Agama Sistem Kekerabatan GEOGRAFI DAN BUDAYA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,
Menurut piagam Kedukan Bukit 683 Masehi, Dapunta Hyang Panglima memperoleh daerah baru yang disebut Sriwijaya Sri = Raja, Wijaya=
Kemenangan sukses. Pusat penguasa baru ini dengan cepat berkembang menjadi bandar yang memegang peranan penting dalam lapangan politik, ekonomi, dan
kebudayaan. Pada akhir abad ke-7 Masehi, pusat kedatuan yang terletak di Bukit Siguntang Kedatuan Bukit menjadi penguasa tunggal di sebelah barat Indonesia.
Terbukti beberapa tempat telah dikalahkan oleh kedatuan ini, seperti Jambi 671- 692 M, Bangka 684 M, dan daerah Lingor 775 M.
Di Bukit Siguntang tepatnya di Kedatuan Tulang Bawang terdapat sekolah tinggi seperti halnya di Nalanda India Utara. Dengan dasar ajaran agama Budha,
di sekolah tinggi tersebut diajarkan teologia dan bahasa Sanskerta oleh guru-guru besar seperti; Dharmapala 600 M, Syakyakirti 670 M. Nama-nama guru besar
itu diabadikan dalam lagu daerah Sumatera Selatan berjudul Gending Sriwijaya. Pada tahun 1275 serangan dari raja Kertanegara melemahkan kedudukan
Kedatuan di Bukit Siguntang. Selain itu, suatu proses besar pun terjadi di daerah ini yaitu masuk dan berkembangnya Islam. Tahun 1572 Ki Gede Ing Suro yang
menyingkir dari Demak menjadi penguasa di Palembang, Sumatera Selatan. Setelah Ki Mas Hindi Pangeran Ratu yang bergelar Sultan Jamaluddin atau
sering juga disebut Ratu Abdul Rachman dan Jamaluddin Sultan Candi Malang 1662-1702 M menjadi penguasa di Palembang, dan mulailah sejarah kesultanan
di daerah ini dan agama islam dijadikan agama resmi. Kemudian digantikan oleh Sultan Mansyur 1706-1715 M dan selanjutnya digantikan oleh Sutan
Badaruddin yang terkenal dalam sejarah melawan penjajahan Belanda dan mendirikan Masjid Agung Paban pada tahun 1740 M.