Kritik Atas Kedua Teks
istana. Hal ini sangat tabu bagi kerajaan, sama dengan mencoreng muka sendiri, aib pada segenap penghuni istana. Rupanya Raja Awang telah termakan oleh
fitnah putra tirinya. Pangeran Tapah Lanang diperlakukan seperti hewan dan diusir dari istana.
Putri Gelam adegan 25
Raja Awang memiliki kekuasaan untuk menghukum siapa pun yang melanggar peraturan kerajaan termasuk putra mahkota sendiri. Hukuman buang
yang dijatuhkan kepada Pangeran Tapah dianggap setimpal dengan kesalahan yang dibuatnya yaitu berbuat zina, yang dalam agama Islam dianggap sebagai
dosa yang besar. Meskipun agama tidak diungkap dalam kedua cerita legenda Danau Teluk Gelam, dasar kebudayaan dan agama yang dianut masyarakat
Kabupaten Ogan Komering Ilir yang mayoritas beragama Islam menjadi salah satu penentu dari sudut pandang mana kedua legenda itu diungkap.
Peraturan yang dilanggar Pangeran Tapah adalah aturan norma, yang seharusnya dijunjung tinggi dan dijadikan pedoman hidup. Kesalahan yang
membuatnya menjadi korban karena dia tidak memiliki kekuasaan yang sebanding dengan yang menjatuhinya hukuman. Pangeran Tapah adalah putra
mahkota sedangkan Raja Awang adalah raja, sekaligus ayah yang kedudukannya lebih tinggi daripada Pangeran Tapah. Kekuasaan pada hakikatnya berkenaan
dengan hubungan antarmanusia, yaitu hubungan yang tidak seimbang uniqual di antara dua pihak, yaitu salah satu pihak mempunyai kekuasaan yang lebih besar
daripada pihak yang lain Fairclough 1989 dan 1995 dalam Baryadi, 2012: 19.
Kekuasaan adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan kemauan kendatipun orang lain menentang Wright Mills, 1956: 9 ; Seomardi
1984: 41; dalam Baryadi, 2012: 19. Pangeran Tapah tetap pergi meskipun dia sangat berat hati meninggalkan istana tempatnya dibesarkan tetapi hukuman yang
diberikan sang ayah tidak dapat diganggu gugat. Posisi ayahnya yang seorang raja tidak dapat melindung pangeran karena apa yang terjadi dengan Pangeran Tapah
bukan hanya masalah keluarga, tapi juga menyangkut nama baik kerajaan dan masyarakat yang berada di wilayah itu. Apa jadinya jika calon penerus tahta
kerajaan telah berbuat zina, tentunya aib itu akan memperburuk citra kerajaan. Ditambah lagi, kerajaan yang dipimpin Raja Awang terkenal sangat baik, rajanya
juga sangat bijaksana. Maka akan menjadi tidak bijaksana jika Raja Awang melindungi putranya yang telah berbuat zina demi perasaaan cintanya secara
pribadi. Hubungan keluarga, pangkat atau kekayaan tidak menjamin suatu
kehidupan yang baik sebagaimana juga eros baca: cinta. Ambisi akan perbuatan- perbuatan luhur dan merasa malu akan tindakan-tindakan tak terpuji merupakan
unsur yang sangat kuat antara para pecinta, dan eros baca: cinta merupakan dorongan terbesar untuk kebaikan dalam kehidupan pribadi, sipil, maupun militer
Santas, 2002: 21. Ikatan keluarga yang terjadi antara Raja Awang sebagai ayah, dan saudara tiri Pangeran Tapah tidak dapat dijadikan patokan bahwa kehidupan
yang mereka jalani bahagia. Justru karena adanya hubungan yang dekat itulah yang menjadikan kecemburuan antara mereka semakin besar dan membuat
persaingan yang terjadi semakin berat.
Seandainya Pangeran Tapah tidak memiliki saudara tiri, pangeran tidak akan tahu bagaimana pembelajaran tentang kehidupan yang dia dapatkan saat
pembuangan. Pembelajaran yang membuatnya mengerti bagaimana kesulitan yang dihadapi orang-orang yang berada di luar istana dan bagaimana menentukan
tujuan hidup serta keinginan untuk mendapatkannya. Pengirim memberikan hukuman yang berat agar dipahami sebagai pembelajaran yang sebenarnya dan
pembelajaran itu sendiri berfungsi untuk kebaikan bagi yang menjalaninya. Raja Awang sebagai pengirim sender, memiliki kekuatan dan kekuasaan
yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun, sekalipun oleh penasehat kerajaan yang tidak setuju dengan hukuman yang diberikan kepada Pangeran Tapah. Sang
penasehat tahu pasti bahwa Pangeran Tapah tidak bersalah dan yang didengar Raja Awang dari putra tirinya adalah fitnah belaka, keadaan tidak dapat diubah
hanya dengan perkataan penasehat kerajaan. Walau tidak dapat dipungkiri penasehat memberikan banyak kontribusi bagi jalannya pemerintahan di kerajaan
itu, nama baik raja telah dipertaruhkan oleh putra mahkota sebagai penerus tahta kerajaan. Keterangan dari penasehat tidak dapat menolong hukuman yang
diberikan raja kepada pangeran sekaligus orang yang melanggar aturan. Apabila yang melanggar peraturan adalah orang biasa baik itu dari
kalangan rakyat jelata atau bangsawan rendahan, hukuman yang diberikan tidak akan sekejam itu. Hukuman itu menjadi semakin kejam ketika melihat pada
kondisi sosial masyarakat yang menganggap raja dan keturunannya adalah wakil Tuhan di dunia atau orang-orang pilihan yang mendapat wahyu dari Tuhan untuk
memimpin mereka menuju jalan yang baik dan benar justru dihancurkan dengan