Bagan 5. Pandangan dunia tragik
Bagan di atas merupakan hubungan dari pandangan dunia tragik yang dimilki manusia tragik dan hubungannya dengan tiga elemen yang melingkupinya.
Ketiga elemen tersebut yaitu: pandangan mengenai Tuhan, pandangan mengenai
Pandangan mengenai Tuhan
. Raja Awang
berharap penyakit permaisuri bisa
disembuhkan. Dia terus berusaha
dengan mendatangkan
banyak tabib, tapi keadaan tidak
berubah, permaisuri meninggal. Ini
membuktikan bahwa Tuhan ada
sekaligus tidak ada. Raja Awang
berharap Tuhan akan membantunya,
namun yang terjadi Tuhan tidak
berperan dalam kehidupan manusia,
Tuhan tidak hadir saat dibutuhkan.
Pandangan mengenai dunia
. Pangeran Tapah
memandang dunia yang dijalaninya
sebagai hal yang penting dan tidak
penting. Istana tempat hidupnya
sejak kecil menjadi tidak
berarti setelah dia diusir. Dan dunia
tidak lagi berarti setelah dia
kehilangan kedua anaknya. Bahkan
Putri Gelam pun tidak berdaya
menghadapi Pengeran Tapah
yang hancur, dia juga hancur
bersama -bersama suaminya.
Pandangan mengenai
manusia .
Raja Awang yang mencintai
Pangeran Tapah tega mengusirnya
demi mempertahankan
nilai dan norma. Nilai dianggap
sebagai kodrat yang harus
dipatuhi. Putri Gelam juga diusir
dan ditenung hingga wajahnya
buruk karena dianggap
melanggar aturan dan norma yang
berlaku. Nilai yang membatasi
manusia dianggap ada sekaligus tak
ada.
Pandangan Dunia Tragik
dunia, dan pandangan mengenai manusia yang terlihat dalam legenda Danau Teluk Gelam.
D. Rangkuman dan Tinjauan Kritis
A.J. Greimas mengungkapkan bahwa suatu ritus kehidupan dapat dipahami dengan permulaan, tujuan, dan akhir. Dengan pemahaman pada pola
aktansial dan struktur fungsional, diketahui bahwa baik dalam kehidupan nyata ataupun cerita rakyatlegenda ritus kehidupan manusia tetaplah sama.
Keseimbangan digunakan sebagai alasan dalam menyikapi kesalahan atau kelalaian dengan kebaikan, yang pada akhirnya menentukan akhir yang dicapai.
Legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam menyimpan keseimbangan pada nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
Kabupaten Ogan Komering Ilir sekaligus sebagai tolok ukur kehidupan masyarakat yang semakin bebas.
Melalui pandangan dunia tragik Goldmann terhadap pemaknaan legenda Putri Gelam
dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam diketahui bahwa pemaknaan itu menyebabkan kehilangan pada hal-hal yang bersifat spiritual
dalam masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir. Masyarakat yang digambarkan dalam legenda tersebut yang seharusnya menjunjung tinggi aturan, justru
meniadakan kebaikan dan menunjukkan keculasan. Maskipun dapat dipahami itu merupakan gambaran yang wajar untuk mencerminkan sosok yang baik dalam diri
Pangeran Tapah,
namun keberadaannya
juga meresahkan
karena
ketidakpercayaannya pada keseimbangan. Penggambaran akhir kehidupan cukup tragik dengan menunjukkan bahwa perbuatan baik pun akan tetap dikutuk.
Pandangan kita terhadap legenda itu menjadi lebih utuh dan menyeluruh komprehensif. Melalui strukturalisme A.J.Greimas dapat diketahui bahwa segala
sesuatunya sudah terstruktur, yang berarti suatu hal terjadi terhadap individu atau kelompok tertentu berdasarkan aspek-aspek yang melingkupi perkembangannya.
