makna dan memanfaatkan karya, sekaligus menjadi latar belakang terciptanya sebuah karya.
Pangeran Tapah dipahami sebagai salah satu dari manusia tragik, tidak hanya hukuman dan kesendirian, tapi pehaman akan keberadaannya yang
kesakitan dan kesabaran membuatnya mengetahui kehidupan secara menyeluruh. Meskipun Pangeran Tapah tidak bersedia mengakui secara pasti tentang
keberadaan Tuhan, setelah apa yang ditimpakan kepadanya, dia tetap menerima dengan kesadaran bahwa Tuhan akan tetap bersamanya. Ketidakpedulian akan
penilaian relatif yang menghukumnya tanpa melihat kebenaran itulah yang mendorong pemahaman terhadap kehidupan dan orang-orang yang ada di
sekitanya tidak lagi begitu berarti. Usaha-usaha yang dilakukannya kemudian hanyalah dianggap sebagai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengisi
kehidupan, bukanlah suatu cara untuk mendapatkan keinginan dan tujuan. Pangeran tidaklah berbeda dengan manusia pada umumnya, telepas dari
hubungannya sengan istana dan ayahnya, dia lahir dan menjalani kehidupannya unutk dirinya sendiri. Manusia tidak perlu ragu-ragu untuk aktif dan berinisiatif
membuat dunia ini lebih baik, lebih berharga dari semula, bahwa setelah “kepastian nasib” kita akan berganti menjadi “tantangan sejarah”, hal-hal yang
alami dapat kita bentuk menjadi kebudayaan. Kebudayaan mengandaikan alam yang ditafsir, diolah, dibentuk, dikreasi kembali sang manusia sendiri; dan bukan
hanya kepastian buta kehendak para dewata Mangunwijaya, 1988: 33.
B. Rangkuman Pandangan Dunia Tragik
Pandangan dunia tragik adalah sebuah pandangan mengenai karya sastra yang diciptakan dan pengaruh masyarakatnya. Baik pengaruh masyarakat dalam
isi karya maupun respon yang diberikan terhadap karya tertentu. Sebuah karya merupakan dunia yang berada dalam kehidupan manusia secara nyata dan
ditransformasikan dalam sebuah cerita. Karya selalu mewakili masyarakat atau kelompok tertentu. Dunia tragik berada dalam kehidupan manusia atau sesuatu
dalam karya. Bukan hanya tokoh yang menjadi pemicu konflik, tapi juga unsur intrinsik yang lain.
Dari uraian tentang perspektif Goldman di atas, dapat dikatakan bahwa pandangan dunia tragik melihat manusia secara kolektif dan memberi batasan
pada pemahaman mereka terhadap kekuasaan Tuhan. Manusia dianggap menyimpang karena kepercayaan mereka mengenai suatu pemikiran yang bisa
memperburuk sebuah citra karena kepercayaannya pada hal-hal yang bersifat mistis. Selain sebagai banyangan akan ketidaksempurnaan kehidupan, dunia
tragik menunjukkan kekuasaannya dengan menyeimbangkan kehidupan antara kebahagiaan dan penderitaan.
Keharmonisan juga menyiratkan adanya kebersamaan. Artinya, dalam mengarungi kehidupan manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri.
Interdependensi sudah merupakan begian mendasar dari setiap perjuangan manusia untuk mencapai tujuan kehidupan yang lebih baik Fannanie, 1984: 75.
Bagan 5. Pandangan dunia tragik
Bagan di atas merupakan hubungan dari pandangan dunia tragik yang dimilki manusia tragik dan hubungannya dengan tiga elemen yang melingkupinya.
Ketiga elemen tersebut yaitu: pandangan mengenai Tuhan, pandangan mengenai
Pandangan mengenai Tuhan
. Raja Awang
berharap penyakit permaisuri bisa
disembuhkan. Dia terus berusaha
dengan mendatangkan
banyak tabib, tapi keadaan tidak
berubah, permaisuri meninggal. Ini
membuktikan bahwa Tuhan ada
sekaligus tidak ada. Raja Awang
berharap Tuhan akan membantunya,
namun yang terjadi Tuhan tidak
berperan dalam kehidupan manusia,
Tuhan tidak hadir saat dibutuhkan.
Pandangan mengenai dunia
. Pangeran Tapah
memandang dunia yang dijalaninya
sebagai hal yang penting dan tidak
penting. Istana tempat hidupnya
sejak kecil menjadi tidak
berarti setelah dia diusir. Dan dunia
tidak lagi berarti setelah dia
kehilangan kedua anaknya. Bahkan
Putri Gelam pun tidak berdaya
menghadapi Pengeran Tapah
yang hancur, dia juga hancur
bersama -bersama suaminya.
Pandangan mengenai
manusia .
Raja Awang yang mencintai
Pangeran Tapah tega mengusirnya
demi mempertahankan
nilai dan norma. Nilai dianggap
sebagai kodrat yang harus
dipatuhi. Putri Gelam juga diusir
dan ditenung hingga wajahnya
buruk karena dianggap
melanggar aturan dan norma yang
berlaku. Nilai yang membatasi
manusia dianggap ada sekaligus tak
ada.
Pandangan Dunia Tragik