Kesenian Sejarah GEOGRAFI DAN BUDAYA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,
Dengan melihat definisi kebudayaan di atas, diketahui bahwa kebudayaan mengandung unsur keindahan. Unsur keindahan inilah yang membantu
terbentuknya sebuah seni. Seni adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan berbagai impuls yang melalui salah satu unsur panca
indera, atau mungkin juga melalui kombinasi dari beberapa unsur panca indera, menyentuh, rasa halus manusia lain di sekitarnya. Sehingga lahir penghargaan
terhadap nilai-nilai keindahan impuls-impuls tadi. Reaksi seseorang yang setelah tersentuh rasa halusnya di dalam hati dan jiwanya kemudian tergerak untuk
memberikan ekspresi atau wujud dari perasaan tersebut, misalnya dengan tarian, usik, lukisan, gamelan, nyanyian dan puisi Soemardjan 1984:2-3.
Seseorang akan memahami kehidupan suatu masyarakat tertentu hanya dengan membaca karya sastranya. Hal itu lebih diperkuat dengan adanya
anggapan bahwa pengarang adalah bagian dari masyarakat yang mengungkap kehidupan dan pandangan dunia masyarakatnya ke dalam sebuah karya. Dengan
kata lain, karya adalah gambaran kehidupan yang dipahami oleh pengarangnya, yang kemudian disampaikan dengan berbagai simbol dan gaya bahasa kepada
masyarakat pembaca. Meskipun bahasa yang digunakan bukan lagi bahasa atau
tuturan asli masyarakat yang digambarkan, tapi unsur-unsur yang terkandung dalam karya itu sudah cukup mewakili tempat atau situasi yang dituju. Situasi
tersebut tentunya apa yang ingin disampaikan pengarang, baik itu ajaran, pesan, kritik, dan sebagainya.
Menurut Mulder 1984: 161, semua hasil karya pantas dibaca apabila ingin memperoleh suatu gambaran historis mengenai tema-tema dan nilai-nilai
yang bergeser. Cerita legenda Danau Teluk Gelam dapat dijadikan tolok ukur kehidupan masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang dahulu menjaga nilai
dan moral kehidupan. Tolok ukur ini dapat dilihat dalam legenda tersebut yaitu anggapan perbuatan zina hubungan intim sebelum menikah adalah dosa dan
mendapat hukuman yang berat. Nilai ini mulai bergeser seiring perkembangan zaman, terbukti bahwa sebagian orang menganggap perbuatan zina itu sebagai hal
yang biasa. Pengarang membangkitkan kesadaran, tidak dengan melukiskan atau
melancarkan protes terhadap struktur masyarakat yang nampak, melainkan dengan memaparkan suatu pandangan mendalam dalam struktur terpendam yang
mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang. Pengarang menghasilkan gambaran-gambaran tajam mengenai kehidupan sosial yang berlangsung pada
kurun waktu yang menjadi kancah perhatian, sambil mengungkapkan struktur- struktur mental yang menjiwai bentuk-bentuk masyarakat Mulder, 1984: 162-
163. Masyarakat tidak dapat dilepaskan dari adat-istiadat atau tradisi yang
menaunginya. Tradisi inilah yang menjadikan masyarakat kreatif untuk menciptakan suatu kekhasan bagi daerahnya, berupa kesenian, mitos, dan tata cara
adat. Kesenian lebih menonjol di masyarakat, karena dengan kesenian masyarakat lebih mudah membaur di antara sesamanya hingga tercipta suatu kesamaan rasa
memiliki. Misalnya dengan suatu permainan seperti pantun bersambut yang diadakan muda-mudi menjadi salah satu hiburan yang menyajikan ide-ide kreatif
yang akan disampaikan dalam pembuatan pantun yang cepat. Selain itu, adanya
festival kesenian yang sering diadakan di daerah Kayuagung pada hari kedua perayaan Idul Fitri memperlihatkan penghargaan yang besar atas adat Ogan. Pada
perayaan ini semua masyarakat diharuskan mengenakan pakaian adat dan perhiasaan yang dimilikinya serta memamerkan aneka permainan dan makanan
adat. Saat ini salah satu cara melestarikan adat-istiadat yang ada adalah dengan
banyaknya dilakukan pendokumentasian terhadap upacara adat, kesenian, dan permainan. Legenda Danau Teluk Gelam sebagai karya sastra merupakan bentuk
pendokumentasian adat-istiadat di daerah Ogan Komering Ilir. Perkembangan kesenian pada umumnya mengikuti proses perubahan yang terjadi dalam
kebudayaan sesuatu masyarakat. Sebagai salah satu unsur dalam kebudayaan maka kesenian akan mengalami hidup statik yang diliputi oleh sikap
tradisionallistik apabila kebudayaannya juga statik dan tradisionalistik Seomardjan, 1984: 6. Dengan kata lain, suatu kesenian tertentu dapat berubah
seiring perubahan yang terjadi dalam masyarakat pendukungnya. Legenda digolongkan sebagai karya sastra lama, namun keberadaannya
tetap menjadi kebutuhan masyarakat hingga saaat ini. Pada dasarnya orang lebih mudah menerima apa yang disampaikan secara lisan daripada harus membaca
atau mencari tahu melaui artefak. Legenda atau sastra lisan meskipun memiliki pola yang sama antara satu dengan yang lain, namun kekhasan tertentu mampu
membedakan. Kekhasan menjadi tonggak untuk menghapuskan bahwa legenda adalah cerita plagiat meskipun polanya sama.