Manusia akan menjadi apa adanya dirinya apabila dia berhubungan dengan dunia yang menjadi kehidupannya. Sedangkan, dengan penilaian melalui pandangan
dunia tragik Goldmann terhadap legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam
adalah sebuah respon terhadap kehidupan manusia yang terjadi, khususnya terhadap masyarakat suku Ogan yang
menganggap hukuman adalah sesuatu yang sakral. Selain itu, sebagai tanggapan pada tingkat kesadaran masyarakat terhadap nilai keperawanan yang masih
dianggap tabu dalam upacara pernikahan adat. Dengan dua pendekatan tersebut, legenda Putri Gelam dan Asal-muasal
Terjadinya Danau Teluk Gelam disejajarkan dengan penilaian dan pemaknaan
terhadap kehidupan masyarakat khususnya di kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Masyarakat yang menganggap siklus kehidupan menyamai
struktur menjadi dasar untuk memahami dunia di sekitarnya, maka fungsi legenda akan lebih maksimal bukan hanya sebagai nilai domestik, tapi juga sebagai
penyegar sastra lisan Ogan yang saat ini mulai dilupakan. Danau Teluk Gelam sebagai tempat wisata dapat dimaksimalkan daya tariknya melalui legenda yang
menyelimutinya dari pandangan dunia modern.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran demografi dan topografi pada Bab II dan analisis legenda setempat pada Bab III dan Bab IV, penulis menyimpulkan bahwa
legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam digunakan untuk menyampaikan ajaran tentang keluhuran nilai sastra lisan yang hilang
dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang kini mulai meninggalkan sikap kepedulian terhadap alam demi modernitas. Dari kedua
naskah yang telah dianalisis, Putri Gelam dinyatakan sebagai teks asli. Hal ini didasarkan pada keutuhan cerita, murni karena tidak ada pembabtisan dari agama
atau pun ajaran yang dipaksakan dan bersifat propaganda. Sedangkan, Asal- muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam
sudah mendapat pengaruh Islam. Secara khusus dalam Bab II, penulis memaparkan keadaan alam,
kehidupan masyarakat, serta mata pencaraharian yang erat hubungannya dengan kehidupan masa lalu suku Ogan maupun masyarakat yang mendiami kawasan
tersebut. Percampuran suku, meskipun berdampak pada kemajuan ekonomi dan tingkat kelestarian alam namun tidak merujuk pada pertikaian dan lebih pada
keselarasan dalam hal adat-istiadat. Dengan melihat hubungan masyarakat dengan kebudayaannya, semakin mudah menilai dan menyampaikan peran dan
perkembangan karya sastra sastra lisan legenda dan budaya yang merupakan milik kolektif.
Pada Bab III dan Bab IV, penulis menganalisis legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam menggunakan dua pendekatan,
yaitu pendekatan struktural A.J. Greimas yang terdiri atas aktansial dan struktur fungsional, dan pendekatan analisis pandangan dunia tragik Goldmann. Dengan
kedua pendekatan di atas diketahui bahwa karya sastra, khususnya sastra lisan atau legenda adalah penciptaan yang merupakan respon masyarakat terhadap
pergeseran nilai dan norma yang ada di masyarakat tersebut. Melalui Raja Awang dan Pangeran Tapah, dapat dipahami bahwa apa yang terjadi bukan hanya milik
manusiaindividu itu sendiri, tapi juga menyangkut keseluruhan yang melingkupinya. Penderitaan, hukuman, dan kebahagiaan yang didapat adalah
wujud dari kepercayaan dan tindakan. Aktansial dan struktur fungsional A.J. Greimas memaparkan bahwa
segala hal yang terjadi merupakan struktur yang sudah lazim adanya, dan teori tersebut diterapkan untuk mengetahui perbandingan dari setiap tingkatan.
Sedangkan, pandangan dunia tragik Goldmann lebih diwujudkan pada bagaimana masyarakat memandangan perkembangan dan respon suatu budaya terhadap nilai
dan norma. Dari konflik yang terjadi antar para tokoh dalam legenda Putri Gelam dan Asal-muasal Terjadinya Danau Teluk Gelam dan kehidupan masyarakat pada
umumnya dirangkum dengan mengetegahkan keharmonisan atau keseimbangan yang menjadi pemicu sekaligus penyelesaian yang dianggap tragik.