapi karena tidak berperanan-Nya di dalam dunia, Tuhan dalam pandangan tragik sekaligus ada dan tiada Faruk, 2012:
82.